AEC Bangun Hyperscale Data Center Bertenaga Energi Terbarukan di JIEP

Bagikan

energi
ilustrasi

Aslan Energy Capital (AEC), perusahaan pengembangan infrastruktur energi bersih (terbarukan) yang berbasis di Singapura, akan membangun sebuah pusat data di Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP), Jakarta Timur. Diberi label Aslan Jakarta Data Centre (AJDC), hyperscale co-location facility berdaya 40 megawatt ini akan menggunakan energi terbarukan (bersih), dan bersertifikat.

Kesepakatan kerjasama pembangunannya ditandai dengan penandatanganan Heads of Agreement (HoA) oleh Muthu Chezhian, CEO of Aslan Energy Capital dan Satrio Witjaksono, Direktur Utama JIEP, di Jakarta, (15/6).

AJDC akan dibangun di lahan seluas 40.000 m2 dan menampung lebih dari 70.000 rak server. Pusat data Tier 4 ini direncanakan beroperasi pada Q4 2027 dan memiliki redundansi yang memadai untuk semua sistem penting, guna memastikan waktu kerja dan ketahanan operasional maksimal.

Sebagai bagian dari pengembangan infrastruktur data Jakarta, pembangunan pusat data ini adalah langkah penting. Fasilitas ini juga akan mengintegrasikan Sistem Penyimpanan Baterai berdaya 120 MW jam dan mengambil pasokan listrik utama menggunakan energi terbarukan yang bersumber dari kerja sama JIEP. Hal ini sekaligus menunjukkan komitmen yang kuat dari JIEP terhadap keberlanjutan energi dan pertumbuhan yang selaras dengan iklim. AJDC dikembangkan sebagai pusat data co-location generasi baru akan menyediakan waktu aktif yang sangat andal, latensi yang lebih rendah, dan konektivitas kuat bagi perusahaan-perusahaan yang beroperasi, baik di skala lokal maupun global.

Muthu Chezhian, CEO Aslan Energy Capital, menyatakan, “Kemitraan ini mencerminkan visi bersama kami untuk mendukung masa depan digital dengan infrastruktur yang bersih, andal, dan dapat ditingkatkan yang mengindahkan batasan pada aspek lingkungan sekaligus memungkinkan terjadnya transformasi ekonomi.”

Sejalan dengan perencanaan kota dan kebutuhan lingkungan di Jakarta, fasilitas ini dirancang sebagai bangunan vertikal dua lantai, yang menggunakan komponen modular dan komponen pra fabrikasi, sehingga penempatan dapat lebih cepat dengan dampak konstruksi yang minimal. Selain itu, AJDC dirancang untuk menjadi bangunan ramah lingkungan dalam hal fungsi maupun bentuk, karena itu area pembangunannya hanya 40% dari luas lahan, selebihnya (60%) digunakan sebagai ruang terbuka hijau dengan pepohonan besar yang sudah berusia ratusan tahun. Tidak hanya itu, pusat data ini akan menggunakan penukar panas berpendingin udara hibrida, sebuah inovasi penting yang menghilangkan ketergantungan pada menara pendingin dan mengurangi secara drastis penggunaan air harian.

energi
 

Kami bangga bekerja sama dengan Aslan Energy Capital untuk memperkenalkan model baru bagi infrastruktur data yang berkelanjutan di kawasan industri paling strategis di Indonesia. Proyek ini akan berkontribusi pada tujuan transformasi digital nasional sekaligus menetapkan standar lingkungan yang baru,” tutur Satrio Witjaksono, Presiden Direktur JIEP.

Satrio menandaskan, kerja sama ini menegaskan komitmen kedua perusahaan terhadap transisi dengan sumber daya terbarukan dan pengembangan industri pintar di Indonesia, yang sejalan dengan rencana nasional dalam hal keberlanjutan, digitalisasi, dan kepemimpinan ekonomi yang ramah lingkungan.

baca juga: Berproduksi Dengan Energi yang Efisien, Niro Granite Raih Sertifikasi ISO 50001

Pembangkit Listrik Energi Surya

Untuk diketahui, sebelumnya, AEC juga telah berkontribusi bagi pengembangan energi terbarukan, melalui proyek Hemu di Kepulauan Riau. Berupa pengembangan ladang tenaga surya berskala besar sebagai pembangkit listrik bersih, yang menyediakan pasokan listrik untuk produksi hidrogen hijau berbasis elektroliser 600 MW. Termasuk  infrastruktur penyimpanan, dan fasilitas ekspor hidrogen hijau. Pengembangannya menggunakan sistem modular, dan secara bertahap skalanya terus ditingkatkan untuk menciptakan pusat daya listrik hijau di Asia Tenggara.

Lainnya adalah the Green Energy hub yang berlokasi di Palu, yang akan menyalurkan energi berdaya hingga 400 MW dari tenaga surya. Pada tahap pertama, ladang energi surya ini berdaya 100 MW dan dijadikan sebagai sumber energi utama bagi kawasan ekonomi khusus (KEK) Palu. Kapasitas tenaga surya tambahan akan diterapkan untuk memberi daya pada elektroliser fasilitas produksi amonia hijau berkapasitas 180 Ton/hari di KEK Palu. Proyek ini penting untuk meningkatkan bauran energi terbarukan di Provinsi Sulawesi Tengah dan menjadi batu loncatan utama bagi pemerintah provinsi untuk mendukung transformasi energi.

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *