Mall Berkonsep Retailtainment Bakal Makin Ngetren

Bagikan

mal

Seiring dengan tren yang juga terjadi secara global, mal-mal di Jakarta sedang berkembang melampaui peran tradisionalnya untuk menjadi destinasi gaya hidup yang dinamis. Penekanan yang semakin besar pada retailtainment mengubah pengalaman konsumen, dengan menggabungkan belanja dengan unsur-unsur budaya, hiburan, dan sosial.

Perubahan tersebut terjadi karena pola belanja yang sudah berubah, juga aktivitas sosial warga urban. “Belanja secara online memang merebak, tapi banyak orang tetap menginginkan datang ke mall. Bukan untuk belanja pakaian misalnya, tapi merasakan experience yang dihadirkan di ruang tersebut,” kata Anton Sitorus, Head of Research & Consultancy CBRE Indonesia, yang disampaikan pada paparan Market Outlook Q-3 2025, Jakarta, (18/11).

“Sekarang, tak cukup lagi mal diisi “tempat ngopi cantik” atau restoran dengan menu viral atau spots yang instagramable, karena ini hanya sekadar untuk mengakomodasi lifestyle. Pengunjung harus diberi pengalaman lebih, agar mereka mau stay lebih lama di mal tersebut,” terang Anton.

Sejumlah pusat belanja kini memang sudah merespon hal tersebut. Mulai dari mempercantik diri, baik eksterior maupun interior, menata ulang pengisinya (tenant mixed), sampai dengan “memasukkan” tenant yang menyediakan atraksi yang bersifat rekreatif. Bahkan mal-mal terkemuka kini juga menampilkan konsep pop-up yang dikurasi dan zona gaya hidup khusus yang dirancang untuk melibatkan pengunjung, dengan teknologi digital terkini seperti virtual atau augmented reality.

Hal ini sejatinya terjadi secara global, bahkan mereka sudah “menyadari” lebih cepat. CBRE mencontohkan EmSphere Bangkok adalah salah satu pusat belanja yang sejak awal dirancang dengan konsep retailtainment. Selain toko-toko fashion dan restoran dari jenama tenar, ruang ritel setinggi enam lantai ini juga diisi dengan showroom mobil dari kelas luxury brands, seperti Porsche, Bentley, Lamborghini, Cupra, dan Lotus. Lalu ada gym dengan ice bath and pool, IKEA yang “memakan” hampir seluruh lantai 3, Sky Beach Club dan the EmSphere Rooftop Bar di lantai 5 serta UOB Live entertainment arena yang berkapasitas 6.000 orang di lantai 6. Dibuka pada akhir 2023, hingga kini pusat belanja yang terintegrasi dengan stasiun BTS Phrom Phong ini terus jadi mall yang masuk daftar “wajib kunjung”, tidak hanya warga lokal, pun turis asing.

mal

Kinerja Mal

CBRE pun menyampaikan, ketidakpastian ekonomi telah membuat konsumen lebih selektif, lebih menyukai merek lokal karena familiaritasnya dan pengirimannya yang cepat. Ini mendorong para peritel untuk meresponsnya dengan promosi dan layanan pengiriman yang lebih baik. “Peritel bakal meneruskan strategi omnichannel untuk memasarkan produknya,” imbuh Anton. Selain jenama lokal, Anton juga mengungkapkan, jenama asal negeri Tiongkok juga makin masif hadir di sini. Tidak hanya dari f&b, pun fashion serta sport brands.

Dengan kondisi demikian, riset CBRE Indonesia menyatakan bahwa hingga kini, segmen F&B, lifestyle fashion, leisure, dan convenience adalah yang menghidupkan sektor ritel di Jakarta, terutama. Dengan masih tipisnya pasok baru, tingkat hunian pada kuartal ketiga 2025 lalu sedikit membaik, menjadi posisi di kisaran 86%.

Mal-mal premium masih terus yang memimpin dalam kinerja ini, karena mereka bisa memanfaatkan portofolio merek yang kuat dan posisi premiumnya. Sementara mal-mal kelas menengah masih bergelut, dengan me-reinvent diri melalui aktivasi dan acara yang beresonansi dengan pengunjung yang dibidiknya, oleh media sosial.

Saat ini di Jakarta, tersedia ruang belanja sebanyak 3.4 juta m2, dan pasok yang akan datang diperkirakan hanya ada 154,000 m2. Karena itu pula, tarif sewa masih relatif stabil, bahkan hingga akhir tahun ini, rata-rata sebesar Rp320 ribu m2/bulan.

baca juga: Percantik Diri, Cara Mall Bertahan dari Sepinya Pebelanja

Fondasi Ekonomi

Menurut CBRE, pasar properti Jakarta diprediksi akan mengalami periode pertumbuhan stabil, didorong oleh fondasi ekonomi yang tangguh dan pergeseran prioritas penyewa. Pasokan baru yang terbatas di segmen primer akan mendukung stabilitas sewa, sementara ekspansi ritel berpengalaman dan berbasis logistik muncul sebagai pendorong pertumbuhan utama. Anton menegaskan, pertumbuhan ekonomi saat ini yang masih didukung oleh konsumsi domestik, menjadikan pasar ruang ritel terus alami pertumbuhan walau memang tidak lagi sekencang masa sebelum pandemi.

“Pasar properti Jakarta memasuki fase pertumbuhan berkelanjutan. Pasokan baru yang terbatas di segmen primer akan mendukung stabilitas okupansi dan sewa, sementara perluasan ritel berbasis logistik tetap menjadi pendorong utama,” ujar Angela Wibawa, Managing Director Advisory Services CBRE Indonesia.

Angela menambahkan bahwa CBRE berkomitmen untuk memperluas kehadirannya di pasar Indonesia, yang sejalan dengan tren pertumbuhan ekonomi yang sedang berkembang, dengan tujuan mendukung klien lokal dan internasional dalam menavigasi pasar properti yang dinamis ini. Konsultan properti global terkemuka ini baru saja meluncurkan bisnis Advisory-nya di Indonesia pada Agustus lalu.

CBRE menilai kemampuan negeri ini dapat mempertahankan laju pertumbuhan rata-rata sekitar 5% per tahun dalam lima tahun terakhir, adalah hal mengesankan. Momentum ini diperkirakan akan berlanjut, dengan proyeksi menunjukkan pertumbuhan serupa hingga 2027. “Target ambisius pemerintah sebesar 6–8% pada 2029 mencerminkan keyakinan terhadap prospek jangka panjang negara ini. Stabilitas ini lebih dari sekadar angka, ini adalah landasan di mana keputusan properti dibuat, mulai dari ekspansi multinasional hingga investasi lokal,” tandas Anton.

 

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *