Ecoloft, residensial yang berlokasi di Jababeka – Cikarang, Kabupaten Bekasi, mendapatkan Sertifikasi EDGE Zero Carbon, dari IFC, anggota Grup Bank Dunia. EDGE (Excellence in Design for Greater Efficiencies) adalah sistem sertifikasi bangunan hijau yang dikembangkan oleh IFC. Sertifikasi zero carbon tersebut sekaligus menjadikan Ecoloft sebagai proyek real estate pertama di Indonesia yang mendapatkan akreditasi sertifikasi zero carbon dari salah satu program bangunan hijau terkemuka di dunia.
“Dengan bangga kami menganugerahkan sertifikasi kepada Ecoloft sebagai bangunan zero carbon pertama di Indonesia. Standar zero carbon telah berhasil dicapai melalui berbagai solusi ramah lingkungan termasuk di antaranya penggunaan panel fotovoltaik juga resapan air hujan,” kata Alex Buechi, partner dari Asia Green Real Estate.
Kami percaya, imbuh Buechi, “Pencapaian ini dapat mendorong berbagai inovasi konstruksi berkelanjutan dan berpeluang untuk digemakan dalam membentuk masa depan bangunan hijau di Indonesia.”
Asia Green Real Estate adalah manajer aset yang menyespesialisasikan pada investasi perumahan dan kantor di kawasan Asia. Memiliki kantor yang tidak saja ada di Asia, seperti di Singapura, Jakarta, Shanghai, dan Hong Kong, juga di Zurich, Swiss.
Ecoloft adalah kompleks hunian yang berlokasi di dalam lapangan golf meliputi 19 unit townhouses yang unik dan dikelola serupa apartemen servis. Sejak awal, hunian ini memang dirancang dengan konsep ramah lingkungan. Seluruh proses, mulai dari konstruksi, operasi, dan pemeliharaan dilakukan dengan metode inovatif dan hemat sumber daya.
Massa bangunan setinggi empat lantai ini diletakkan di tengah tapak, membuat setiap bukaan pada bangunan tidak saja mendapat pemandangan hijau dari taman yang dipenuhi tanaman bambu dan sejatinya tidak seberapa lebar, tapi membuat udara bebas bersirkulasi. Sisi luar bangunan diberi lapisan bilah yang disusun horisontal, yang mana tidk saja berfungsi estetis, juga menjadi penghalang masuknya cahaya dan panas langsung ke lapisan kaca pada semua bukaan. Air bersihnya menggunakan teknologi reverse osmosis yang memungkinkan air bisa langsung diminum dari keran.
Pengurangan rasio jendela-ke-dinding, penggunaan alat penahan panas eksternal, pemanas air tenaga surya, insulasi untuk atap dan dinding luar, sistem pendingin udara hemat energi, pencahayaan hemat energi, dan fotovoltaik surya yang menyediakan 50 persen konsumsi listrik, diperkirakan berhasil menghemat energi hingga 82 persen.
Penggunaan energi terbarukan serta carbon offsets dari United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) membuat proyek ini dapat mengurangi jejak karbonnya menjadi nol, mengurangi emisi sebanyak 95 ton per tahun, atau setara dengan menanam sekitar 1.500 pohon.
“Bahan bangunan menyumbang setengah dari limbah padat yang dihasilkan setiap tahun di seluruh dunia. Jumlah tersebut diperkirakan akan mencapai 2,2 miliar ton per tahun secara global di tahun 2025. Artinya kunci masa depan rendah karbon adalah penghijauan bangunan, baik yang baru maupun lama,” ujar Randall Riopelle, Country Manager IFC untuk Indonesia dan Timor-Leste.
IFC telah berkontribusi pada pengembangan ruang hijau di seluruh dunia melalui kerja sama dengan pemerintah dan mitra lokal. “Proyek ini menunjukkan bahwa ada solusi praktis yang dapat dijangkau oleh hampir semua orang untuk mengurangi jejak karbon bangunan,” tandas Riopelle
Layaknya pasar negara berkembang lainnya, Indonesia berusaha melakukan tindakan seimbang antara usaha meningkatkan kemakmuran rakyatnya dan menanggapi perubahan iklim. Indonesia juga memiliki beberapa kota dengan pertumbuhan tercepat di Asia, populasi kota Jakarta diperkirakan akan melampaui populasi kota Tokyo di tahun 2030, dan menjadikannya sebagai kota terbesar di dunia.
Pada saat yang sama, urbanisasi dan pertumbuhan yang cepat seperti ini menghadirkan tantangan lingkungan yang besar, dan semakin menggarisbawahi perlunya tindakan iklim yang ambisius.
Sertifikasi zero carbon untuk apartemen Ecoloft menambah lebih dari dua juta meter persegi ruang berkelanjutan yang telah dikembangkan oleh EDGE. Dengan dukungan pemerintah Inggris, hingga saat ini EDGE telah mensertifikasi lebih dari 2,3 juta meter persegi bangunan di Indonesia, memangkas emisi karbon sebanyak 67.000 ton per tahun, yang setara dengan menanam sekitar 1.100.000 pohon.
Pada tahun fiskal 2022, IFC sudah menginvestasikan 32,8 miliar dolar AS di sejumlah perusahaan dan lembaga keuangan di negara berkembang, untuk membantu mengakhiri kemiskinan ekstrem dan meningkatkan kesejahteraan bersama di tengah perekonomian yang sulit dalam menghadapi dampak krisis global yang semakin parah.