PERKANTORAN- Guna mencegah penyebaran virus Covid-19, pemerintah meminta agar para profesional bisa melakukan work for home (WFH). Bagaimana nasib bisnis perkantoran tahun depan?
Badai Copid-19 nampaknya bakal menghantam bisnis perkantoran di tanah air. Himbauan pemerintah terkait Work For Home (WFH) untuk mengurangi dampak penyebaran virus corona, suka tidak suka harus dipatuhi. Padahal, sebelum adanya seruan untuk perusahaan yang ada di Jakarta melakukan Work For Home, bisnis perkantoran di Jakarta sejak tahun 2018-2020 sudah mengalami dihantam akibat kondisi ekonomi yang belum stabil.
Memasuki tahun 2019, sejatinya kondisi bisnis perkantoran sudah lumayan bagus. Terjadi peningkatan sekitar 23,8%, dari 2018 ke tahun 2019 menjadi 182.000m2. Sektor yang paling mendominasi permintaan dari Financial Institution, bisnis berbasis IT, Financial Technologi, E-Commerce.
Secara umum, kondisi bisnis perkantoran pada tahun 2019 adalah, rata-rata harga sewa ruang perkantoran berada di angka Rp202.800 perm2. Permintaan ruang perkantoran juga menurun sejak masuknya model bisnis perkantoran Co Working Space. Dimana sepanjang tahun 2019 bisnis Co Working Space naik sebesar 6,67%. Bisnis sewa ruangan di gedung perkantoran tahun 2019 masih tertolong dengan banyaknya Brand Co Working Space dari luar Indonesia yang masuk ke Gedung-Gedung Perkantoran Strategis.
Saat ini, prediksi dari beberapa konsultan properti, bahwa okupansi rate di bisnis sewa gedung perkantoran akibat kondisi seperti saat ini dan di tambah adanya seruan Work For Home maka okupansi di tahun 2020 bisa turun dari 83,4% ( tahun 2019) menjadi 82,5% ( tahun 2020 ) atau bahkan di bawah angka 82,5%.
Akan terjadi tingkat kekosongan ruang kantor di lokasi CBD hingga tahun 2021. Belum lagi adanya pasokan baru akan bertambah hingga 1,2 jutam2 sampai 2023. Prediksinya, sampai tahun 2023, jika kondisi masih seperti ini terus maka permintaan pasokan paling banyak meningkat tahun 2021 dari grade A hingga 56%, grade premium sebanyak 32% dan grade B mencapai 12%. Sedang untuk lokasi yang terus tumbuh hingga tahun 2021 adalah daerah Sudirman dan Kuningan bisa mencapai 76% dari jumlah permintaan ruang kantor di lokasi CBD.
Dalam menghadapi kondisi ini, solusi yang dilakukan para pengelola bisnis sewa gedung perkantoran adalah, pengelola merubah konsep bisnisnya. Tidak saja melulu sewa ruang konvensional tetapi juga mengarah ke Co Working Space dan cafe. Saat ini banyak pebisnis yang tertarik untuk sewa ruangan dengan model Co Working Space dengan beberapa keunggulan seperti, biaya sewa yang lebih murah, karena hanya membayar ruangan yang di gunakan saja, sehingga lebih praktis dan ekonomis. Lebih flexible karena tidak perlu sewa untuk jangka waktu yang panjang, Bisa di sesuaikan dengan kebutuhan. Bisa berbagi fasilitas dengan penghuni yang lain ( perusahaan lain ) sehingg di mungkinkan untuk bisa terjadi interaksi bisnis.
Bagi penyewa, akan lebih mudah mengontrol cost operasional perusahaannya, karena model bisnisnya yang bisa di sesuaikan dengan kebutuhan. Pilihannya banyak dan terdapat di banyak lokasi, sehingga memudahkan untuk mendapatkan space yang sesuai degan konsep bisnis, networking bisnis, hingga mendekatkan diri dengan peluang bisnis yang ada.
Sebaiknya jika masih mengandalkan bisnis sewa gedung perkantoran, pihak pengelola melakukan pendekatakan kepada perusahaan yang kontrak jangka panjang. Berikan stimulus atau service lain sehingga kondisinya bisa tetap ada di gedung tersebut. (ASoheh)