Dampak dari wabah virus corona (covid-19) terhadap bisnis properti, tentu tak bisa dihadapi dengan berdiam diri, kecuali ingin mati. Karena ini baru pertama kali terjadi di dunia, tentu strategi yang dipakai tidak bisa lagi sama dengan yang sudah-sudah. Harus ada strategi baru untuk bisa terus bertahan.
Caranya adalah melakukan digilitasi pada sektor ini. Seperti dikatakan oleh Soelaeman Soemawinata, President FIABCI Regional Asia Pasifik 2019-2020, terutama dari sisi marketing. “Saat orang tidak bisa ke lokasi proyek atau marketing galery, mengapa kita tidak hadirkan show unit ke mereka secara digital,” ujarnya.
“Ini menjadi tantangan bagi pengembang untuk bisa menghadirkan show unit atau proyek langsung di tangan calon konsumen melalui teknologi digital,” imbuh Marine Novita, Country Director rumah.com. Namun bukan berarti tidak bisa atau sulit dilakukan. Apalagi ke depan, menurut mantan Ketua Umum DPP REI itu, industri properti akan banyak memanfaatkan teknologi digital.
Dan saatnya untuk berubah adalah sekarang, di mana adanya pembatasan sosial berskala besar yang sudah diterapkan di banyak kota, membuat orang harus melakukan segalanya dari rumah. Dan segala hal tersebut sangat tergantung pada teknologi digital, mulai dari belajar, bekerja sampai belanja. “Kebijakan pembatasan ini telah mengubah pola hidup dan psikologi masyarakat, sehingga benar adanya ini saatnya industri properti melakukan digitaliasi,” tandas Eman, begitu biasa Solaeman disapa.
Walau bisa sangat dimanfaatkan terutama dari segi marketing, namun perlu juga disimak bahwa teknologi itu bisa jadi akan mengganggu pasar subsektor tertentu. Eman mencontohkan, kalau bisnis e-commerce seperti Alibaba, sudah mulai memangkas jalur distribusi, di mana konsumen bisa langsung berhubungan dengan penjual/produsen. Pemangkasan ini bisa mengganggu pasar subsektor pergudangan (warehouse). “Mungkin nanti tidak lagi dibutuhkan gudang berukuran besar dari para distributor, karena konsumen bisa langsung berhubungan dengan produsen,” katanya.