PropTech terbesar di Indonesia Lamudi.co.id baru saja mempublikasikan laporan Lamudi Property Highlights 2022 (LPH 2022) yang menggarisbawahi peran penting agen dalam mendorong pertumbuhan sektor properti nasional melalui digitalisasi.
Sebagai sumber daya manusia (SDM) sektor properti, agen properti sangat diharapkan melek teknologi digital agar lebih efektif dalam memberikan layanan kepada pembeli dengan pengalaman yang baik. Terutama kepada generasi pencari properti baru atau Next Generation Property Buyers yang memiliki karakteristik terekspos dengan kemudahan teknologi di kehidupan mereka sehari-hari. Yang dimaksud dengan Next Generation Property Buyers adalah generasi muda di usia 25 hingga 44 tahun yang mayoritas merupakan pembeli properti pertama kali dan merupakan 60 persen pencari properti secara online.
LPH 2022 yang merupakan laporan tahunan yang dikeluarkan Lamudi.co.id untuk mengulas isu nasional terbaru yang berkorelasi dengan prospek pertumbuhan sektor properti nasional. LPH 2022 bertema “Menjawab Kebutuhan Konsumen dengan Meningkatkan Kompetensi Agen”, menampilkan hasil riset berdasarkan survei yang dilakukan terhadap agen properti untuk mengukur tingkat kesiapan kompetensi agen dalam menjawab tuntutan baru dari generasi pencari properti baru.
“Agen memainkan peran penting sebagai garda terdepan adopsi teknologi pada sektor properti karena mereka berperan sebagai penghubung antara developer dan bank kepada calon pembeli. Dan itu menuntut agen untuk memiliki tingkat literasi digital minimal, yang mencakup melakukan riset, menggunakan teknologi dalam menjawab kebutuhan konsumen dan memanfaatkan teknologi sebagai alat penunjang karir mereka sendiri,” ucap Mart Polman, CEO Lamudi.co.id, pada rilisnya (29/3).
Poin penting literasi digital bagi agen tersebut juga sejalan dengan kerangka literasi digital utama yang telah ditetapkan oleh UNESCO (2018), yang menjadi acuan tingkat kompetensi SDM dasar, agar kompetitif di era ekonomi digital.
Perlu Pelatihan
LPH 2022 menemukan beberapa poin penting antara lain tingkat kesadaran agen yang tinggi pada pentingnya literasi digital, yang sayangnya tidak diimbangi dengan pelatihan yang memadai. Ditemukan beberapa keluhan utama yang diterima agen dari calon pembeli properti, dan siapa pemangku kepentingan utama yang dirasa agen perlu mengambil inisiatif dalam mengadakan pelatihan terhadap agen.
Mart menambahkan bahwa semua penemuan riset dari LPH 2022 mengarah kepada pentingnya memfasilitasi agen dengan pelatihan memadai agar mereka dapat beradaptasi dengan kondisi sektor properti yang baru. “Penyedia pelatihan memadai untuk agen harus menjadi agenda prioritas bagi seluruh pemangku kepentingan sektor properti nasional. Ini dikarenakan tingkat keberhasilan penjualan agen akan memiliki kontribusi besar pada keberlanjutan pertumbuhan sektor properti nasional di kondisi ekonomi yang penuh tantangan ini,” tambahnya.
Berdasarkan laporan dari Bank Indonesia, diketahui bahwa pertumbuhan sektor properti memiliki kontribusi yang cukup besar pada pertumbuhan sektor perekonomian Indonesia dengan kontribusi sebesar Rp324 triliun (2020). Kontribusi ini juga dengan kaitan sektor properti dengan 174 sektor perekonomian lainnya beserta 350 industri kecil.
Beda Preferensi, Beda Kebutuhan
Selain menjadi mayoritas pencari properti secara online, pada next generation property buyers, memiliki preferensi yang beragam, sesuai kebutuhannya. LPH 2022 menemukan hasil bahwa mereka biasa menentukan pilihan properti mereka berdasarkan prioritas yang berbeda. Pembelian properti mereka ini ditentukan oleh tiga faktor yakni tingkat mobilitas, gaya hidup dan tingkat pendapatan mereka.
Buyers yang menjunjung mobilitas umumnya menghabiskan mayoritas waktunya bekerja dan memiliki orientasi karir. Untuk pencari properti di kategori ini, lokasi yang dekat atau strategis dengan tempat bekerja menjadi salah satu faktor terpenting dalam proses pemilihan properti. Sementara, generasi yang mengutamakan gaya hidup umumnya memilih lokasi yang nyaman dan mendukung aspirasi mereka untuk berkeluarga, apalagi umumnya mereka berupa keluarga muda. Bagi pencari properti dengan orientasi keluarga, keadaan lingkungan sekitar merupakan aspek yang harus dipertimbangkan karena keperluan jangka waktu tinggal yang lebih panjang. Pasangan baru atau keluarga kecil dengan anak memerlukan properti yang dapat digunakan untuk membangun kualitas hidup yang baik bagi keluarga mereka.
Ketiga, mereka yang memiliki aspirasi investasi jangka panjang, mencari untuk mendapatkan sumber pendapatan pasif. Pembeli properti dengan orientasi investasi ini pada umumnya secara aktif melakukan riset tentang prospek sebuah wilayah sebelum melakukan pembelian untuk mempertimbangkan balik modal dari investasi mereka.