NEWS UPDATE – Area Bekasi, Cikarang hingga Karawang yang tergabung di Koridor Timur Jakarta menjadi penting bagi perekonomian Indonesia. Pada 2018, kawasan itu menyumbang Rp14,8 triliun Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Lebih dari 60% aktivitas perekonomian nasional disumbang oleh area yang 70%-nya berpusat di Bekasi-Cikarang.
Kini, kawasan seluas mencapai 10.000 Ha ini tumbuh menjadi aset properti unggulan yang dilengkapi dengan pusat bisnis, gaya hidup, destinasi hunian, pusat industri, dan pusat lapangan pekerjaan. Pengembangan pesat dan lengkapnya fasilitas yang menjamin kenyamanan hidup memberikan dampak pada permintaan dan kebutuhan hunian.
Berbagai pengembang properti di Timur Jakarta turut menyumbang dalam pemenuhan kebutuhan pasar tersebut, di antaranya: Summarecon Bekasi seluas 240 Ha, Pollux Properti Indonesia seluas 45 Ha, PP Properti seluas 28 Ha, Vasanta Innopark seluas 100 Ha, Lippo Cikarang seluas 3400 Ha dan Jababeka seluas 5600 Ha.
Executive Director PT Summarecon Agung Tbk, Albert Luhur mengatakan, Koridor Timur Jakarta kelak akan menjadi koridor yang sangat penting, karena nantinya akan saling terintegrasi hingga ke Jawa Timur melalui pembangunan infrastruktur yang masif.
Ia mengaku awalnya memang kawasan Timur Jakarta lebih dulu dikenal sebagai kawasan industri, namun beberapa tahun kemudian, kawasan residensial justru terus berkembang dan menjadi kawasan hunian yang sangat nyaman.
“Apalagi, dari sisi harga wilayah timur Jakarta masih cukup affordable dibanding wilayah lainnya. Karena itu Timur Jakarta menjadi opsi investasi yang lebih baik untuk saat ini,” katanya di Jakarta.
Ke depan, masyarakat tak lagi berbicara jarak tempuh, tapi waktu tempuh. Dan koridor timur ini menurutnya sangat mendukung hal tersebut melalui berbagai transportasi yang telah dibangun Pemerintah. Maka, tak heran masyarakat nantinya akan sangat nyaman tinggal di wilayah koridor timur.
“Melalui Komite Koridor Timiur Jakarta ini, harapannya, sejumlah pengembang dapat bersinergi untuk menyampaikan berbagai kelebihan atau plus point yang ada di koridor Timur Jakarta,” tegasnya.
Sedangkan, Director PT Jababeka Tbk, Sutedja S. Darmono menyebut, pembentukan komite ini sebenarnya berawal dari tukar pikiran bersama antar developer atau pengembang di wilayah timur Jakarta terkait permasalahan kawasan koridor timur Jakarta yang dianggap akrab dengan masalah kemacetan di kawasan industri.
Padahal, kesan ini sebenarnya tidak tepat. Sebab, macet itu lebih dikarenakan adanya pembangunan infrastruktur. “Kemacetan akan berakhir seiring selesainya pembangunan infratruktur itu. Terkait stigma kawasan industri, koridor timur itu adalah area light to medium industry, sangat nyaman sebagai kawasan hunian,” katanya.
Berbekal tagline sebagai kawasan indutri yang ringan atau tidak menciptakan polusi seperti daerah industri lainnya, maka pada awal 2020, diprediksi zona koridor timur semakin lancar seiring beroperasinya sejumlah infrastruktur transportasi di kawasan ini. Bahkan, diproyeksikan efektif untuk mengurangi kemacetan hingga 40 persen.
Ia berharap, Komite ini akan saling bersinergi untuk membangun bersama. Misalnya, melakukan pemasaran atau kampanye bersama guna menghapus citra negatif yang selama ini melekat di masyarakat, yakni kemacetan dan kawasan polusi industri. Saat ini ada 10 infrastruktur baru yang dibangun di koridor Timur Jakarta.
“Proyek itu adalah Elevated Toll Road, Kereta api double double track, LRT, MRT, kereta cepat Jakarta Bandung, Cikampek Layang, JORR 2, Jalur Cikampek Selatan, Kereta cepat Jakarta – Surabaya, Pelabuhan Patimban serta Bandara Kertajadi. Berbagai infrastruktur ini cukup lengkap dan tidak ada di wilayah barat Jakarta,” jelas Sutedja.
Hal senada juga disampakaian GM Sales & Marketing PT Sirius Surya Sentosa Suranto Tjhai. Ia menjelaskan, di negara maju infrastruktur adalah salah satu faktor utama yang akan menaikkan investasi properti. Dengan kondisi ini, maka Koridor Timur Jakarta sangat berpotensi untuk meningkatkan hal tersebut.
Sebab, katanya, secara keseluruhan infrastruktur di koridor timur Jakarta paling lengkapcdan paling siap dibanding kawasan lainnya. “Dan yang perlu diingat, tidak dari sisi infrastruktur saja, namun juga kawasan industrinya, serta fasilitas pendukung seperti pendidikan, kesehatan dan lainnnya,” ungkap Suranto.
Bagi Sales & Marketing Director PT Pollux Properti Indonesia Tbk., Maikel Tanuwidjaja, potensi kawasan timur Jakarta kin justru sangat baik. Hal ini tercermin dari tujuh proyek yang dikembangkan Pollux, setidaknya tiga diantaranya terletak di koridor timur dengan total pengembangan seluas 45 hektar.
“Dari awal kami melihat ini sangat seksi, salah satunya dari perkembangan infrastruktur yang masif. Hanya saja, ke depan, bagaimana caranya secara bersama-sama kita dapat mengubah image yang selama ini telah terbentuk, dari kawasan industri menjadi kawasan hunian yang nyaman dengan berbagai kelebihan,” tuturnya.
Taufik Hidayat selaku Presiden Direktur PT PP Properti, Tbk., optimis koridor timur Jakarta akan menjadi tempat yang layak untuk berinvestai. “Dari sisi ruang, masih cukup luas karena pengembangannya berpotensi hingga ke Kertajati. Tingkat polusinya pun rendah, harga jualnya juga lebih affordable dibanding koridor barat,” sebutnya.
Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Lukas Bong menyambut baik terbentuknya komite Koridor Timur Jakarta. Dengan adanya Komite ini, Lukas berharap membuat penjualan makin bergairah. “Ini juga akan membantu teman-teman broker untuk memasarkan properti di kawasan ini,” bilang Lukas.
Menurutnya, koridor timur Jakarta memiliki “paket lengkap” dari segi fasilitas serta infrastruktur. “Selama ini, properti wilayah Barat jadi tren karena fasilitas pendidikannya lengkap, padahal wilayah timur Jakarta juga tidak kalah. Di beberapa kawasan bahkan tersedia fasilitas pendidikan berstandar internasional,” tutupnya. (Artha Tidar)