
Tahun ini PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, memasuki usia 80 tahun. Selalu diperingati pada tanggal 28 September, pada peringatan tahun ini ini mengusung tema “Semakin Melayani”. Merefleksikan perjalanan transformatifnya dari masa sulit hingga menjadi pilihan utama transportasi masyarakat Indonesia, sekaligus menegaskan komitmennya untuk terus berevolusi dan meningkatkan kualitas layanan.
“Perjalanan KAI hingga mencapai titik ini tidaklah mudah. Publik tentu masih ingat periode 1990-an hingga awal 2000-an yang menjadi masa sulit bagi perkeretaapian nasional. Citra kereta api yang identik dengan keterlambatan, anjlok, dan kelebihan kapasitas (overcapacity) sempat meruntuhkan kepercayaan publik,” ujar Anne Purba, Vice President Public Relations KAI.
Tahun 2009 menjadi titik baliknyam ketika KAI menjalankan reformasi besar-besaran dengan disiplin ketat, yang secara fundamental mengubah paradigmanya dari operation-centric menjadi customer-centric. Inisiatif seperti penerapan sistem tiket daring, penertiban sistem boarding, pembatasan penumpang sesuai kapasitas tempat duduk, hingga peningkatan keamanan dan budaya tepat waktu, berhasil mengubah wajah KAI dari “transportasi kelas bawah” menjadi moda transportasi yang aman, nyaman, dan andal.
“Dengan semangat perusahaan dan dukungan pemerintah untuk berbenah, KAI kini menjelma menjadi simbol transformasi, menghadirkan layanan modern dan moda baru seperti Whoosh dan LRT Jabodebek,” ujar Anne.
Banyak inovasi baru yang diterapkan, mengikuti perkembangan massa, terutama terkait dengan layanan. Digitalisasi layanan ini memberi pengalaman perjalanan yang baru, seamless, dan efisien bagi pelanggan. Salah satunya adalah fasilitas Face Recognition Boarding Gate yang kini telah tersedia di 22 stasiun besar di seluruh Indonesia. Selama periode Januari hingga Agustus 2025 saja, teknologi ini telah dimanfaatkan oleh 7.478.690 pelanggan, memberikan kemudahan dan mempercepat proses boarding.
Kemudahan akses juga menjadi fokus utama. Kini, pemesanan tiket dapat dilakukan hingga H-45 sebelum keberangkatan melalui aplikasi Access by KAI, situs resmi kai.id, serta berbagai mitra penjualan daring resmi. Kehadiran platform-platform ini merupakan implementasi komitmen KAI terhadap inovasi digital dan aksesibilitas layanan.
Dari sisi kenyamanan, KAI terus berbenah. Saat ini, KAI tengah melakukan modifikasi pada kereta kelas ekonomi, mengurangi kapasitas dari 80 menjadi 72 kursi untuk memberikan ruang kaki (leg room) yang jauh lebih nyaman. Selain itu, KAI menargetkan revitalisasi 200 kereta kelas ekonomi serta pengadaan 612 unit kereta baru, melanjutkan program peremajaan 438 kereta yang telah dilakukan pada 2017.
Kinerja Positif
Upaya transformasi ini terbukti membuahkan hasil positif dan diapresiasi oleh pelanggan. Indeks Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction Index/CSI) KAI terus menunjukkan tren peningkatan sejak tahun 2020. Pada Semester I tahun 2025, CSI KAI berhasil menyentuh angka 4,52 dari skala 5. Angka kepuasan ini menjadi cerminan nyata dari kepercayaan publik yang semakin menguat terhadap layanan KAI.
Tak hanya itiu, performa ketepatan waktu (on time performance/OTP) rata-rata KAI pada keberangkatan mencapai 99,50% dan kedatangan 96,32% sepanjang Januari-Agustus 2025. Waktu tempuh juga semakin efisien, misalnya Jakarta–Yogyakarta hanya enam jam dan Jakarta–Surabaya tujuh jam 45 menit pada beberapa rangkaian kereta api. Sepanjang Januari–Agustus 2025, KAI Group melayani 328,05 juta pelanggan serta mengangkut 45,26 juta ton barang, membuktikan perannya sebagai lokomotif mobilitas manusia dan logistik nasional.

Tak hanya modernisasi layanan, peningkatan sarana pun terus dilakukan, mulai dari peremajaan 438 kereta pada 2017, pengadaan 612 kereta new generation mulai 2023 yang dilakukan secara bertahap, hingga inovasi kereta Panoramic, Luxury, dan Compartment Suite buatan dalam negeri.
“Dengan kehadiran layanan premium, digitalisasi end-to-end, serta moda baru seperti Whoosh dan LRT Jabodebek, KAI Group semakin memperkuat posisinya sebagai pelopor transportasi modern yang efisien, ramah lingkungan, dan terintegrasi, mendukung agenda green transportation nasional,” lanjut Anne.
KAI juga memperluas perannya sebagai katalisator ekonomi rakyat. Pada 15 Agustus lalu, KAI melakukan uji dinamis Kereta Petani-Pedagang rute Surabaya Gubeng–Lamongan PP. Kereta ini dirancang khusus untuk memudahkan petani dan pedagang mengangkut hasil panen dan dagangannya.
Dua Tahun LRT Jabodebek
Tak hanya “sang induk”, pada bulan ini LRT Jabodebek pun memperingati ulang tahunnya yang kedua. Memasuki usia dua tahun operasional, moda ini pun terus menunjukkan tren positif. Hingga 24 September 2025, LRT Jabodebek telah melayani 45.874.407 pelanggan.
Sebagai bagian dari strategi besar KAI Group dalam membangun transportasi massal terintegrasi, LRT Jabodebek memperkuat konektivitas dengan berbagai moda. Stasiun Halim yang terkoneksi dengan kereta cepat Whoosh mencatat 1.041.846 pelanggan tap in dan 831.829 pelanggan tap out. Sementara Stasiun Cikoko terhubung dengan Commuter Line telah melayani 3.682.684 pelanggan tap in dan 3.729.617 pelanggan tap out. Adapun Stasiun BNI City sebagai simpul integrasi dengan Commuter Line dan MRT Jakarta mencatat 7.405.570 pelanggan tap in dan 6.861.391 tap out sepanjang periode 28 Agustus 2023 hingga 24 September 2025.
Tren positif juga tercermin dari moda transportasi lain di bawah KAI Group. Layanan Whoosh yang dikelola KCIC mencatat 4.052.009 pelanggan pada Januari–Agustus 2025, tumbuh 5,52% dibanding periode yang sama 2024. Adapun Commuter Line Jabodetabek pada periode Januari–Agustus 2025 telah melayani 226,7 juta pelanggan, naik dari 214,2 juta pelanggan pada periode yang sama tahun lalu.
baca juga: Perjalanan Liburan Eksklusif Makin Berkesan Naik Kereta Luxury dan Suite Class Compartment
Identitas Baru LRT

Dalam momentum HUT LRT Jabodebek bertajuk “LRT 2Grow: Every Ride, Levels You Up!”, KAI Group secara resmi meluncurkan identitas baru LRT Jabodebek berupa maskot Reno dan tagline “Transportasi Cerdas, Mobilitas Tanpa Batas”.
Maskot karya Giant Tahta Pahlawan ini menghadirkan figur humanoid modern yang ramah, penuh semangat, dan futuristik. Nama Reno merupakan akronim dari tRain attENdant is my herO, yang merepresentasikan peran train attendant sebagai garda terdepan pelayanan. Sementara tagline baru yang diciptakan Achmad Afinandi dipilih untuk mempertegas visi LRT Jabodebek sebagai moda transportasi cerdas yang mendukung gaya hidup modern perkotaan. Identitas baru ini menjadi simbol semangat KAI Group dalam menghadirkan layanan publik yang inovatif, ramah lingkungan, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat urban.
Anne menegaskan bahwa inovasi yang dihadirkan LRT Jabodebek sejalan dengan tema HUT ke-80 KAI. “LRT Jabodebek adalah wajah masa depan transportasi perkotaan yang kami bangun bersama masyarakat. Integrasi dengan Whoosh, Commuter Line, MRT, dan TransJakarta menjadi bukti nyata strategi KAI Group dalam membangun ekosistem mobilitas yang efisien. Kehadiran Reno dan tagline baru adalah semangat baru agar LRT Jabodebek semakin dekat di hati pelanggan, sekaligus memperkuat peran KAI sebagai tulang punggung konektivitas nasional,” tandasnya.












