Sebuah ungkapan menyatakan, “A Picture is Worth a Thousand Words” atau sebuah gambar punya makna seribu kata. Tanpa banyak kata, satu gambar dapat dibaca atau diartikan beragam tergantung siapa yang melihatnya. Itulah kemudian mendasari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta mengadakan Simposium Nasional dan Pameran industri fotografi Indonesia bertajuk “Nostalgia for the Present”.
Diselenggarakan di Concert Hall Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, acara ini dibuka oleh Sekretaris Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Sekretaris Utama Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ni Wayan Giri Adnyani.
Dalam sambutan pembukaannya, Ni Wayan Giri menyampaikan apresiasinya terhadap penyelenggaraan kegiatan ini. “Fotografi adalah salah satu dari subsektor ekonomi kreatif dan memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan kepariwisataan,” katanya, (3/3).
Acara Simposium Nasional ini bertujuan untuk membuka ruang-baca tafsir atas sejarah, karya-karya, pemikiran, dan konsumsi fotografi, baik di Indonesia ataupun mancanegara, sehingga memungkinkan publik memperoleh pengetahuan dan pemahaman intelektual yang memadai.
Ni Wayan Giri mengatakan, kegiatan ini diharapkan bisa menjadi media kreatif penghubung antara wisatawan dan masyarakat. Sekaligus mempromosikan daya tarik destinasi maupun gagasan event kreatif yang tercipta, sehingga ada ruang untuk berinteraksi secara bersama-sama dan berbagi pengalaman. “Hal ini tentu memberikan kontribusi yang sangat positif dalam peningkatan citra dan daya saing wisata,” tuturnya lagi.
Rektor ISI Yogyakarta, Irwandi, menambahkan agar kolaborasi antarsektor ini terus dijaga dan ditingkatkan, sehingga mampu memberikan benefit yang besar bagi ISI Yogyakarta, alumni, dan seluruh civitas akademika.
“Saya mengucapkan selamat kepada seluruh pembicara simposium hari ini. Semoga kita bisa menambah khasanah keilmuan kita di bidang seni dan media, khususnya fotografi, yang sekarang menemukan banyak tantangan,” kata Irwandi.
Tiga Tema
Seminar Simposium Nasional fotografi ini terbagi menjadi tiga tema diskusi. Tema yang pertama adalah Photography as Cotemporary Art, yang membahas dan mengkaji tentang produksi, konsumsi, dan distribusi karya fotografi di dunia seni rupa kontemporer berdasarkan sejarah, wacana, dan pasar seni rupa kontemporer. Apa, siapa, dan bagaimana produksi, konsumsi, dan distribusi karya fotografi berlangsung di dunia seni rupa kontemporer, terutama lewat pameran dan peristiwa seni rupa kontemporer di Indonesia dan mancanegara.
Sesi diskusi kedua yaitu Foto Kritik, Kritik Foto. Sesi ini membahas dan mengkaji foto sebagai sarana kritik sosial politik di Indonesia dan mancanegara, serta membicarakan sejauh apa praktik kritik atas fotografi di dalam dan luar negeri. Selain itu juga siapa dan bagaimana kritik foto dilakukan, serta bagaimana pelaku fotografi mengimplementasikan foto sebagai kritik sosial politik.
Adapun sesi terakhir mengambil tema Institusi Seni dan Fotografi, yang membahas dan mengkaji lembaga atau organisasi seni berkenaan dengan pendidikan dan praktik fotografi di Indonesia atau di mancanegara, termasuk apa, siapa, dan bagaimana lembaga atau organisasi itu, antara lain perguruan tinggi seni rupa, studio, komunitas fotografi berjalan dengan ideologi atau khasanah estetika tertentu.
baca juga: Pendaftaran GDI 2024 Sudah Dibuka
Beberapa narasumber yang dihadirkan di antaranya Irwandi (akademisi), Wahyudin (kurator), Edy Prakoso (pemilik Sasanti Gallery), Empu Ageng Oscar Motuloh (fotografer profesional/mantan Direktur Antara), Arbain Rambey (fotografer Kompas), Suwarno Wisetrotomo (kurator), Sardono W. Kusumo (seniman), R. Drajatno Widi Utama (Dosen Universitas Trisakti), dan Sigit Pramono (Budayawan), serta Goenawan Soesatyo Mohammad, penyair, esais, penulis naskah drama, dan editor Indonesia.
Selain sebagai forum diskusi, simposium nasional ini juga merupakan sebuah apresiasi terhadap perjalanan karir Profesor Soeprapto Soedjono. Selama kurang lebih 40 tahun berkarya, Profesor Soeprapto telah banyak berkontribusi bagi dunia fotografi Indonesia, sehingga perjalanan karirnya menjadi inspirasi dan nostalgia bagi penikmat fotografi di Indonesia. Untuk diketahui Soeprapto Soedjono yang pernah menjadi akademisi di ISI Yogyakarta adalah satu-satunya profesor di bidang fotografi di Indonesia.
Rangkaian acara Seminar Simposium Nasional “Nostalgia for the Present” akan dilanjutkan dengan Pameran Fotografi dan Pemutaran Film pada 4-14 Maret 2024 di Galeri RJ Katamsi ISI Yogyakarta dan Workshop Fotografi pada 5-7 Maret 2024. Turut dipamerkan beberapa karya fotografi Ni Wayan Giri yang juga penyuka fotografi.