Ibukota Jawa Barat ini layak berbangga, karena satu-satunya kota di Indonesia yang masuk dalam jajaran The Top 50 Smart City Governments 2021. Posisinya memang berada di peringkat 28, tapi lebih tinggi daripada kota-kota dunia lain, seperti Boston (AS), Dubai (UEA), Zurich (Swiss) dan Rotterdam (Belanda). Bandung harus bersaing 230 kota di seluruh dunia.
Peringkat tersebut dibesut oleh Eden Strategy Institute.
“Pemerintah kota cerdas yang berada di peringkat teratas ini sudah menunjukkan kemampuannya untuk berkolaborasi dan bermitra dengan pemangku kepentingan sektor publik dan swasta; menggunakan solusi dan data digital dalam memberikan layanan dan membuat keputusan, sembari mempertimbangkan implikasi pada keterlibatan dan kepercayaan warga,” kata Calvin Chu Yee Ming, Managing Partner Eden Strategy Institute. Yee Ming juga mengatakan, banyak pemerintah kota yang kreatif, dan memberikan hasil baik, walaupun kemudian hasil penilaian secara keseluruhan rendah dan tidak bisa masuk peringkat teratas.
Pada tahun ini, Singapura menempati peringkat tertinggi, dengan unggul di faktor financial incentives, support progammes, talent-readiness dan people centricity. Peringkat berikutnya adalah Seoul dan London. Jika Seoul salah satunya unggul pada faktor leadership, London dinilai mempunyai kelebihan pada vision. Ketiganya dinilai kalau pemerintahnya tidak sekadar mementingkan kecanggihan teknologi, tapi berupaya membawa warganya masuk dalam proses digitilasasi.
Bagaimana dengan Bandung? Kota Kembang ini punya nilai baik pada visi dan anggaran, sayangnya “buruk” pada talent-readiness.
Penanganan Covid-19
Secara spesifik survei ini adalah menilai pemerintah kota dalam “menjalankan” kebijakan pengembangan kota cerdas (smart city). Di luar keberhasilan dan solusi teknologi, studi ini diharapkan dapat menjelaskan pentingnya strategi, kepemimpinan, orientasi kepada warga kota, kebijakan, ekosistem, insentif, dan bakat sebagai penentu keberhasilan dan efektivitas teknologi yang diterapkan di kota cerdas itu.
Kesepuluh faktor tersebut, menurut Eden, mencerminkan alat yang telah dimanfaatkan oleh para pemimpin kota untuk mencapai hasil positif di kota yang mereka pimpin. Lebih dari sekadar “alat”, tapi bagaimana teknologi itu dapat digunakan untuk meningkatkan partisipasi warga, meningkatkan efisiensi dan kualitas penyampaian layanan, meningkatkan inklusi digital, dan seterusnya.
Walaupun menggunakan faktor yang sama dalam penilaian, tapi studi tahun yang diadakan tahun lalu dinilai berbeda, mengingat adanya pandemi covid-19. Hasil studi ini juga memperlihatkan bagaimana investasi pada digitalisasi di kota-kota tersebut dapat dimanfaatkan dan memberi manfaat dalam penanganan penyebaran virus. Tidak heran, kalau ada perubahan yang signifikan pada peringkat di tahun ini, dan itu sangat terkait dengan dengan manajemen penanganan covid-19 di setiap kota.
Pemeringkatan tahun ini juga mengungkapkan beberapa tren dan wawasan sebuah kota cerdas. Bahwa semakin banyak kota yang memprioritaskan kelestarian lingkungan dalam agendanya, menyadari pentingnya mengatasi efek perubahan iklim.
Di tahun ini juga ada 18 kota yang baru masuk dalam daftar 50 Teratas, seperti Tallinn, Oslo, dan Moskow. Termasuk 4 kota di Tiongkok, yakni Hangzhou, Guangzhou, Chengdu, dan Chongqing, yang dinilai berhasil dalam upayanya untuk mendorong inovasi dan mendukung pengembangan bakat.