Akhir-akhir ini rasanya kita menjadi sangat membutuhkan penyejuk udara. Sejumlah kota di Indonesia sedang terkena dampak gelombang panas atau heatwave, yang membuat suhu menjadi sangat panas. Menurut Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), suhu maksimum harian tercatat mencapai 37,2o C di stasiun pengamatan BMKG di Ciputat pada pekan lalu. Tapi secara umum suhu tertinggi yang tercatat di beberapa lokasi berada pada kisaran 34—36o C.
Dengan kondisi tersebut, tidak heran penyejuk udara menjadi perangkat yang paling dicari. Sebelum memilih yang paling tepat dan sesuai dengan kebutuhan, kita kenali dulu masing-masing kelebihan dan kekurangannya.
Kipas Angin
Perangkat ini pada dasarnya untuk menggerakkan udara di dalam ruang, yang mana gerakan/hembusan udara tersebut membuat udara terasa lebih sejuk. Sebab itu, sebaiknya kipas angin diletakkan di ruang yang tidak tertutup rapat. Berdaya listrik rendah, sekitar 30-50 watt, membuat kipas angin jadi pilihan tercepat dan hemat ongkos sebagai solusi di ruangan berhawa panas. Apalagi tidak perlu instalasi khusus, penempatannya bisa diatur sesuai kebutuhan dan keinginan pengguna, pun perawatannya lebih mudah. Tipenya pun sangat beragam, ada yang bisa diletakkan di atas meja, ditempel di dinding atau langit-langit, ada juga yang berkaki tinggi, untuk memberi hembusan yang lebih jauh. Ukurannya jadi beragam pula, ada yang sangat kecil, juga ada yang sangat besar, dengan baling-baling panjang.
Namun, menurut Public Health England, menggunakan kipas angin dalam jangka waktu yang cukup lama, dapat menyebabkan tubuh kekurangan cairan atau dehidrasi. Hal ini dikarenakan ketika berada di ruangan yang dingin dalam waktu lama, tubuh akan cenderung kekurangan air dan kipas angin akan membuat air dalam tubuh berkurang. Demikian seperti ditulis di Halodoc.
Selain itu, karena hanya menggerakkan udara, kipas angin kurang efektif jika ingin mendapatkan ruangan yang bersuhu rendah. Beberapa tipe juga ada yang diberi imbuhan tanki air, jadi juga bersifat sebagai air cooler, di mana ikut dihembuskan juga uap air. Tapi karena tidak melewati proses pendinginan, perangkat ini tidak efektif di ruang berukuran besar atau berpenghuni banyak.
Air Conditioner (AC)
Perangkat ini makin sering digunakan, karena sangat efektif “mendinginkan” suhu ruangan. AC memiliki fitur pengatur suhu dan arah hembusan angin, sehingga suhu ruang dapat diatur sesuai keinginan dan kebutuhan. Dengan semakin canggihnya teknologi, kini makin banyak ragam AC yang tidak saja berdesain bagus, juga memiliki berbagai fitur operasi.
Ruangan ber-AC biasanya cenderung kering, yang bisa berdampak negatif bagi pengguna ruang jika terus menerus berada di dalamnya, seperti masalah pada kulit dan mata. Tidak hanya pada pengguna, pun pada lingkungan, karena pada proses pendinginannya banyak AC yang menggunakan gas CFC, salah satu jenis gas rumah kaca, emisinya dapat merusak lapisan ozon.
Namun, saat ini sudah banyak AC yang pada proses pendinginannya sudah menggunakan gas yang lebih ramah pada lingkungan. Selain itu juga sudah menggunakan teknologi inverter yang hemat energi. Beberapa bahkan ada yang sudah menyematkan fitur teknologi pelembab dan vitamin, atau penyaring udara, sehingga bebas polutan dan menghasilkan udara yang lebih segar. Walaupun memang semua itu dikompensasikan dengan harga yang lebih tinggi.
Agar AC dapat bekerja secara optimal dan tidak berdampak negatif bagi kesehatan penggunanya, AC harus rajin dibersihkan. Pembersihan rutin sebaiknya 3–6 bulan sekali, sementara filternya setiap empat minggu.
Air Cooler
Perangkat elektronik ini juga cukup efektif menjadi pendingin udara di ruangan. Dirancang untuk menghilangkan hawa panas, air cooler cukup bisa diandalkan untuk menyejukkan ruangan. Karena membutuhkan daya listrik yang lebih rendah, air cooler lebih hemat 20 persen biaya daripada AC. Umumnya, AC menggunakan daya sekitar 320 watt untuk ukuran ½ PK dan 660 watt untuk ukuran 1 PK. Namun, air cooler hanya membutuhkan daya sebesar 60-100 watt. Karena itu, air cooler akan efektif digunakan di ruang yang tidak terlalu besar.
Berbeda dengan AC yang dalam prosesnya menggunakan gas untuk mendinginkan udara, air cooler “mengandalkan” air, jadi pada dasarnya perangkat ini menghembuskan embun atau uap air dingin. Dengan begitu lebih ramah lingkungan, perawatannya pun lebih mudah, dengan cukup membersihkan penyaring/filternya. Selain itu, karena bentuknya kompak dan portable, perangkat ini bisa ditempatkan atau mudah dipindahkan ke titik-titik yang diinginkan.
Walaupun demikian, ada beberapa kekurangannya yang berdampak negatif pada kesehatan. Antara lain karena dapat mengurangi kadar oksigen di dalam ruangan tertutup, penggunaannya dianjurkan tidak boleh lama, sebaiknya 3-4 jam. Dengan kondisi demikian, pengguna ruang lebih berisiko terkena asma, flu atau penyakit lain. Lalu, karena tidak memiliki sistem pengatur kelembapan, udara di dalam ruang tersebut bisa jadi sangat lembap, yang dapat memicu tumbuhnya jamur dan bakteri.
Air Humidifer
Sesuai namanya ini adalah perangkat untuk melembapkan udara. Perangkat ini bekerja dengan cara menyemprotkan uap air ke udara. Dengan fungsi utamanya yang untuk menjaga kelembapan udara, juga membantu pengguna ruang mengatasi iritasi yang dipicu oleh udara kering, seperti kulit kering, bibir pecah-pecah, pilek, hingga sakit tenggorokan.
Humidifier lebih cocok dipasang di ruang ber-AC yang suhu udaranya cenderung kering. Sebaliknya jika ditempatkan di ruangan tidak ber-AC, perangkat ini kurang efektif, bila kelembapan udara di ruangan tersebut sudah baik.
Seperti ditulis pada Alodokter, idealnya, kelembapan udara dalam ruangan berkisar 30–50 persen. Kelembapan udara yang terlalu rendah, bisa menyebabkan kulit menjadi kering dan mengiritasi saluran pernapasan. Kalaupun terlalu tinggi juga tidak baik, karena dapat menyebabkan udara ruangan menjadi lembap, dan memicu tumbuhnya jamur, bakteri, serta tungau. Sayangnya, tidak semua tipe humidifier dilengkapi dengan alat pengukur kelembapan (humidistat atau hygrometer), sehingga Anda harus mengecek kelembapan udara secara manual.
Agar fungsinya tetap optimal, alat ini harus selalu dijaga kebersihannya, yang antara lain rajin membersihkan tangki airnya dari endapan mineral, dengan menggunakan larutan hidrogen peroksida. Lalu ganti air humidifier secara rutin, sebaiknya setiap hari, serta disarankan untuk menggunakan jenis air suling (demineralisasi). Hal ini bertujuan untuk mengurangi debu mineral yang ikut dilepaskan ke udara, sementara air suling dimaksudkan untuk mengurangi endapan mineral yang memicu pertumbuhan bakteri.