Kampanye “Keep The Wonder” untuk Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang Berkelanjutan

Bagikan

wisata

Sebagai upaya menggarap lebih serius pariwisata berkualitas dan ekonomi kreatif berkelanjutan, Kemenparekraf/Baparekraf meluncurkan kampanye bertajuk “Keep The Wonder”.

“Di tengah tren global pariwisata berkelanjutan, Indonesia menekankan bahwa hal tersebut bukan sekadar tren, melainkan bentuk kepedulian nyata terhadap keberlangsungan alam dan lingkungan,” kata Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf/Baparekraf, Nia Niscaya, di Jakarta, (26/8).

Penamaan kampanye ini mengacu pada kata “keep” yang berarti menjaga, dan “the wonder” merujuk pada Ibu Pertiwi dan ekosistem yang mencakup alam dan lingkungan negeri ini.

Berbagai destinasi seperti Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Ujung Kulon, Sangeh Monkey Forest, Punti Kayu Palembang, dan sejumlah destinasi lain, menjadi bukti nyata dari komitmen ini, yang telah lama dikelola secara berkelanjutan di Indonesia.

Nia mengungkapkan, kampanye “Keep The Wonder” menjadi hadiah dari Kemenparekraf untuk Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2024. “Kami mengajak pengunjung untuk berperan sebagai pelancong yang bertanggung jawab, dengan mengintegrasikan nilai-nilai keberlanjutan dalam setiap perjalanan mereka,” katanya.

“Keep The Wonder” hadir untuk menghadapi tantangan di sektor pariwisata Indonesia yang semakin mengedepankan kualitas, pengalaman yang lebih baik, kesadaran akan pentingnya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, pembangunan ekonomi lokal, serta pengembangan sosial budaya yang inklusif.

baca juga: Kawasan Wisata Pulau Nirup Jadi Prototipe Destinasi Hijau di Batam

Menurut data World Travel & Tourism Council, sektor turisme global berkontribusi sebesar 9,1% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dunia, naik sebesar 23,3% dari tahun 2022. Sementara di Indonesia sektor ini menyumbang 5,3% bagi PDB pada tahun 2023.

Namun di balik hal tersebut, sektor ini seringkali memberikan dampak terhadap peningkatan emisi karbon. Karenanya tren pelancongan berkelanjutan diharapkan mampu menekan dampak tersebut. “Untuk itu bersama kampanye Keep the Wonder, mari kita lestarikan ibu pertiwi dan ekosistemnya untuk tetap hidup seribu tahun lagi,” ujar Nia.

wisata

Festival Wisata Alam

Sementara itu, berlangsung selama empat hari (22-25 Agustus 2024), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menggelar Festival Taman Nasional/Taman Wisata Alam Tahun 2024, bertempat di Taman Blambangan, Banyuwangi,

Dalam sambutannya, Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi (PJLKK) Nandang Prihadi, menyampaikan bahwa tujuan dari penyelenggaraan Festival TN/TWA Tahun 2024 adalah sebagai media untuk mempromosikan tamasya alam di Taman Nasional dan Taman Wisata Alam serta menjadi ruang edukasi untuk mengajak masyarakat sebagai pengunjung yang bijak dan cerdas.

“Responsible Tourists for Sustainable Tourism, menjadi visi kami. Dengan mematuhi aturan pengelola, menghormati norma dan kearifan lokal setempat, maka akan terbangun pelancong atau pengunjung yang peduli terhadap kelestarian alam,” katanya.

Hal senada juga diucapkan Bupati Banyuwangi, yang diwakili oleh Dwiyanto, Asisten Perekonomian dan Pembangungan Setda Kabupaten Banyuwangi, “Taman Nasional sangat cocok untuk dikembangkan sport tourism dan wisata rendah karbon, seperti berjalan kaki dan berlari.”

baca juga: Optimalkan Sektor Pariwisata, Sentul City Luncurkan Sentul Tourism Board    

Untuk itu, perlu adanya kolaborasi antara Pemda dengan Balai Taman Nasional maupun BKSDA. Karena rata-rata wisata alam berada di lokasi Taman Nasional maupun Taman Wisata Alam, yang dapat menghasilkan multiplier effect bagi masyarakat.

Festival Taman Nasional/Taman Wisata Alam 2024 merupakan acara tahunan yang ke-8, yang diselenggarakan sebagai media untuk mempromosikan plesir alam. Selain itu, juga untuk memberikan edukasi dan mengajak masyarakat untuk menjadi pelancong/pengunjung yang bijak dan cerdas yaitu pengunjung yang tahu, paham dan patuh dengan peraturan yang ditetapkan pengelola serta menghormati norma-norma dan kearifan lokal yang dipegang teguh masyarakat setempat.

Hal ini selaras dengan visi Direktorat PJLKK agar tamasya alam di Taman Nasional/Taman Wisata Alam mengedepankan prinsip zero waste dan zero accident. Kepatuhan pengunjung terhadap aturan dan norma tersebut tidak lain demi keselamatan pengunjung, di mana pada akhirnya akan mendukung kelestarian kawasan konservasi. Inilah yang disebut dengan responsible visitors for sustainable tourism”.

Artikel Terkait

Leave a Comment