Jakarta di Peringkat 53 Kota Terbaik 2026 versi Resonance

Bagikan

kota

Resonance Consultancy merilis peringkat kota terbaik, World’s Best Cities for 2026, dan London kembali menempati pemuncaknya. Posisi ini sudah diraih ibukota Inggris selama 11 tahun berturut-turut, tanpa tergoyahkan. Dari semua semua faktor penilaian, yang terbagi dalam tiga kelompok, yaitu Livability, Lovability dan Prosperity, London meraih nilai tertinggi pada kelompok Prosperity.

Menyebut diri sebagai “the Capital of Capitals”, London terus dan selalu menarik pengunjung global, mulai dari pelajar/mahasiswa dan pengusaha, sampai wisatawan serta konglomerat. Selepas Pandemi Covid-19, jumlah kedatangan dan pengeluaran wisatawan terus meningkat. Berdasarkan data, besaran pengeluaran wisatawan internasional pada tahun 2024 mencapai hampir AS $22 miliar, naik dari AS $17,4 miliar pada tahun 2023. Ini menjadikan London sebagai kota dengan pengeluaran (wisatawan) tertinggi ketiga secara global, melampaui destinasi lain seperti New York dan Dubai.

Meski sektor pariwisatanya menanjak, namun sebaliknya dengan pasar properti mewah, yang justru mengalami penurunan penjualan. Hal ini karena berlakunya kebijakan pajak baru, sehingga banyak pembeli kaya internasional enggan bertransaksi, sehingga mulai terjadi kelebihan pasok. Walhasil, walau harga tidak turun, namun sejatinya secara nilai terus terjadi pengurangan. Menurut Knight Frank, dengan uang AS $1 juta kini “bisa” membeli ruang seluas 34 m2, sementara satu dekade silam, hanya seluas 23 m2.

“London adalah kota yang terus berinovasi. Komitmen luar biasa terhadap pertumbuhan berkelanjutan inilah yang membuat kami mampu mempertahankan gelar sebagai Kota Terbaik Dunia. Pada tahun 2025, kami telah meluncurkan rencana untuk 10 tahun ke depan dengan banyak target: jumlah perusahaan skala besar yang berbasis di London akan memecahkan rekor, makin mendunia, meningkatkan jumlah wisatawan dan investasi yang direncanakan mencapai £10 miliar,” papar Laura Citron, CEO of London & Partners.

Posisi Kota Jakarta

Merapat di bawah London adalah New York, lalu Paris di bawahnya. New York unggul berkat investasi berkelanjutannya dalam ekonomi budaya, proyek infrastruktur perkotaan yang masif, dan ketertarikan global terhadap politik kotanya. Sementara Paris berkembang pesat sebagai laboratorium urban yang berorientasi masa depan di tengah nuansa historisnya.

Dan di mana posisi Jakarta? Ibukota RI ini berada di peringkat 53, satu peringkat di bawah Guangzhou dan satu peringkat di atas Delhi – India. Di kawasan Asia Tenggara, Jakarta harus “takluk” dengan Kuala Lumpur (50), Bangkok (22), Singapura (6), namun bisa jauh mengungguli Manila. Sepanjang riset peringkat kota oleh Resonance ini, Jakarta memang baru dua kali masuk jajaran 100 teratas, selain tahun ini juga tahun 2023, di posisi 89.

kota
Pembangunan stasiun MRT- Monas

Sementara itu, kawasan urban di Tiongkok terus “menguasai” peringkat 100 teratas, bersaing dengan AS yang bahkan sebagian besar “hanya” di peringkat 50-100 . Yaitu Beijing (15), Shanghai (16), Hong Kong (19), dan Shenzhen (45). Lalu Guangzhou (52), Hangzhou (80), dan Chengdu (83).

Hanya ada dua metropolitan di Jepang yang masuk peringkat, yakni Tokyo (4) dan Osaka (23). “Kalah” dengan empat kota di India, yakni Bengaluru (29), Mumbai (40), Delhi (54) dab Hyderabad (82).

baca juga: Gagasan Masa Depan Ruang Urban dari Astra Property dan IAI Jakarta

Metoda Pemeringkatan

Laporan World’s Best Cities for 2026 ini menggunakan data gabungan dari pengguna global, data statistik, dan penelitian-penelitian lain yang sesuai hak milik baru, termasuk survei yang dilakukan konsultan riset Ipsos, yang melibatkan lebih dari 21.000 responden di 30 negara.

Resonance mengandalkan metoda skoring Place Power™, yang menilai tiga faktor utama yang sudah disebutkan di atas. Biro konsultan ini menyatakan kalau riset kali ini mengukur indikator-indikator baru tentang vitalitas perkotaan, seperti dinamisme ekosistem startup, keterlibatan digital warga dan wisatawan, kedalaman program budayanya, serta risiko dan ketangguhan kota terhadap perubahan iklim. “Kami juga telah memperluas cakupan global kami dengan mengintegrasikan data dari platform seperti Weibo dan Xiaohongshu, khusus untuk kota-kota di Tiongkok guna memastikan perspektif lokal yang otentik,” ungkap Chris Fair, President & CEO Resonance Consultancy.

Karena itu, indeks tahun ini dapat dikatakan mencerminkan realitas baru, termasuk ketanggugan terhadap perubahan iklim, aktivitas relokasi industri-industri penting, pola mobilitas baru, dan persepsi global yang mendorong perilaku perjalanan dan investasi di seluruh planet.

Disampaikan, hasil riset ini menemukan bahwa ada pola keseimbangan baru menyangkut arus pergerakan manusia, modal, dan gagasan global. Terutama pariwisata internasional, telah pulih, dengan destinasi-destinasi di regional Asia-Pasifik mengalami pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya, seiring dengan terjadinya pergeseran pola perjalanan di kawasan tersebut ke arah timur. Menurut the World Travel and Tourism Counc, tujuh dari 10 kota teratas dengan potensi pertumbuhan tertinggi untuk pengeluaran pengunjung internasional hingga tahun 2032 berada di kawasan Asia-Pasifik.

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *