“Pasar saat ini lebih memilih apartemen yang sudah jadi atau siap huni. Karena mereka merasa lebih secure. Walaupun konsekuensinya, harga lebih tinggi dibandingkan jika membeli pada penawaran pertama, atau saat bangunan belum jadi,” kata Ferry Salanto, Head of Research Colliers Indonesia, dalam Colliers Virtual Media Briefing Q4 2022, (4/1).
Data Colliers menunjukkan bahwa tingkat serapan apartemen yang sudah jadi sebesar 94,6 persen, sementara yang masih dalam tahap pembangunan hanya 55,3 persen. Sepanjang tahun 2022, permintaan apartemen strata masih di bawah tekanan akibat ekonomi makro yang lesu, bersamaan itu juga launching proyek baru sangat sedikit. “Pengembang masih enggan meluncurkan proyek baru,” ucap Ferry lagi.
Sepanjang tahun 2022, menurut Colliers, hanya ada 1.484 unit yang rampung. Sebagian besar proyek yang ditunda Collier memprediksi akan selesai pada tahun 2023 ini. Karena pasar lebih meminati unit yang sudah jadi, penjualan proyek baru pada tahun 2022 hanya sedikit lebih baik dari tahun 2021, yang masing-masing sebesar 1.389 dan 1.289 unit.
Hal serupa juga terjadi di pasar apartemen Surabaya. Di Kota Buaya ini, banyak pengembang juga yang melakukan penundaan penawaran baru. Akibatnya di tahun 2022, pertumbuhan pasok menjadi terendah dalam satu dekade. “Jumlah pasokan pada tahun 2022 jauh di bawah pasokan tahunan historis,” ungkap Ferry. Akibatnya, imbuh Ferry, membuat pasokan tahun 2023 menjadi yang terendah dibandingkan periode sebelumnya.
Penurunan permintaan tersebut, ditengah kondisi yang penuh ketidakpastian ini membuat calon pembeli cenderung ambil sikap wait-and-see. Karena situasi makro ekonomi yang diperkirakan juga tidak lebih baik, di tahun 2023 ini Colliers memperkirakan permintaan masih sulit untuk naik
Menurut Colliers, baik di Jakarta maupun di Surabaya, harga apartemen cenderung stagnan karena terjadi persaingan ketat dari unit di pasar sekunder. Mereka cenderung bertahan dengan harga saat ini. Dan, “Pada tahun 2023 ini, kami perkirakan harga belum akan naik signifikan, hal ini semata untuk menarik minat calon pembeli karena tidak ada katalis di pasar,” kata Ferry.
Katalis yang dimaksud, adalah kebijakan fiskal, yakni Ppn yang ditanggung pemerintah. Harto Laksono, Marketing Director PT Intiland Grande (Intiland Surabaya), menyatakan, “Adanya kebijakan bebas PPN itu sangat membantu konsumen, mendorong mereka untuk membeli saat itu. Karena tahun ini sudah tidak ada, penjualan jadi agak berkurang.” Karena tidak ada lagi katalis tersebut, ucap Ferry, “Tampaknya kenaikan harga dan penyerapan tidak bisa lagi seperti sebelum pandemi.”
Millenial Pilih Sewa Dulu
Lemahnya pasar membuat banyak pengembang melakukan beragam cara untuk menarik konsumen, selain mempertahankan harga seperti yang disebutkan di atas. Antara lain dengan beragam paket promosi, seperti bebas uang muka, subsidi akad KPA, atau cashback PPN. Beberapa bahkan menawarkan unit sudah termasuk furnitur dan home appliances, jadi tinggal bawa koper sudah bisa langsung huni.
“Isu utamanya soal pembiayaan untuk punya properti, terutama kaum milenial,” kata Senior Associate Director Collier Indonesia Monica Koesnovagril. Dan khusus kaum milenial ini, ungkap Monica, mereka lebih suka sewa daripada beli (apartemen). Karena itu, program rent to own cocok diterapkan pada apartemen yang menyasar kaum muda itu. “Program tersebut akan sangat membantu mereka untuk bisa membeli properti. Mereka bisa merasakan tinggal dulu di apartemen yang diminati, untuk kemudian beli yang memang sesuai dengan kebutuhannya.”
Melihat bahwa kaum urban perlu mendapat panduan apartemen-apartemen mana yang layak dipilih, majalah MyHome edisi terbaru #65 merekomendasikan apartemen-apartemen siap huni di Jabodetabek dan Surabaya. Liputan lengkapnya dapat diakses melalui link: https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/my-dream-home/ed-65-2023 atau pesan melalui Instagram di akun @myhome_magz, @grahajurnalis.id, dan @gramediadigital.