
RUMAH RAKYAT – Tak sedikit pengemudi taxi yang masih belum memiliki rumah sendiri, meskipun sudah bekerja sekian lama. Moko (50) misalnya, yang sudah belasan tahun jadi pengemudi taxi di Bandara Adi Sumarmo, Solo. Tak pernah terbersit di benak para pengemudi Angkasa Taxi ini untuk bisa memiliki rumah sendiri. Jangankan untuk mencicil kredit kepemilikan rumah (KPR), penghasilannya sebagai pengemudi taxi habis untuk membiayai hidup sehari- hari dan mencicil kendaraan. Sejumlah upaya sudah dicoba oleh paguyuban pengemudi taxi yang berjumlah 100 armada ini untuk bisa merumahkan anggotanya. Mulai dari menjajaki kerjasama dengan pihak ketiga, sampai dengan mencoba mencari lahan sendiri.
Secara gotongroyong mereka mulai mengumpulkan penghasilan masing-masing untuk membeli lahan yang nanti bisa dibangun rumah. Hasil kerja keras paguyuban yang didukung pula oleh pengelola angkutan di Lanud Adi Sumarmi, akhirnya mereka mampu membeli lahan seluas 3. 800 m2 dengan harga sekitar Rp110 ribuan per meter. Harapan untuk bisa memiliki rumah pun kembali muncul. Namun, memiliki lahan saja tidak cukup. Untuk bisa membangun rumah, dibutuhkan persyaratan lain seperti dokumen syarat pengajuan KPR ke bank. Hasrat yang besar untuk memiliki rumah idaman pun kembali sirna.
Harapan Moko dan teman temannya di Angkasa Taxi kembali muncul. Adalah M. Hidayat, langganan taxi yang dikendarai Moko. Pria ini rutin mengunjungi putranya yang mukim di Pondok Pesantren Gontor. Setiap ke Madiun, biasanya langganan Moko ini minta diantar dari Bandara Adi Sumarmo menuju Ponorogo. Belakangan dalam pembicaraan antara Moko dan pelanggannya, baru diketahui jika pria yang jadi langgannnya adalah seorang pengusaha perumahan.
Melalui pembicaraan diperjalanan inilah akhirnya M.Hidayat yang juga adalah Sekretaris Jenderal Pengembang Indonesia (PI) banyak memberikan pencerahan dan memberikan solusi bagaimana caranya agar para pengemudi taxi bandara ini bisa memiliki rumah. Melalui jaringan dan pengalaman yang dimilikinya, baik ke regulator, sesama pengembang dan perbankan, singkat cerita para pengemudi Angkasa Taxi ini pun sekarang bisa memiliki rumah yang dibiayai oleh Bank BTN Syariah.
“Kebetulan saya aktif dalam komite percepatan pembangunan dan program sejuta rumah. Saya sempat membawa teman teman para pengemudi taxi ini ke Jakarta mengikuti Rapat Koordinasi dengan Tim dan menjelaskan kondisi yang dihadapi para pengemudi taxi ini. Sebagai pekerja di sektor informal, sebenarnya mereka mampu mencicil KPR, tapi mereka dimasukan kategori non bankable, jadi tidak bisa dibiayai bank,” jelas M.Hidayat. Ide Hidayat untuk memperjuangkan agar para pengemudi taxi tersebut dapat dibiayai, sempat tidak diproses sejumlah bank karena memang belum pernah di lakukan.
Atas kegigihan Sekjend Pengembang Indonesia ini akhirnya diperoleh solusi untuk memungkinkan paguyuban pengemudi taxi ini yang tadinya masuk sektor non informal, lalu dibuatkan legal standingnya dan bisa di biayai oleh Bank BTN Syariah. “Potensi pendapatan sopir taxi ini memungkinkan dan jika dikumpulkan dalam dana abadi mereka, nilainya sangat aman. Hanya soal legal standing saja yang belum mendukung. Melalui Pengembang Indonesia akhirnya kita bisa berikan solusi. Kedepan kita akan copy paste model ini di tempat-tempat lain, ” kata Hidayat.
Hasil kerja keras ini pun berbuah manis. Sekarang sudah dibangun 30 unit rumah milik para pengemudi Angkasa Taxi, Griya Angkasa Mandiri di kawasan Tegalsari, Canden, Sambi Boyolali, sekitar 13 km dari bandara Adi Sumarmo. Melalui CV.Angkasa Mandiri yang juga sudah menjadi anggota DPD Pengembang Indonesia Jawa Tengah, rencananya akan dikembangkan sampai 100 unit rumah untuk para pengemudi taxi yang belum memiliki rumah.

Ketua Umum DPP Pengembang Indonesia (PI) Barkah Hidayat menjelaskan, asosisasi yang mereka kelola memang memiliki komitmen untuk mendorong anggota dan memberdayakan masyarakat sektor informal seperti pengemudi taxi. ” Model kepemilikan rumah yang sekarang dilakukan di Bandara Adi Sumarmo adalah yang pertama di Indonesia. Dan akan kami lanjutkan di beberapa lokasi lain,” kata Barkah.
Sementara itu, Kolonel PNB Indan Gilang B, S.sos, yang baru saja dilantik menjadi Komandan Pangkalan TNI AU Adi Sumarmo Solo diruang kerjanya mengatakan, “Saya sampaikan terima kasih atas terwujudnya perumahan untuk pengemudi taxi ini. Memang tidak secara langsung berhubungan dengan TNI-AU, tapi para driver Angkasa Taxi adalah keluarga kita,” kata Indan.
Menurut Indan, soal perumahan memang sudah menjadi masalah bersama. Bukan hanya sektor informal yang belum punya rumah, tapi juga masyarakat lainnya, termasuk prajurit. ” Kita (Prajurit TNI AU) juga masih banyak yang belum memiliki rumah sendiri. Masih tinggal di rumah dinas yang harus ditinggalkan setelah masuk masa pensiun,” jelas Indan. TNI juga punya program pengadaan perumahan prajurit, tapi masih jauh dari kebutuhan. “Mungkin kedepan setelah membantu perumahan untuk para pengemudi Angkasa Taxi, Pengembang Indonesia ( PI) juga bisa bekerjasama dengan kita untuk pengadaaan rumah untuk prajurit,” lanjut Indan.

Dengan terbangunnya Perumahan Grya Angkasa Mandiri, para pengemudi Angkasa Taxi kini merasakan memiliki rumah sendiri dan tidak lagi menyewa rumah. Ketua Paguyuban Pengemudi Angkasa Taxi di bawah Puskopau Adi Sumarno, Satria mengatakan, pihaknya menyampaikan terima kasih kepada Pengembang Indonesia (PI), khususnya Sekjend M.Hidayat yang telah memberikan dukungan kepada mereka sehingga bisa memiliki rumah. “Rencananya kami akan lanjutkan sampai 100 unit rumah sampai seluruh anggota paguyuban pengemudi Angkasa Tax memiliki rumah,” tutur Satria.