Dampak Covid-19 pada kuartal pertama (Januari-Maret) 2020 belum dampak langsung terhadap pasok ruang kantor. Pasalnya, konstruksi tetap berjalan dan penyelesaian gedung pasok kantor hingga tahun 2021 masih sesuai rencana semula. Tapi dengan adanya wabah Covid-19 jika tak ditangani secepatnya akan berdampak delay supai ruang perkentoran yang cukup signifikan.
Tak hanya itu penerapan bekerja di rumah membuat sejumlah pengembang mengurungkan untuk melakukan rencana pembangunan gedung baru. Apalagi jika pengembang belum mendapatkan komitmen awal dari calon penyewa.
“Hingga akhir Maret sih masih ada tenan yang menyewa, tapi ke depan sepanjang 2020 diperkirakan okupansi akan turun lebih dalam dari 84% bisa jatuh ke angka 80%,” Ferry Salanto, Senior Associate Director, Research Collier Internasional.
Seharusnya jika tak terjadi wabah, tahun 2020 adalah akan menjadi puncak kembalinya sektor perkantoan hingga 2021. Namun proyeksi ini dipastikan meleset sehingga akan butuh waktu lebih lama untuk recover. Penurunan tingkat sewa di luar CBD jauh lebih banyak dibandingkan perkantoran di kawasan CBD.
“Banyak perusahaan menahan diri untuk tidak melakukan relokasi atau ekspansi. Sebagian besar perusahaan memilih wait and see. Kami menyarankan ada win-win solution anatara pemilik gedung dengan calon tenan hinga penurunan harga sewa. Apalagi saat ini banyak perkantoran yang sudah tidak aktif,” jelasnya.
Pada kesempatan zoom meeting dengan media, Bagus Adikusumo, Senior Director, Office Services Collier International mengatakan, salah satu yang terkena dampaknya adalah penyedia ruang kantor bersama (co-working space operator) dimana anggota mereka mulai mengajukan keringanan membayar sewa dengan adanya kebijakan working from home.
Menurutnya perlu ada reduksi biaya sewa yang perlu didiskusikan antara pengembang dan penyewa untuk mendapatkan win – win solution dan keputusan yang wajar jika pengurangan sewa dapat diaplikasikan kepada penyewa.
“Pengelola co-working space harus menghitung kembali resiko sewa dan menentukan jumlah kantor cabang yang optimum. Kebijakan WFH – harus mempertimbangkan pengurangan biaya operasional. Sebaiknya menunda investasi awal yg melibatkan dana besar,” tambahnya.
Sebagai salah satu solusi agar tingkat keterisian perkantoran bisa tetap maksimal adalah dengan menerapkan teknologi digital untuk pemasaran dan promosi termasuk inspeksi/survey lapangan. Melalui materi pemasaran dengan platform digital sehingga dapat dilakukan secara virtual.