New York adalah pemuncak daftar kota pilihan warga super kaya di dunia saat ini. Demikian hasil World’s Wealthiest Cities Report 2025—laporan tahun keempat–yang dikeluarkan oleh konsultan spesialias invetasi dan kekayaan Henley & Partners yang berkolaborasi dengan firma global data intelligence New World Wealth.
The Big Apple, demikian julukan kota tersebut, dihuni oleh 384.500 individu dengan kekayaan bersih tinggi. Termasuk 66 miliarder dan 818 centi-millionaires (centis), dengan kekayaan investasi likuid sebesar AS $100 juta atau lebih.
Urutan berikutnya adalah Bay Area, termasuk San Francisco dan Silicon Valley, dengan jumlah 342.400 jutawan. Meski hanya di peringkat kedua, tapi daerah ini punya lebih banyak warga miliarder (82 incividu) daripada the Big Apple. Kota ini sudah jadi episentrum penciptaan kekayaan teknologi, menikmati pertumbuhan jutawan yang luar biasa, sebesar 98% selama dekade terakhir.
Laporan itu pun mengungkapkan kota-kota (11) di AS mendominasi dalam daftar “Top 50 Cities for Millionaires”. Antara lain Los Angeles yang dihuni 220,600 individu super kaya (termasuk 516 centis dan 45 billionaires) yang menempatkan city ini di peringkat ke-5. Lainnya adalah Miami di peringkat 32 dengan 38,800 millionaires dan Washington DC yang kini di peringkat 41 dengan jumlah 28,900 millionaires.
Disusul Asia, dengan Tokyo di peringkat ke-3 rumah 292.300 jutawan, lalu Singapura (peringkat 4) yang dihuni 242.400 jutawan. Hong Kong (dihuni 154,900 millionaires) berada di peringkat 8, dan Seoul yang sayangnya di tahun ini peringkatnya turun dari 19 ke 24.
Tiongkok, menjadi negara yang wilayah urbannya juga berada di dalam kelompok 50 besar tersebut. Walaupun ada yang turun peringkat, tapi ada juga yang naik bahkan melesat, seperti Shenzhen (peringkat 28), dengan pertumbuhan jutawan sebesar 142% dan menjadi rumah dari 50.800 jutawan), dan Hangzhou (peringkat 35, dengan pertumbuhan sebesar 108% dan 32.200 jutawan). Sementara Beijing turun peringkat dari 10 di tahun lalu ke 12, dengan 114.300 millionaires. Begitu pun Shanghai yang turun dari peringkat 11 ke 14 dengan 110,500 millionaires. Ada di kelompok bawah, yakni Taipei City (38) yang dihuni oleh 31.400 millionaires.
Sementara itu, Sydney dengan jumlah 152,900 millionaires menempatkannya di peringkat ke-9, tergeser satu tangga oleh Hong Kong. Adapun Dubai yang dihuni 81.200 individu jutawan (termasuk 237 centis dan 20 billionaires), menempatkan kota terbesar di Uni Emirat Arab (UEA) ini di peringkat 18. Kehadiran orang super kaya di sini bahkan naik 102%, membuatnya naik ke peringkat 18 dari 21 pada tahun lalu.
Pertama Kalinya, Kota Lisabon Masuk
Di mana posisi kota-kota di Eropa? Laporan tersebut menempatkan London di peringkat 6. Ibukota Inggris ini dihuni oleh 215,700 millionaires (termasuk 352 centis dan 33 billionaires). Berikutnya adalah Paris dengan 160,100 millionaires di peringkat ke-7, lalu Milan di peringkat 11, (115,000 millionaires), dan Vancouver di peringkat 29 (46,400 millionaires).
Untuk pertama kalinya Lisabon masuk dalam tabel peringkat ini, walaupun berada di posisi pemungkas, dengan jumlah 22.200 millionaires, yang artinya menggeser Auckland keluar dari top list.
baca juga: IBM Dukung 5 Organisasi Nirlaba Pilihan, Bangun Kota Tangguh Dengan AI
Serupa dengan London yang tahun ini turun posisi, pun demikian dengan Moscow yang kini berada di posisi 40, dengan 30.000 millionaires, termasuk 178 centis dan 23 billionaires. Kedua kota dunia ini mengalami penurunan pertumbuhan warga super kaya, yang masing-masing sebesar -12% and -25%.
Dr. Juerg Steffen, CEO of Henley & Partners, mengatakan, “Tahun ini terlihat pola yang jelas. Kota yang memadukan kemudahan investasi dengan gaya hidup yang modern adalah yang bisa memenangkan persaingan dan lebih leluasa bergerak (mengalahkan wilayah lain).
Pusat-pusat kota tersebut, imbuhnya, memiliki DNA yang sama, yakni kerangka hukum yang kuat, infrastruktur keuangan yang canggih, dan mungkin yang paling penting memiliki kebijakan yang memudahkan investasi global dan individu berbakat untuk masuk. “Tujuh dari 10 kota terkaya tersebut berada di negara-negara dengan kebijakan yang memudahkan (orang asing) untuk bertempat tinggal di dalam wilayahnya melalui investasi, sehingga menciptakan jalur langsung bagi para pengusaha dan investor yang mencari akses ke wealth hubs ini.”