Proyek Multifungsi Jadi Kontributor Terbesar Pendapatan Intiland

Bagikan

Tak banyak perusahaan pengembang yang bisa mencatatkan hasil pendapatan yang baik, apalagi meningkat pada tahun 2019 lalu. Salah satunya adalah PT Intiland Development Tbk (Intiland). Di tengah perlambatan pada industri properti, perusahaan ini dapat membukukan pendapatan usaha sebesar Rp2,7 triliun, atau naik 7,2 persen dibandingkan tahun 2018. Demikian menurut keterangan tertulis yang disampaikan pada Minggu, 5/4.

Menurut Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland, Archied Noto Pradono, kenaikan tersebut terutama didapat dari segmen pengembangan proyek multifungsi (mixed-use and high rise), dan dari proyek kawasan perumahan. Selain juga dari penjualan dari aset-aset non-core yang belum akan dikembangkan dalam waktu dekat.

“Pendapatan usaha meningkat terutama karena adanya penyelesaian beberapa proyek baru, sehingga hasil penjualannya bisa diakui dan dicatatkan sebagai pendapatan usaha. Pembangunan proyek-proyek ini sudah tahap penyelesaian dan mulai serah terima ke konsumen, seperti kondominium Graha Golf, The Rosebay, Spazio Tower dan 1Park Avenue,” kata Archied.

Bersumber dari tiga jenis pendapatan: pengembangan (development),berkelanjutan (recurring) dan investasi, development income masih memberikan kontribusi terbesar, yakni 77,2 persen atau senilai Rp2,1 triliun. Yang artinya meningkat sebesar 8 persen dibandingkan pendapatan tahun 2018. Dari sumber pendapatan tersebut, segmen mixed-use and high rise memberikan kontribusi terbesar (40,6 persen) setara nilai Rp1,1 triliun. Kontribusi di tahun 2019 ini meningkat 30,9 persen dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya.

Dari pendapatan pengembangan, kontributor berikutnya adalah dari segmen pengembangan kawasan perumahan yang mencapai Rp942 miliar (34,4 persen), berikutnya adalah dari pengembangan kawasan industri sebesar Rp60,3 miliar (2,2 persen). Untuk yang disebut terakhir, “Sebagian besar berasal dari penjualan lahan industri Ngoro Industrial Park di Mojokerto, Jawa Timur dan penjualan gudang logistik di Aeropolis, Tangerang,” terang Archied lagi.

Pendapatan usaha yang meningkat tersebut menyebabkan laba kotor 2019 naik, sebesar 12,5 persen, menjadi Rp1,1 triliun. Di mana kemudian membuat laba bersihnya menanjak setinggi 23,5 persen, mencapai Rp251,4 miliar. “Naiknya laba bersih ini juga disumbang dari hasil penjualan saham perseroan di National Hospital di Surabaya, pada akhir tahun lalu,” ungkap Archied.

Mengakui bahwa kondisi tahun ini akan lebih berat, terutama karena adanya pandemik covid-19, Intiland berstrategi untuk fokus pada proyek-proyek eksisting atau proyek yang berjalan. Menurut Archied, perusahaan ini akan cenderung menempuh langkah konservatif dalam memutuskan setiap pengembangan proyek baru. Rencana peluncuran proyek baru akan disesuaikan dengan situasi pasar.

Artikel Terkait

Leave a Comment