Revitalisasi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta sampai Juni 2024

Bagikan

revitalisasi

Ditutup sejak 4 Maret 2024, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, saat ini sedang direvitalisasi, sebagai bagian proses transformasi menyeluruh. Demikian disampaikan oleh Indonesian Heritage Agency (IHA) atas salah satu unit museum prioritas di bawah naungannya tersebut.

Indonesian Heritage Agency (IHA) merupakan badan layanan umum museum dan cagar budaya di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Saat ini bertanggung jawab atas pengelolaan 18 museum dan galeri, serta 34 situs cagar budaya nasional di Indonesia. Terbentuk pada tahun 2022, IHA mempunyai visi menjadi institusi yang bersifat kolaboratif dan mendorong daya cipta, perubahan sosial, serta pembangunan masyarakat yang berbudaya.

IHA mengedepankan peningkatan pelayanan yang berbasis perlindungan sebagai prioritas utama. Dengan merangkul kreativitas dan mengusung semangat kolaborasi yang inklusif. IHA secara kolektif berkontribusi untuk membuka wawasan apresiasi mendalam terhadap warisan budaya Indonesia yang beragam.

Plt. Kepala Indonesian Heritage Agency (IHA), Ahmad Mahendra, menjelaskan, “Sebagai bagian dari komitmen kami untuk mengoptimalkan standar pelayanan dan pengelolaan museum yang profesional, Museum Benteng Vredeburg sedang melalui sejumlah proyek revitalisasi yang bertujuan memperbaiki fasilitas serta meningkatkan pengalaman pengunjung.”

Museum ini direvitalisasi dengan mengedepankan konsep reimajinasi museum. Ini sejalan dengan komitmen IHA untuk mengubah persepsi dan fungsi tradisional museum, menjadikannya ruang komunal yang dinamis, guna mendorong interaksi antara pengunjung dengan museum.

Konsep tersebut cukup revolusioner, karena akan mengubah persepsi dan fungsi tradisional museum dengan situs cagar budaya. Dengan strategi yang mencakup reprogramming, redesigning, dan reinvigorating, inisiatif ini tidak hanya memprioritaskan peran museum dalam masyarakat, tapi juga meningkatkan interaksi pengunjung dengan warisan budaya, melalui penelitian, program pendidikan, dan pengalaman yang lebih interaktif dan menarik.

revitalisasi

Proyek revitalisasi Museum Benteng Vredeburg yang dilakukan antara lain adalah perbaikan kerusakan serta pemeliharaan bangunan yang mencakup perbaikan jalur dalam, termasuk sarana dan prasarana publik, seperti toilet, mushola dan pembenahan lingkungan dalam. Serta pembenahan signage untuk memudahkan pengunjung menemukan kebutuhannya.

Pembenahan terutama pada Ruang Diorama 1, 2, 3, dan 4, sebagai area inti museum. Pembenahan juga dilakukan pada lansekap dan area lingkungan Museum Benteng Vredeburg, yang antara lain pada area lahan parkir, jalur plaza pintu masuk sisi barat, area ticketing, area edupark, area pagar, pembuatan Taman Patriot serta pembenahan area Bastion.

Revitalisasi Fisik dan Fungsi

Penanggung Jawab Unit Museum Benteng Vredeburg, M. Rosyid Ridlo menjelaskan, “Proses transformasi museum ini bukan hanya untuk perbaikan fisik, namun kami juga mengupayakan untuk memperkuat peran museum sebagai pusat kebudayaan yang dinamis, inklusif dan menarik, yang mempromosikan apresiasi terhadap keberagaman budaya Indonesia serta kesadaran akan pentingnya pelestarian sejarah.”

Museum Benteng Vredeburg juga akan mengoptimalkan area museum yang memiliki luas sekitar 46.574 m2 ini. Yakni dengan mengoptimalkan fungsinya sebagai ruang publik komunal, guna menjawab kebutuhan publik akan edukasi dan rekreasi sekaligus mengakomodasi aktivitas publik dengan membangun coworking space, coffee shop, ruang anak dan merchandise shop.

baca juga: Perputaran Ekonomi di Libur Lebaran 2024 Diproyeksi Capai Rp276,11 Triliun

“Proyek revitalisasi sedang kami maksimalkan dan saat ini berjalan sesuai rencana, untuk rampung dan dibuka kembali untuk publik pada awal bulan Juni 2024,” ungkap Rosyid.

Salah satu program baru yang akan diluncurkan nantinya, imbuh Rosyid, adalah program ‘Wisata Malam Vredeburg”, serta instalasi video mapping yang dilengkapi dengan tata suara dan cahaya menarik, di area kolam air mancur. “Program ini akan diluncurkan pada saat peresmian pembukaan kembali museum,” terang Rosyid.

Jadi Community Hub

revitalisasi

Pihak IHA menyampaikan bahwa proses revitalisasi Museum Benteng Vredeburg dilakukan secara transparan, serta melibatkan berbagai pihak terkait dan memperhatikan kebutuhan serta aspirasi masyarakat. Hal ini karena museum Benteng Vredeburg ini bukan sekadar tempat menyimpan 7.000 benda peninggalan bersejarah bangsa Indonesia, tetapi juga institusi yang berperan dalam pelestarian sejarah dan identitas nasional.

baca juga: Terbesar di Indonesia, Bali Beach Convention Center – Sanur Diresmikan

Sebagai bangunan peninggalan kolonial tertua di kota Yogyakarta, museum ini menawarkan lebih dari sekedar pengalaman wisata sejarah. Museum ini menampilkan narasi sejarah yang komprehensif mulai dari era Diponegoro hingga Orde Baru. Benda-benda bersejarah yang tersimpan di dalamnya sangat beragam, tidak hanya peralatan perang, juga peralatan rumah tangga dan benda-benda yang pernah digunakan oleh tokoh proklamator Indonesia, Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta.

Berlokasi di ujung jalan Margo Mulyo dan dekat dengan Jalan Malioboro, museum ini diharapkan lebih dari sekadar destinasi wisata. Melainkan sebagai community hub yang merayakan kebudayaan Nusantara, juga memperkuat peranannya sebagai paru-paru kota dengan menyediakan ruang terbuka hijau yang asri.

Pengunjung dapat menikmati keindahan bangunan estetik yang ideal untuk konten media sosial, sambil mengikuti program publik menarik. Dengan kemudahan akses dan tiket masuk yang terjangkau, museum ini tidak hanya menawarkan wawasan sejarah yang mendalam tetapi juga menjadi platform bagi aktivitas budaya dan pelestarian sejarah, mengakomodasi kebutuhan publik dan mendorong keterlibatan masyarakat dalam pengembangan museum.

“Dengan menggali lebih dalam makna dari transformasi ini, kami berharap dapat memperkuat apresiasi terhadap keberagaman budaya Indonesia dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian sejarah dalam menjaga identitas nasional. Kami percaya bahwa melalui partisipasi publik, kita dapat menciptakan museum yang lebih inklusif dan relevan bagi masyarakat modern,” tutup Ahmad Mahendra.

 

 

Artikel Terkait

Leave a Comment