Setelah pertama kali dipercaya pada tahun 2007 untuk berkarya di luar negeri, PT WIJAYA KARYA (Persero) Tbk. (WIKA) kini menjelma menjadi BUMN Indonesia berskala global. Portofolionya telah tersebar di 11 negara baik itu di Asia, Timur Tengah dan Afrika.
Agung Budi Waskito (Agung BW) selaku Direktur Utama WIKA mengungkapkan bahwa kekuatan WIKA terletak pada portofolio yang luas di tingkat domestik dan dukungan dari semua lini bisnis yang memungkinkan WIKA dalam menawarkan jasa konstruksi secara lebih lengkap di pasar internasional.
“WIKA berani untuk masuk dalam proyek-proyek strategis dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Terbukti, di sektor pembangunan infrastruktur kereta modern misalnya, WIKA menjadi kontraktor lokal yang paling banyak mengambil peran pada pembangunan MRT Jakarta sebagai yang pertama di Indonesia dan LRT Jakarta Kelapa Gading – Velodrome. WIKA bertindak sebagai satu-satunya kontraktor Indonesia yang mengerjakan Kereta Cepat Jakarta Bandung yang juga akan menjadi yang pertama hadir di Indonesia bahkan ASEAN,” ungkap Agung BW
Agung menambahkan bahwa dalam setiap pembangunan proyek yang juga melibatkan kontraktor internasional, WIKA berusaha seoptimal mungkin untuk melakukan transfer knowledge dan transfer teknologi sehingga kompetensi WIKA pun semakin meningkat dan dipercaya oleh para kontraktor global untuk menjadi partner dalam pengembangan bisnis di luar negeri.
“Ditambah dengan kemampuan adaptasi dari karyawannya, WIKA pun semakin dipercaya menjadi kontraktor utama dalam pembangunan proyek berskala besar di luar negeri,” lanjut Agung BW
Adapun sejumlah proyek yang tengah dikerjakan WIKA di luar negeri diantaranya:
Niger, Presidential Palace
Setelah menorehkan sejumlah karya di Afrika Utara, WIKA melebarkan sayapnya hingga ke Afrika Barat melalui proyek prestisius, Istana Kepresidenan Republik Niger. Menjadi proyek pertama di Republik Niger, WIKA bertanggung jawab menyelesaikan empat bangunan meliputi ballroom, head of state atau bangunan pendukung di sekitar ballroom, service building atau pusat kontrol dan pavillion of president atau tempat tinggal presiden beserta keluarga.
Saat ini tim proyek yang terdiri dari kurang lebih 70 pekerja asal Indonesia ini sedang fokus pada penyelesaian bangunan ballroom dan mengejar target untuk segera rampung pada Februari 2021 mendatang. Karya anak bangsa ini juga semakin membanggakan dengan disematkannya nuansa Indonesia melalui penggunaan ornamen finishing dari dalam negeri serta beberapa material penunjang dari Indonesia seperti rangka baja dari WIKA Industri Konstruksi dan water heater WIKA Industri Energi.
Meski bekerja di tengah pandemi seperti saat ini, tim proyek tidak menemukan hambatan berarti karena seluruh pekerja yang berada lingkungan istana kepresidenan langsung menerapkan protokol ketat seperti tidak ada yang boleh keluar – masuk. Hal ini sejalan dengan peraturan di negara tersebut yang tetap memperbolehkan pekerjaan proyek tetap berjalan dengan pengawasan dan protokol yang ketat.
Taiwan, Sanying Metro Line
Perjalanan WIKA di Taiwan dimulai saat perseroan digandeng oleh kontraktor terbesar di Taiwan, RSEA Engineering Corporation, untuk mengerjakan jalur MRT inner ring road di kota New Taipei City. Jalur yang diberi nama Sanying Line ini nantinya akan membentang sepanjang 14,3 KM dan menghubungkan daerah Tucheng, Sanxia, dan Yingge dengan 13 stasiun pemberhentian.
Sanying Line sendiri akan menjadi stepping stone bagi Pemerintah Taiwan untuk mewujudkan interegasi transportasi dari Bandara Taiwan ke New Taipei City. Pembangunan proyek yang turut melibatkan 133 pekerja tanah air ini tengah fokus pada pengerjaan 4 station di daerah Yingge dan Sanxia yang rata-rata berjarak 1,2 KM antar station.
Malaysia, Limbang Cable Stay Bridge
Jejak WIKA di Negeri Jiran dimulai sejak tahun 2014 silam dengan proyek Mydin Supermall di Kuching, Sarawak. Kini, WIKA dipercaya untuk menggarap proyek Proposed Sg. Limbang Cable Stayed Bridge di Sarawak. Digandeng oleh salah satu BUMN di Serawak dengan scope pekerjaan struktur utama jembatan, WIKA mulai mengerjakan proyek jembatan yang akan menghubungkan kota Limbang ke Brunei Darussalam ini pada tahun 2018 lalu, dan direncanakan akan selesai pada tahun 2021.
Jembatan full cable stayed pertama WIKA di luar negeri ini terbentang sepanjang 772 meter dan lebar 20,5 meter di atas Sungai Limbang. Selain bermanfaat untuk pengembangan daerah – daerah baru dan peningkatan perekenomian Kota Limbang, jembatan ini juga akan menjadi ikon baru di Sarawak dan berpotensi menjadi destinasi wisata baru. Selain penting bagi masyarakat Malaysia, Jembatan Limbang juga menjadi catatan penting bagi perjalanan luar negeri WIKA.
Filipina, Clarin Bridge
Sejak 2018 lalu, WIKA dipercaya berkontribusi memulihkan konektivitas antara Provinsi Bohol ke Pulau Panglau yang merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di Filipina melalui proyek Reconstruction of Clarin Bridge. Sebelumnya jembatan yang menghubungkan dua daerah tersebut sempat runtuh akibat gempa bumi pada 2013 silam.
Bersama perusahaan konstruksi Filipina, WIKA menggarap jembatan Arch Bridge atau jembatan lengkung dengan panjang linear 104 meter yang akan mempermudah akses menuju daerah pariwisata serta mempercepat mobilisasi barang dan jasa di antara kedua wilayah tersebut.
Ini merupakan proyek pertama WIKA di negara lumbung padi tersebut dan juga menjadi proyek jembatan Arch Bridge pertama WIKA di luar negeri. Tengah fokus pada pengerjaan instalasi jembatan, WIKA ditargetkan mampu merampungkan jembatan ini pada akhir tahun 2020.
Myanmar, Yangon Railway Upgrading dan Yangon Mandalay Circular Improvement
Yangon Circular Railway Upgrading menjadi proyek perdana WIKA di Negeri Pagoda Emas pada tahun 2018 lalu setelah resmi digandeng oleh kontraktor terbesar Myanmar, Shwe Taung. Setelah hampir 2 tahun menggarap perbaikan rel kereta double track sepanjang 44 KM di kota Yangon, proyek ini ditargetkan mampu rampung pada Desember 2020.
Selain itu, pada tahun 2019, WIKA digandeng oleh Tokyu Construction untuk bermitra pada proyek Yangon Mandalay Railway. Ini merupakan buah dari kepercayaan yang diterima WIKA setelah terlibat dalam beberapa proyek baik di dalam maupun di luar negeri bersama kontraktor asal Jepang tersebut.
Yangon Mandalay Railway Improvement sendiri merupakan jalur kereta antar kota di Bago State yang dirancang dengan sistem double track sepanjang 60 KM. Proyek yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas transportasi ini ditargetkan akan selesai pada tahun 2021 mendatang.
Timor Leste, Soibada Bridge
Telah banyak catatan histori WIKA di Timor Leste yang dimulai pada tahun 2012 lalu melalui sederet proyek prestisius seperti bandara, beberapa ruas jalan, jembatan dan dermaga yang turut menjadi pendorong roda ekonomi di negara tetangga tersebut.
Kini, WIKA tetap menjadi salah satu pilihan utama sekaligus menjadi bukti dari eratnya hubungan antara Indonesia dengan negara berjuluk Bumi Loro Sae itu. Adalah sebuah infrastruktur jembatan yang akan menghubungkan Desa Soibada ke jalan utama menuju Manatutu yang akan dikenal dengan sebutan Soibada Bridge.
Proyek yang ditargetkan akan selesai pada Desember 2020 ini akan membawa banyak manfaat bagi masyarakat Timor Leste karena meningkatkan konektivitas sekaligus kapasitas kendaraan yang sebelumnya kerap menemui hambatan ketika air sungainya sedang pasang.
Selain proyek – proyek di Timor Leste yang sedang on going dikerjakan saat ini seperti disebutkan di atas, WIKA sebelumnya telah memiliki rekam jejak sederet proyek prestisius lainnya di negara tersebut. Berapa di antaranya adalah Bandara Oecusse yang menjadi pembangunan bandara komplit WIKA pertama di luar negeri, PLTD Hera dan Comoro Bridge. Selain itu, WIKA juga memiliki salah satu proyek yang menjadi tonggak sejarah di luar negeri yaitu East-West Motorway Aljazair yang merupakan proyek sipil terbesar di dunia pada saat itu dan menjadi proyek pertama perseroan di luar negeri.