Pinhome bersama Nafas Indonesia meluncurkan laporan riset tentang kualitas udara di Jabodetabek. Penyusunan laporan ini didasarkan pada kondisi di mana banyak warga perkotaan yang tidak menyadari kalau mereka setiap hari terpapar oleh polusi udara. Padahal hal tersebut sangat mempengaruhi kesehatannya. Dan banyak dari mereka tidak menyadari kalau lingkungan huniannya berada di daerah yang kualitas udaranya buruk. Ketidaksadaran tersebut salah satunya disebabkan oleh minimnya data tentang kualitas udara harian yang dapat diakses dengan mudah dan dengan data terbaru.
“Dengan report ini diharapkan masyarakat dapat lebih mengetahui bahwa kualitas udara adalah salah satu faktor penting juga yang berpengaruh pada pemilihan hunian,” kata Head of Agent Account Management Pinhome Panca Satria.
Pinhome sendiri adalah pionir platform e-commerce properti satu atap (end-to-end) lokal yang memiliki jaringan agen properti baik individu maupun kantor profesional yang luas. Didirikan pada September 2019, Pinhome resmi beroperasi pada Januari 2020. Pinhome tersedia dalam bentuk aplikasi untuk memudahkan konsumen bertransaksi properti. Selain fitur terkait dengan transaksi, tersedia juga layanan Pinhome Home Service, yang telah beroperasi di lebih dari 34 kota di Indonesia.
Sementara itu, Nafas Indonesia adalah perusahaan teknologi dengan spesialisasi pada manajemen kualitas udara berbasis aplikasi telepon genggam. Dengan mengkombinasikan perangkat keras berupa sensor kualitas udara yang dapat memperbaharui data setiap 20 menit, dan analitik kualitas udara, data yang disajikan bersifat real-time dan hyperlocal. Saat ini Nafas telah memasang lebih dari 176 sensor yang lokasinya tersebar di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, DI Yogyakarta, dan Denpasar.
Laporan tersebut didasarkan pada hasil survei Nafas atas polusi PM2.5, yaitu gabungan partikel padat yang berada di udara, yang berukuran 2.5 mikron yang dihasilkan oleh asap kendaraan bermotor, asap pabrik, asap rokok, dan pembakaran sampah. PM2.5 ini seukuran 1/100 helai rambut dan tidak bisa disaring oleh tubuh manusia, karena itu bila terhirup bisa terperangkap di paru-paru.
Begitu halusnya, bahkan PM2.5 dapat masuk ke pembuluh darah dan tersalurkan ke seluruh tubuh dan bila terpapar dalam jumlah sangat banyak, akan menimbulkan beragam masalah kesehatan. Menurut data dari KLHK 2013, sebesar 60 persen pasien rumah sakit di Jakarta menderita penyakit yang terkait dengan polusi udara. Adapun data WHO menunjukkan bahwa sembilan dari sepuluh orang menghirup udara yang penuh dengan polutan.
CGO-CoFounder Nafas Indonesia Piotr Jakubowski menerangkan, berdasarkan Air Pollution Index yang dikeluarkan WHO, polusi PM2.5 di Jakarta mencapai 39 µg/m³. “Nilai ini sangat tinggi dibandingkan standar WHO tahun 2021 senilai 5 µg/m³,” terangnya.
Riset kolaborasi Pinhome dengan Nafas dilakukan pada lima wilayah di Jabodetabek, yakni Beji- Depok, area Dharmawangsa dan Pondok Indah-Jakarta, lalu Bogor Barat, dan Tambun Selatan – Bekasi. Karena bersifat realtime, hasil kualitas udara menjadi cukup bervariasi. Di suatu hari, pada jam tertentu indikator menunjukkan polusi udara di suatu daerah cukup tinggi, tapi di jam atau hari lain menjadi lebih baik. Angin dan hujan adalah salah satu penyebab membaiknya kualitas tersebut, sebab kadar polutan berkurang.
Meski sudah tinggal di lingkungan yang kualitas udaranya buruk, bukan berarti tidak bisa dihindari atau dikurangi paparannya, demi kesehatan diri. Seperti dijelaskan Panca, caranya antara lain dengan menutup jendela atau ventilasi natural ketika kondisi udara memburuk, mengatur waktu olahraga di luar ruangan, atau menggunakan air purifier untuk membersihkan udara di ruangan
Jika masih memilih-pilih hunian, upayakan untuk memilih lokasi yang kualitas udaranya baik. Salah satunya dengan mengetahui rencana pengembangan atau pembangunan di daerah tersebut, seperti adanya pabrik atau kegiatan industri, juga jarak kegiatan tersebut dengan hunian. Juga memanfaatkan aplikasi Nafas, lewat fitur Nafas Insights. “Dengan Nafas Insights, Anda bisa melihat rangkuman informasi kualitas udara di daerah tempat tinggal Anda setiap minggu,” kata Piotr.