Dalam rangka menciptakan kota yang bebas emisi, Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) meluncurkan Nusantara Regionally and Locally Determined Contribution (RLDC) atau Peta Jalan Menuju Kota Nol Emisi Karbon Nusantara. Yaitu dokumen peta jalan yang menjabarkan langkah-langkah Nusantara menjadi kota nol emisi atau bahkan negatif karbon pada 2045.
Peta jalan tersebut, secara resmi sudah diluncurkan di Paviliun Indonesia, pada acara Conference of the Parties atau COP28 Dubai, Uni Emirat Arab, (3/12).
“Bagi kami di Indonesia, ini menjadi momen bersejarah karena ini menjadi pertama kali kota di Indonesia memiliki RLDC, Regionally and Locally Determined Contribution,” ujar Kepala OIKN Bambang Susantono, dalam kata sambutannya.
Nusantara RLDC itu berfokus pada lima sektor yaitu kehutanan dan penggunaan lahan (forestry and other land use/FOLU), energi, agrikultur, pengelolaan sampah dan industri. Di dalamnya terdapat target pengurangan emisi menjadi -1,1 juta ton karbon dioksida (MtCO2) pada 2045 dan target lebih ambisius tertuang dalam skenario kedua adalah emisi dapat dikurangi lebih jauh mencapai -1,6 MtCO2.
Bambang menekankan ibu kota baru Indonesia itu tidak hanya akan menjadi kota yang hijau, tapi juga akan menjadi model untuk masa depan yang berkelanjutan. Terlihat dari target ambisius untuk menjadi kota dengan nol emisi karbon (net zero emission), kondisi di mana karbon yang dihasilkan sama dengan kapasitas penyimpanan atau bahkan kurang dari itu.
baca juga: PLN dan Masdar Akan Naikkan Kapasitas PLTS Terapung Cirata 3 Kali Lipat
Beberapa langkah yang akan dilakukan termasuk proses reforestasi secara masif, peremajaan dan menjaga ekologi di Nusantara. Salah satunya dengan mengkonversi 65 persen area Nusantara, yang mayoritas ditutupi tanaman monokultur, menjadi hutan tropis yang asri. Sementara itu, di area urban akan memanfaatkan teknologi untuk memastikan manajemen sumber daya alam yang efisien sembari menerapkan inovasi solusi berbasis alam.
“Dalam kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, Otorita Ibu Kota Nusantara menyiapkan langkah untuk mentransformasi target ambisius menjadi aksi yang spesifik dan terukur,” tegas Bambang.
Percepat Reforestasi
Terkait dengan itu, maka OIKN percepat reforestasi area terdegradasi untuk memastikan 65 persen wilayahnya menjadi hutan tropis. Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita IKN Myrna Asnawati Safitri menegaskan, “Kami harus bekerja keras dalam area ini. Tidak hanya menanam pohon, tapi juga membangun hutan yang asri dengan biodiversitas yang lebih baik.” Demikian disampaikan Myrna dalam diskusi bertajuk Realizing Net Zero Emissions Indonesia Capital City, rangkaian kegiatan COP 28, Dubai (5/12).
Myrna juga mengatakan pihaknya akan meluncurkan Nature Positive Plan sebagai dokumen yang akan melengkapi RLDC. “Untuk melakukan reforestasi dan mengontrol deforestasi, kami juga mengimplementasikan kebijakan moratorium perizinan sawit dan tambang. Di saat bersamaan penegakan hukum terhadap aktivitas tambang ilegal dilakukan bersama dengan kementerian dan lembaga lain melalui satuan tugas khusus terkait penambangan ilegal,” jelasnya.
Hal itu dilakukan mengingat beberapa wilayah hutan IKN berada dalam kondisi terdegradasi yang sebelumnya adalah industri ekstraktif dan mengonversi hutan alami menjadi hutan monokultur, perkebunan sawit, dan area pertambangan.
Untuk itu, upaya reforestasi terus dipercepat mengingat komitmen IKN bahwa 65 persen dari luas wilayah IKN seluas sekitar 252 ribu hektare. “Kami tidak hanya ingin mengurangi emisi, tapi kami ingin juga membuat Nusantara menjadi kota yang resiliensi iklim,” kata Myrna tegas.
Solusi Berbasis Alam
Otorita IKN akan mengandalkan solusi berbasis alam mengatasi isu air yang berpotensi terjadi di wilayahnya. Demikian imbuh Direktur Pengembangan Pemanfaatan Kehutanan dan Sumber Daya Air OIKN Pungky Widiaryanto, dalam kesempatan panel diskusi. Senada dengan Myrna, “Kami tidak hanya ingin mengurangi emisi, tapi kami ingin juga membuat Nusantara menjadi kota yang resiliensi iklim,” ujar Pungky.
Salah satu fokusnya adalah mengatasi isu air yang kerap terjadi di wilayah Kalimantan Timur yang kini masuk menjadi area Nusantara. Saat musim hujan, beberapa wilayah rentan banjir sementara ketika musim kemarau terdapat potensi kekeringan. Untuk mengatasinya, kata Pungky, akan mengandalkan solusi berbasis alam untuk manajemen air. Sebagai contoh Otorita IKN akan membangun di area inti, waduk untuk menampung air yang akan digunakan di Nusantara.
baca juga: Sinar Mas Land Dirikan Biomedical Campus di BSD City Dengan Konsep Smart
Nusantara juga dirancang menjadi kota spons yang yang mampu menyerap air hujan ke dalam tanah guna mencegah banjir untuk mengembalikan sirkulasi alami air. Langkah itu dilakukan bersamaan dengan peningkatan biodiversitas di kawasan IKN, dan sejalan dengan target Indonesia dalam pengurangan emisi sampai dengan 2060.
Dalam panel diskusi tersebut Direktur Global untuk Program Perkotaan World Research Institute (WRI) Rogier van den Berg mengapresiasi langkah Otorita IKN meluncurkan RLDC, mengingat pentingnya peran kota-kota dalam upaya penanganan perubahan iklim.
“Saya pikir dengan strategi Nusantara ada kesempatan besar untuk menunjukkan bagaimana melakukannya dengan cara yang kredibel dan transparan,” tandas Rogier.