Colliers: Pebisnis Wait and See Tunggu Hasil Pemilu 2024

Bagikan

Situasi politik Indonesia yang makin memanas, sejalan dengan makin dekatnya waktu pemilihan umum  (pemilu) 2024, memunculkan perdebatan seru atas segala hal. Termasuk kekhawatiran atas ketidakpastian menjelang waktu pemilihan, dan dampaknya terhadap pasar properti. Hal ini menyebabkan para investor dan pembeli properti cenderung untuk menunda keputusan bisnis.

“Meskipun hasil pemilihan tidak menentukan nasib kondisi pasar, akan tetapi pemilu mempengaruhi sentimen secara keseluruhan. Oleh karena itu setelah pemilu, diharapkan pembeli properti akan melanjutkan aktivitas dan menghidupkan kembali pasar,” kata Ferry Salanto, Head of Research Colliers Indonesia.

Berdasarkan pengamatan Collier, para pelaku bisnis di sektor properti menilai pasar tidak terlalu terpengaruh dari kondisi saat ini. Kekhawatirannya justru pada hasil pemilu kelak, terutama akan adanya perubahan kebijakan atau regulasi yang mempengaruhi bisnis, terutama dalam hal investasi. “Kekhawatiran biasanya muncul karena adanya potensi regulasi dapat saja berubah saat pemerintahan bertransisi,” ungkap Ferry.

Walaupun saat ini dinilai tidak berpengaruh secara langsung, Colliers melihat, pada umumnya pelaku bisnis perkantoran (developer, red.) cenderung untuk mengambil pendekatan ‘wait and see’. Ini untuk memastikan proyek pembangunan berjalan lancar, dan segera membuat keputusan saat sudah ada kepastian dari hasil pemilihan umum.

baca juga: Saat Low Season, Tingkat Hunian di Nusa Dua Tetap Tinggi

Sementara pada subsektor industrial, justru para investor dan perusahaan berpacu untuk mempercepat pemyelesaian proyek-proyek yang ada untuk mengejar target sebelum pemilihan umum. Namun, “Bila ada pekerjaan proyek yang terkait kerjasama dengan pemerintah, pelaku bisnis cenderung mengambil pendekatan ‘wait and see’,” ungkap Ferry.

Hal serupa juga terjadi pada pengusaha ruang ritel, di mana terlihat para pengusaha ritel cenderung ingin agar proyek-proyek mereka dapat diselesaikan sebelum pemilihan umum dan pergantian kepemimpinan. Hal ini agar keberlangsungan proyek bisa menjadi lebih pasti. Menurut Ferry, iklim politik yang sedang berlangsung akan memengaruhi keputusan strategis bagi pemain baru, terutama retailer asing. Namun bagi yang sudah eksis, mereka tetap akan melakukan ekspansi, selama mereka menilai lokasi pilihannya sesuai dan menjanjikan.

Salah satu subsektor yang “terpengaruh” langsung dengan situasi pemilu adalah bisnis perhotelan. Acapkali menjadi tempat penyelenggaraan acara kampanye atau diskusi-diskusi politik, pelaku bisnis ini terutama pada kategori hotel bisnis bintang empat dan lima di Jakarta, menyatakan akan lebih selektif dalam mengakomodasi kegiatan terkait acara politik.

Sebagian besar berharap, ungkap Ferry, bahwa pemilihan ini akan selesai dalam satu putaran. “Dengan demikian mereka bisa lebih fokus pada pasar bisnis lain yang memberikan kontribusi pendapatan yang lebih signifikan,” tandas Ferry.

baca juga: Wanxinda Tanam Investasi Senilai Rp 1 Triliun di Kawasan Industri Terpadu Batang

Adapun pada pasar apartemen, Colliers mengamati, tahun depan masih dalam kondisi tertekan. Ada beberapa faktor yang membuat hal itu terjadi, yakni faktor alamiah dari pemilihan umum yang menyebabkan ketidakpastian, sehingga investor memilih untuk mengamati kondisi. Lalu suku bunga yang masih terus cenderung naik, yang memungkinkan kontribusi pada potensi kenaikan suku bunga hipotek. Ditambah dengan preferensi mayoritas masyarakat Indonesia yang masih lebih memilih rumah tapak daripada apartemen, juga penurunan jumlah investor yang memilih apartemen sebagai bentuk investasi.

Karena terkait erat dengan kondisi bisnis dan investasi, dampak pemilu pada pasar sewa hunian bagi pekerja asing mungkin dapat terasa setelah pemilihan umum selesai dan kebijakan baru diterapkan. Demikian pendapat Colliers.

 

 

Artikel Terkait

Leave a Comment