Industri properti Indonesia baru saja kehilangan salah satu tokohnya yang tidak saja sebagai pemimpin yang tangguh, tapi juga visioner.
Bagi warga Jakarta, siapa yang tak kenal dengan gedung ikonik di sudut persimpangan Karet, jl Sudirman, Jakarta Pusat. Bukan termasuk gedung pencakar langit, apalagi supertall, tapi dengan desainnya yang unik—tiap lantai punya overstek, atap miring serupa di atap rumah—Intiland Tower jadi salah satu tengara pusat bisnis Jakarta.
Tidak hanya itu, di bagian Jakarta Utara, ada sekelompok gedung tinggi yang desainnya menyerupai layar kapal di tepi Teluk Jakarta. Apartemen Regatta ini jadi penanda bahwa pesawat tak lama lagi akan mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Sementara itu di Jakarta Selatan, di tepi jalan TB Simatupang, ada sekelompok gedung “gendut” yang menyerupai keranjang, South Quarter.
Itu semua adalah sebagian dari proyek yang dikembangkan oleh PT Intiland Development Tbk (Intiland), dan pendirinya, Hendro Santoso Gondokusumo, pada 13 Maret 2025, meninggal dunia di Singapura.
Kiprah dan prestasi pak Hendro, demikian biasa disapa, lebih dari sekadar gedung-gedung properti yang kini menjadi bagian dari lansekap perkotaan Indonesia. Lebih dari itu, Beliau berhasil meninggalkan warisan yang jauh melampaui bangunan-bangunan fisik semata. Hendro S. Gondokusumo mengajarkan kita tentang pentingnya ketekunan, keberanian berinovasi, dan komitmen terhadap kualitas, nilai-nilai yang kini menjadi bagian dari industri properti tanah air.
Dikenal sebagai sosok berkepribadian sederhana yang memiliki intuisi tajam dalam melihat potensi masa depan. Dengan tangan dingin dan tekat yang kuat, Pak Hendro membangun Intiland dari sebuah impian kecil hingga kini menjadi salah satu pengembang properti terkemuka di Indonesia. Setiap proyek properti yang dibangun Intiland mengusung visi lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan dasar, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup dan membangun komunitas.
Pria kelahiran di Malang, Jawa Timur pada 6 September 1950 dari keluarga sederhana ini, mulai belajar berbisnis dengan ikut ayah dan pamannya ke Jakarta untuk berdagang hasil bumi. Namun, dirinya mengaku tidak tertarik. Kecintaannya terhadap arsitektur dan bentuk gedung-gedung tua yang indah, memantabkan pilihannya untuk menekuni seluk-beluk bisnis properti.
Properti adalah kebutuhan fundamental dalam masyarakat, sejajar dengan sandang dan pangan. Pandangan itulah yang membuat Hendro muda jatuh hati dengan bisnis properti. Ia juga melihatnya sebagai sektor yang memiliki potensi besar untuk berkembang. “Di dunia properti, saya benar-benar bisa mengembangkan diri,” ujarnya pada sebuah kesempatan.
baca juga: 3 Proyek Baru Intiland di IKN
Gandeng Arsitek Ternama
Sejarah Intiland dimulai pada tahun 1970-an ketika Hendro S. Gondokusumo banyak berkecimpung dalam kegiatan pembangunan dan pengembangan properti di Jakarta dan Surabaya, seperti perumahan Cilandak Garden Housing di Cilandak, Jakarta Selatan, Taman Harapan Indah di kawasan Angke, Jakarta Barat, dan Kota Satelit Darmo di Surabaya.
Proyek properti ini menjadi cikal bakal Intiland, menyusul dengan proyek-proyek lainnya seperti Pantai Mutiara dan Intiland Tower (era 1980-an). Lalu, Graha Famili, kota mandiri (280 hektar) di sebelah Surabaya Barat yang juga dilengkapi dengan lapangan golf 18-hole. Tahun 1990 merupakan tonggak penting bagi Perusahaan setelah berhasil mencatatkan namanya di Bursa Efek Indonesia.
Di sepanjang sejarah dan perjalanannya, Hendro S. Gondokusumo berhasil membawa Intiland sebagai perusahaan yang inovatif dan sebagai penggagas tren. Untuk mewujudkan mimpi dan idenya, tak tanggung, Hendro menggandeng arsitek-arsitek kelas dunia. Seperti Tom Wright dari Atkins Design, desainer The Burj Al Arab di Dubai sebagai perancang South Quarter dan Regatta, lalu Paul Rudolph untuk Intiland Tower.
Pak Hendro pun menghargai kreativitas arsitek lokal dan menggandeng mereka untuk ikut mendesain proyek-proyek Intiland yang tersebar di Jakarta dan Surabaya. Seperti, Simonata, Budhi Harmunanto, Hadi Vincent dan PTI Architects.
Pemimpin Tangguh
Di era 1990-an, pak Hendro terus mendorong Intiland untuk berkembang dengan mengembangkan berbagai proyek baru. Namun, badai krisis ekonomi Asia tahun 1997 menghantam industri properti dengan keras, termasuk Intiland. Di tengah gejolak tersebut, di saat banyak perusahaan terpaksa melakukan pemangkasan besar-besaran, pak Hendro berhasil mempertahankan Intiland tanpa mengorbankan karyawannya. Dengan strategi yang matang dan manajemen keuangan yang disiplin, perusahaan tetap beroperasi dengan mengandalkan aliran dana sendiri, membuktikan ketangguhan dan kepemimpinan Hendro S. Gondokusumo dalam menghadapi tantangan besar.
Memasuki era 2010-an, di bawah kepemimpinannya Intiland memasuki babak baru ekspansi dan inovasi bisnis. Dengan visi yang tajam, Intiland berhasil meluncurkan berbagai proyek-proyek ikonik. Tahun 2010 menjadi momentum penting dengan hadirnya Intiwhiz Internasional, jaringan hotel yang menaungi Whiz Hotel dan Grand Whiz Hotel, memperluas bisnis Intiland ke sektor hospitality. Keberhasilan lainnya adalah suksesnya Penawaran Umum Saham Terbatas III senilai Rp2,7 triliun, yang memberikan modal besar untuk pertumbuhan perusahaan.
Dari sisi pengembangan properti, Intiland menghadirkan apartemen 1Park Residence dan perumahan Serenia Hills di Jakarta Selatan, serta kawasan perkantoran terpadu South Quarter dan proyek mixed-use Aeropolis di Tangerang. Di Surabaya, perusahaan membangun kawasan superblok Graha Festival, menghadirkan Spazio dan Spazio Tower, apartemen Sumatra36, dan Graha Golf.
Di tengah tantangan besar akibat pandemi Covid-19 pada awal 2020, pak Hendro kembali membuktikan ketangguhannya dalam memimpin Intiland. Saat industri properti mengalami penurunan tajam akibat melemahnya daya beli masyarakat, Intiland tetap mampu bertahan dan bahkan meraih pencapaian penting. Dengan strategi yang adaptif dan visi jangka panjang, perusahaan tidak hanya mempertahankan operasionalnya, tetapi juga berhasil menyelesaikan pembangunan dua proyek apartemen prestisius, SQ Rés, dan Fifty Seven Promenade.
Selain bekerja keras menjalankan bisnisnya, Hendro S. Gondokusumo juga dikenal aktif dalam berorganisasi. Beliau tercatat menduduki beberapa posisi penting di sejumlah organisasi seperti Dewan Penasehat Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Ketua Asosiasi Pengusaha Lapangan Golf Indonesia, dan anggota Badan Pertimbangan Organisasi Real Estat Indonesia. Selain itu, Beliau juga pernah menjabat sebagai Ketua Jakarta Properti Club.
Bersama Intiland, para pelaku industri properti pastinya akan terus mengenang sosok Hendro S. Gondokusumo sebagai seorang pionir yang telah merintis jalan bagi para pengembang properti di Indonesia. Mengutip kata-kata Dalai Lama, pemimpin spiritual Tibet, pak Hendro selalu berbagi nasihat “Jagalah pikiranmu karena akan jadi perkataanmu. Jagalah perkataanmu karena akan menjadi perbuatanmu. Jagalah perbuatanmu karena akan menjadi kebiasaanmu. Jagalah kebiasaanmu karena akan membentuk karaktermu. Jagalah karaktermu karena akan membentuk nasibmu.”
Selamat jalan, Pak Hendro.