IAS Akan Bangun Aerotropolis Seluas 80 Ha

Bagikan

IAS

InJourney Aviation Services (IAS) berencana membangun kawasan aerotropolis seluas 80 hektare di Bandar Udara Internasional Yogyakarta. Di atas kawasan tersebut akan berdiri hunian, perkantoran, pusat olahraga, rumah sakit, usaha retail, pergudangan, hotel, dan lokasi pameran.

“Nanti gudang ini akan dekat dan memiliki akses khusus ke bandara, dekat dengan pusat MICE untuk pameran, jadi akan menjadi one single area untuk meningkatkan perekonomian di Kulon Progo,” terang Direktur Utama IAS, Dendi Tegar Danianto.

Dendi mengatakan, sebagai mitra pemerintah, pihaknya telah mengantongi pengalaman panjang selama lima tahun terakhir di industri logistik dan terminal kargo. Saat ini, terdapat sembilan major air cargo hub dan 39 terminal kargo yang dikelola IAS di seluruh Indonesia, guna memenuhi kebutuhan distribusi industri, baik skala domestik, ekspor maupun impor. “Pembangunan kawasan aerotropolis ini guna mengoptimalkan keberadaan air cargo hub tersebut,” tandasnya.

“Kalau dibandingkan dengan land dan sea, memang air cargo cenderung lebih mahal. Tapi untuk beberapa industri yang fokus pada time sensitive atau membutuhkan kecepatan, kami bisa masuk. Harga juga cukup kompetitif dibandingkan negara-negara lain,” kata Dendi.

Pasar logistik global diperkirakan mencapai nilai sebesar US$12,68 triliun pada tahun 2025. Tren positif ini mengikuti pertumbuhan e-commerce yang diprediksi sebesar US$7,4 triliun pada 2025, sehingga membutuhkan inovasi di sektor logistik yang lebih efisien.

 

IAS
ilustrasi
Pemerintah Dukung IAS

Pemerintah mendukung penuh rencana IAS mengembangkan kawasan Aerotropolis, yang mengintegrasikan bandar udara dengan kawasan di sekitarnya, termasuk industri, hunian, pergudangan, tempat pertemuan, dan usaha retail. Pemerintah juga berkomitmen untuk terus memacu pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan konektivitas yang selama ini menjadi penyebab tingginya biaya operasional di sektor logistik.

Tingginya biaya tersebut bisa terlihat pada data World Bank, yang menyebut biaya logistik di Indonesia mencapai 23% dari Produk Domestik Bruto (PDB), namun lebih tinggi sekitar 14% dari rata-rata negara Asean lainnya.

“Sejatinya pemerintah mendukung inisiasi IAS ini, karena harapannya ekosistem tersebut ikut mendorong dan menggerakkan berbagai sektor industri, khususnya industri kargo dan logistik,” kata Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza.

baca juga: Delapan Angkasa Pura Airports Borong 24 Penghargaan di ASQ Awards 2023

Riza mengatakan, kehadiran kawasan aerotropolis memungkinkan bertumbuhnya klaster bisnis baru yang menjanjikan, serta memiliki multiplier effect perekonomian yang luas, seiring dengan mudahnya konektivitas barang dan manusia.

Dari sisi investasi, lanjutnya, kawasan aerotropolis memiliki sejumlah keunggulan. Pertama, diuntungkan dari segi sarana transportasi yang sudah tersedia dan terintegrasi dengan jalan yang sudah memadai.

“Selain itu, ada dukungan infrastruktur, baik untuk memenuhi kebutuhan air maupun listrik yang memang sudah bagus. Keunggulan itu harus disebutkan dalam rencana pengembangan kawasannya, karena nggak banyak yang punya seperti ini,” ujarnya.

IAS sendiri adalah bagian dari PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Injourney), holding BUMN di sektor aviasi dan pariwisata. Penyedia layanan di sektor penerbangan, mencakup ground handling and cargo terminal operator services, logistik, hospitality, dan layanan operasional. Selain Bandara Internasional Yogyakarta, IAS juga mengelola bandara internasional Minangkabau, Kualanamu – Deli Serdang, Sumut, Syamsudin Noor – Banjar, Kalsel, Soekarno Hatta – Tangerang, Husein Sastranegara – Bandung, Banyuwangi, I Gusti Nurah Rai – Bali, Sam Ratulangi – Manado dan Frans Kaiseipo – Biak, Papua.

 

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *