Rumah Modular, Dukungan Semen Merah Putih untuk Program 3 Juta Rumah
Dalam rangka mendukung program “3 Juta Rumah”, produsen Semen Merah Putih mengembangkan konsep rumah modular. Solusi inovatif dari material beton pracetak (precast) ini ditawarkan karena dapat mempercepat proses konstruksi, sekaligus memastikan efisiensi dan konsistensi kualitas rumah yang dibangun. “Rumah modular adalah rumah yang dibangun dengan modul hasil prefabrikasi industri, sehingga tidak hanya akan menghemat waktu dan tenaga kerja konstruksi saja, tetapi memastikan bahwa kualitasnya akan sama atau bahkan lebih dari rumah yang dibangun secara konvensional,” terang Akhmad Syamsuddin, Direktur Operasional Beton Merah Putih (PT Motive Mulia, anak perusahaan PT Cemindo Gemilang Tbk). Kualitas rumah modular ini bisa diperkuat dengan penggunaan semen hijau, yang juga diproduksi oleh produsen ini. Selain produk tersebut, PT Motive Mulia juga memiliki jenis semen hidrolis, tidak hanya lebih ramah lingkungan, tetapi didesain dan dikembangkan sebagai performance based cement, sehingga akan menghasilkan konstruksi yang kuat dan tahan lama sesuai kebutuhan. Akhmad menjelaskan bahwa penggunaan jenis semen hidrolis telah terbukti andal dalam berbagai proyek infrastruktur di Indonesia. Pelaku Konstruksi Nasional Ikut Dukung Kebutuhan akan material inovatif yang ditawarkan Semen Merah Putih ini mendapatkan dukungan dari para pelaku konstruksi nasional. Ketua Umum Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI) Jawa Barat, TB Nasrul Ibnu HR, menyatakan pentingnya kolaborasi antara produsen material dan pelaku konstruksi. “Kolaborasi antara produsen material konstruksi seperti Semen Merah Putih dan pelaksana konstruksi menjadi kunci sukses dalam percepatan program 3 juta rumah ini. Karena dibutuhkan cara aplikasi yang tepat dan pekerja konstruksi yang handal untuk mendapatkan hasil bangunan berkualitas, dalam kurun waktu yang cepat. Dengan solusi terintegrasi dari hulu ke hilir, kami optimis pelaku konstruksi dapat menjawab tantangan pembangunan dengan standar yang tinggi,” papar Nasrul. Dalam rencana ke depan, GAPENSI siap menjajaki peluang kerja sama lebih lanjut dengan pemerintah dan pelaku industri lainnya, dalam ikut mendukung percepatan program 3 juta rumah. Pendekatan ini mencakup penawaran material konstruksi inovatif yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan rumah masyarakat berpenghasilan rendah hingga menengah. baca juga: Produsen Semen Merah Putih Latih Tukang untuk Dukung Konstruksi Berkelanjutan Dukungan Produsen Program ini diharapkan tidak hanya membuka akses hunian bagi masyarakat menengah ke bawah, tetapi juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan melalui efek domino, seperti penciptaan lapangan kerja baru dan stabilitas rantai pasok di industri konstruksi. Semen Merah Putih melihat proyek besar ini sebagai peluang untuk meningkatkan permintaan pada sektor semen kantong, yang saat ini menyumbang 70% dari total penjualan perusahaan. Dengan adanya program ini, permintaan semen diperkirakan dapat tumbuh sekitar 1% pada tahap awal, memberikan dorongan yang signifikan bagi industri semen nasional di tengah tantangan ekonomi yang ada. Oza Guswara, GM Sales & Marketing Semen Merah Putih (PT Cemindo Gemilang Tbk), menjelaskan bahwa program 3 juta rumah adalah tantangan sekaligus peluang besar bagi industri konstruksi. “Kami percaya bahwa untuk mendukung program ini, diperlukan solusi yang terintegrasi dari hulu ke hilir, yang mencakup seluruh proses mulai dari produksi semen hingga pengaplikasian beton,” katanya. Semen Merah Putih, imbuh Oza, tertantang dalam mengembangkan produknya, untuk ikut berkontribusi menyediakan bahan bangunan berbasis semen yang inovatif, berkualitas, tahan lama dan berkelanjutan. Produsen ini, imbuh Oza, pun memiliki kapasitas produksi yang cukup besar dan siap untuk mendukung program ini melalui sistem distribusi semen yang efisien. “Saat pasar menghadapi berbagai tantangan dan fluktuasi, program besar pemerintahan Prabowo ini menjadi angin segar yang dapat memberikan momentum bounce back bagi industri semen nasional,” ujarnya. Lewat prinsip inovasi produk dan nilai keberlanjutan sebagai landasan utama, Semen Merah Putih berharap dapat terus mendukung inisiatif pemerintah dalam mewujudkan hunian yang memenuhi aspek teknis, sekaligus memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi penghuninya, sekaligus menjaga keseimbangan lingkungan hidup. “Dengan mengutamakan produk yang memiliki efisiensi energi tinggi dan ramah lingkungan, Semen Merah Putih mendukung target pemerintah dalam mengurangi emisi karbon, selaras dengan visi keberlanjutan yang saat ini menjadi fokus dalam industri konstruksi,” tutup Oza.
ALI Luncurkan Rivara, Cluster Pertama Altea BLVD, Sudah Besertifikat Greenship Platinum
Setelah mengenalkan Altea BLVD kepada publik beberapa waktu lalu, baru-baru ini PT Ruby Karya Sejahtera, perusahaan joint venture Astra Land Indonesia (ALI) bersama Sinar Mas Land, melansir cluster perdananya. Diberi label “Rivara”, cluster ini dirancang sebagai hunian modern yang mengusung konsep ramah lingkungan, dan sudah dilengkapi dengan Sertifikasi Greenship Platinum dari Green Building Council Indonesia (GBCI). Bagi ALI, Altea BLVD (75 ha) merupakan hunian kedua yang berhasil mendapatkan sertifikasi Greenship dari GBCI. Sebelumnya Ammaia Ecoforest yang memperoleh sertifikasi Greenship Gold. “Altea BLVD merupakan perwujudan komitmen perusahaan terhadap pengembangan properti yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memberikan kenyamanan dan kemudahan hidup bagi penghuninya di kawasan Cibubur. Ini merupakan langkah konkret dalam upaya berkelanjutan Astra Land Indonesia dan Sinar Mas Land untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip sustainable living di setiap proyek, sekaligus menciptakan standar baru di industri properti yang menyeimbangkan kualitas hidup penghuni dengan tanggung jawab lingkungan,” kata Pramastyo Wicaksono, Project Director Altea BLVD. Cluster Rivara menawarkan beberapa tipe, yakni Rivara 8 (192/112 m2), Rivara 7 (143/84 m2) dan Rivara 6 (123/72 m2), yang semaunya berupa rumah setinggi tiga lantai. Tipe lainnya adalah Rivara tipe 6 2S berupa rumah dua lantai dengan ukuran bangunan 88 m2 dan Rivara 8 Villa (192/170 m2) sebagai tipe terluas. Khusus tipe villa ini, sebagai bagian dari kawasan residensial yang mengusung tema sungai, terkoneksi langsung dengan River Boulevard, di mana penghuni bisa merasakan pengalaman rekreasi dalam suasana tepi sungai yang alami. Setiap rumah didesain dengan tampilan fasade bergaya arsitektur “Simple French Classic”. Rumah-rumah ini memiliki 3-4 kamar tidur dan 3-4 kamar mandi. Semua tipe punya kamar tidur dan kamar mandi untuk ART, kecuali tipe Rivara 6 2S. Selain tipe terkecil ini, denahnya juga dirancang menarik, di mana living area ditempatkan di lantai kedua, sementara lantai bawah, walau terdapat satu kamar tidur dan satu kamar mandi, lebih berfungsi sebagai area penerima dan servis. Dengan begitu lantai bawah bisa dijadikan sebagai ruang beraktivitas sosial, seperti arisan atau kumpul keluarga. Demi menjaga eksklusivitas dan keamanan penghuni, cluster ini hanya punya satu gate yang sudah dilengkapi dengan teknologi face detection. Fasilitasnya antara jalur pejalan kaki yang menyambung dengan pedestrian di sepanjang jalan kawasan yang dilengkapi dengan pohon peneduh nan rindang. Lainnya adalah outdoor gym, communal seating area yang luas dan nyaman untuk berkumpul warga, hingga taman bermain anak. Sebagai bagian dari inisiatif Astra Land Indonesia dalam mewujudkan sustainable living, cluster Rivara juga memiliki water management dengan menampung dan mengolah air hujan, agar dapat digunakan kembali. baca juga: Altea BLVD, Proyek Kolaborasi Astra Land Indonesia & Sinar Mas Land, Mulai Dibangun Lokasi Altea BLVD “Cluster Rivara memiliki keunggulan lokasi strategis di dalam kawasan Altea BLVD dengan ukuran unit yang sangat menarik bagi calon pembeli. Oleh karena itu, dengan memperkenalkan cluster Rivara lebih awal ke publik, kami berharap dapat memberikan pilihan hunian baru yang ideal dan memenuhi kebutuhan publik yang mendambakan kenyamanan, keamanan, dan harmoni dengan alam di wilayah Cibubur,” harap Vania Ariyani, Chief Marketing Officer Altea BLVD. Altea BLVD sendiri berlokasi di jalan alternatif Cibubur, berjarak hanya 1 menit dari pintu keluar tol Jatikarya bagian dari jalan tol Cinere-Jagorawi-Cibitung, dan 10 menit dari stasiun LRT Harjamukti. Dengan demikian, memudahkan aktivitas warga Altea untuk beraktivitas ke tengah kota Jakarta, atau area-area lain. Berada di area yang terus tumbuh, lingkungannya pun sudah hidup dengan beragam fasilitas umum berkelas dan berjarak cukup dekat, seperti sekitar 3 menit dari shopping mall, 10 menit dari Eka Hospital Cibubur serta 20 menit dari Education Centers. Pada tahap perdana, rumah-rumah di cluster pertama ini dipasarkan dengan harga mulai dari Rp 2 miliar. Saat ini di lokasi sudah ada tiga unit show house, untuk memberi gambaran ruang dan penataannya. Pengembang sudah bekerja sama dengan sejumlah bank besar, yakni BCA, Mandiri, Permata, Maybank, UOB, OCBC, Panin, dan BJJ, untuk memudahkan calon-calon konsumen mendapatkan rumah di cluster Rivara ini.
Hitachi Young Leaders Initiative 2024 Usung Isu Keberlanjutan dalam Asian Value
Mengambil tema “Greening Together: Inclusion & Sustainability”, Hitachi Young Leader Initiative (HYLI) 2024 telah berhasil diselenggarakan melalui serangkaian diskusi antara pembicara terkemuka dan pemimpin muda di kawasan Asia Tenggara dan Jepang. HYLI adalah pilar dari komitmen teguh Hitachi untuk membina generasi pemimpin berikutnya yang akan secara tegas membentuk pemimpin masa depan Asia. Program kepemimpinan muda ini mempertemukan 32 pemimpin muda dari Jepang dan negara-negara Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam). Para delegasi muda membahas tantangan regional dan global dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan 2030 yang diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dikenal dengan inisiatif keberlanjutannya, proyek ramah lingkungan, dan warisan budaya yang kaya dan beragam, edisi ke-17 HYLI diadakan di Bali. Dipilihnya Pulau Dewata karena menjadi lokasi Microgrid Nusa Penida yang didukung Hitachi. Inisiatif ini menunjukkan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mempercepat peralihan ke energi terbarukan. Untuk diketahui proyek Microgrid Nusa Penida tersebut dbangun di atas lahan seluas 4,5 ha. Pengembangan proyek ini dilakukan oleh PT Indonesia Power, anak usaha PLN, bekerja sama dengan konsorsium PT Surya Energi Indotama (SEI) yang salah satunya didukung oleh Hitachi Energy Microgrid berkapasitas 4MWp/3MW/3MWh ini juga merupakan bagian dari program de-dieselisasi PLN untuk mengurangi emisi karbon dan mempercepat peralihan ke energi yang lebih ramah lingkungan dengan mengganti 5.200 pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang saat ini masih beroperasi di seluruh tanah air. Energi bersih tersebut dapat memasok listrik untuk 12.000 rumah yang ada di pulau yang juga menjadi destinasi wisata itu. Hitachi Energy menyediakan solusi yang mencakup: 3MW/3MWh e-meshTM PowerStoreTM Battery Energy Storage System (BESS) dan otomatisasi e-mesh canggih, yang diperkirakan akan menghasilkan 6779 MWh setiap tahunnya, dan mengurangi emisi karbon sebesar 3.200 ton CO2 per tahun. Dukungan Hitachi pada SDGs Program empat hari di tahun ini menyoroti aspek-aspek penting dari pembangunan berkelanjutan melalui empat sesi pleno yang dibagi berdasarkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yaitu Kehidupan Sehat & Sejahtera (SDG 3), Energi Bersih yang Terjangkau (SDG 7), Berkurangnya Kesenjangan (SDG 10), dan Kota & Komunitas Berkelanjutan (SDG 11). Chairman Hitachi Asia Ltd., Kojin Nakakita mengatakan, “Sesuai dengan kredo Hitachi, menginspirasi dan membina generasi pemimpin berikutnya adalah salah satu dari banyak cara Hitachi berkontribusi kembali kepada masyarakat. Saya sangat senang melihat para delegasi muda merundingkan ide-ide inovatif dengan harapan menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan di HYLI. Saya percaya bahwa mulai dari sini, HYLI akan membuka lebih banyak peluang bagi para inovator sosial yang bercita-cita tinggi ini untuk membentuk masa depan yang lebih beragam dan inklusif.” Menandai keberagaman budaya para delegasi, delapan Pohon Tabebuya ditanam di Microgrid Nusa Penida. DI sini para delegasi mendapatkan gambaran langsung tentang operasional membawa energi bersih ke pulau tersebut, perjalanan dalam memenuhi tujuan Indonesia mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060. Pohon Tabebuya melambangkan keindahan, pembaruan, dan ketahanan, mencerminkan perjalanan dunia menuju masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan. Kemampuan pohon ini untuk menghasilkan bunga yang menakjubkan bahkan dalam kondisi kering menjadi bukti harapan dan ketekunan. baca juga: SIG dan PLN Perkuat Sinergi untuk Akselerasi Transisi Energi Bangun Perspektif Bersama Hitachi “Pengalaman empat hari ini benar-benar luar biasa. Tidak hanya saya memiliki kesempatan untuk bertemu teman-teman baru dari negara lain, tetapi juga memperluas wawasan saya secara signifikan. Setiap sesi panel, lokakarya, dan diskusi kelompok, bersama dengan kunjungan ke Microgrid Hitachi di Nusa Penida, menyoroti bagaimana teknologi dapat secara efektif menyediakan energi bersih untuk masa depan yang berkelanjutan dan hijau. Selain itu, sesi pendampingan memberikan wawasan berharga tentang penerapan pemikiran kritis untuk memecahkan tantangan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan,” kata Seyya Viriya, mahasiswa Universitas Udayana, Bali. Seorang alumni Indonesia dari HYLI ke-3 pada tahun 1999, Dr. Agung Wicaksono, yang saat ini menjabat sebagai Deputi Pendanaan dan Investasi untuk Nusantara, ibu kota baru Indonesia, berbicara kepada para mahasiswa tentang pentingnya keberlanjutan dan kepemimpinan sebagai konsep utama bagi generasi muda untuk unggul dalam keterampilan mereka. “Untuk membangun masa depan yang berkembang, kita harus menanamkan nilai-nilai keberlanjutan dan kepemimpinan pada generasi muda kita. Prinsip-prinsip ini sangat penting untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk menavigasi dan unggul di dunia yang terus berkembang,” tambah Dr. Agung. Sejak didirikan pada tahun 1996, HYLI telah memberikan lebih dari 400 siswa kesempatan yang tak tertandingi untuk memperluas perspektif mereka dan mendukung nilai-nilai Asia serta pemahaman lintas budaya. Program yang diselenggarakan dua tahun sekali, berfungsi sebagai wadah yang luar biasa bagi mahasiswa berbakat untuk secara aktif berdiskusi tentang isu-isu global utama dengan pembicara terkemuka dari pemerintah, bisnis, dan akademisi.
5 Arsitek Indonesia Juarai Lomba Desain OGRA 2023 Asia
Onduline Green Roof Awards (OGRA) 2023 Asia mencapai puncaknya, dengan mengumumkan lima pemenang utama, yang semuanya diraih oleh arsitek Indonesia. Mereka adalah Tobias Kea Suksmalana dengan karyanya bertajuk The Green Passage (Juara 1), Tidak ada Juara 3, Juara 2 dimenangi oleh dua arsitek, yakni Prayoga Arya dengan karyanya Jaro Ngaso (Juara 2) dan Sahlan dengan karyanya Mahawa-The Breathing House. Adapun Juara 4 dan 5 masing-masing diraih oleh Dwi Nurul Ilmih dengan karya yang diberi label Tropicool Roof dan Partogi dengan karyanya Padi Dhara. Kelimanya menjadi representasi karya terbaik di antara lebih dari 700 peserta yang berpartisipasi sejak dibukanya pendaftaran pada 4 April 2023 lalu. Kompetisi terbuka untuk arsitek perorangan dan proyek, desainer, pengembang properti dan pelaksana konstruksi yang ingin membuat perubahan besar dan inovatif di dunia arsitektur Asia. Gelaran ini dihelat Onduline berkolaborasi dengan sejumlah asosiasi yaitu Green Building Council Indonesia (GBCI), Philippines Green Building Council, Malaysia Green Building Council dan Indian Green Building Council. Kompetisi dua tahunan ini sebagai apresiasi produsen penutup atap berbahan bitumen tersebut untuk proyek konstruksi dan desain berkelanjutan (sustainable). Ditujukan untuk mendorong pengembangan properti berkelanjutan, sekaligus memberikan panduan kepada konsumen dalam memilih material ramah alam. Ini adalah sayembara OGRA keenam kalinya sepanjang 10 tahun terakhir dan pada tahun ini pertama kalinya diselenggarakan di tingkat Asia, yang mencakup Indonesia, India, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam. baca juga: SIG Raih Peringkat Emas pada Ajang SNI Award 2023 OGRA 2023 mengusung tema “Tropical Passive Roof Design for Low Energy Houses”. Tema ini menjadi keunikan sekaligus tantangan bagi para peserta professional, untuk mengimajinasikan kembali hunian ideal, dengan menempatkan kenyamanan tata cahaya dan udara, serta dekor keseluruhan interior-eksterior, sebagai kesatuan yang padu dalam fungsional sebuah ruang. “Tahun ini kami mengangkat tema kompetisi cukup sulit dan tidak familiar. Umumnya kompetisi desain dan arsitektur itu fokus pada looks, artistik dan dekorasi, namun pada kompetisi OGRA 2023 ASIA ini ada kriteria nilai tambah, yaitu fungsi. Bagaimana desain bangunan tersebut cocok diaplikasikan untuk daerah tropis, baik yang bisa dihuni atau tidak. Kompetisi ini bukan sekadar sayembara, tetapi berharap ada value dan dampak terhadap hidup manusia karena hampir 80 persen hidup kita berada dalam bangunan,” papar Ketua Sayembara OGRA 2023 ASIA, Reissa Siregar, dalam acara pengumuman pemenang OGRA 2023 ASIA, Tangerang, (29/11). Minim Jejak Karbon Penilaian proyek berdasarkan sejumlah kriteria yang dianggap paling mempengaruhi keberlanjutan sebuah bangunan dan kehidupan manusia di dalamnya. Yaitu, perancangan rumah tinggal yang berorientasi passive design dan clean energy, yaitu rancang bangun yang responsif terhadap iklim lokal dan memanfaatkan energi alternatif yang berasal dari energi terbarukan untuk mengurangi beban biaya energi dan dapat mendinginkan bangunan, serta penggunaan material yang bersifat renewable/reuse/ISO 14001 (environmental friendly material). Karya Tobias dinilai unggul daripada karya peserta lain, karena arsitek lulusan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta ini mengombinasikan massa bangunan dan detail arsitektur secara seksama untuk memastikan adanya ventilasi silang di dalam rumah. Sentuhan material kayu bekas pada struktur tiang dan atap rumah tak hanya melugaskan kesan rumah adat masa lampau, namun juga menghadirkan sirkulasi udara yang baik dan menciptakan privasi penghuni. “Dengan menggunakan material kayu bekas tersebut kita dapat menghemat sekitar 50-70% biaya material kayu. Genteng tanah liat bekas juga bisa dikreasikan sebagai finishing lantai. Selain dari aspek biaya, penggunaan material ini juga merupakan upaya pengurangan emisi karbon,” jelasnya atas karyanya yang berlokasi di Kampung Laweyan, Solo. Tobias juga mendesain lantai loteng pada area atap sebagai instalasi pengolahan air hujan. Air hujan yang ditampung melalui talang atap akan disaring terlebih dahulu sebelum disimpan dan digunakan. “Air hujan yang telah diolah bisa digunakan untuk berkebun dan memasok air ke kolam ikan. Kelebihan air dialirkan ke sumur resapan dan sistem drainase prancis yang terletak di sekeliling bangunan,” imbuhnya. Solusi yang Mudah Diterapkan Tahun ini dewan juri beranggotakan Director Onduline Asia Pacific Olivier Guilluy, Ketua GBCI Iwan Prijanto, Prinsipal Archimetric Architect Ivan Priatman, serta Arsitek dan Perencana Kota asal Filipina Felino ‘Jun’ Palafox Jr. Menurut Olivier Guilluy, peserta dari Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan perbaikan mutu dan terbukti bisa menyabet seluruh podium penghargaan kali ini. Hal senada pun dicampaikan Country Director Onduline Indonesia, Esther Pane, “Mereka menawarkan solusi visioner terhadap cara kita membangun.” Esther menambahkan, “Arsitek dan profesi arsitektur lainnya merupakan bagian penting untuk pertumbuhan bisnis kami. Mereka sangat memahami komitmen kami mengenai bangunan dan material ramah lingkungan yang membawa dampak positif terhadap bumi. Tujuan akhir kompetisi ini bukan award melainkan membangun dunia lebih baik. Maka dari itu, kami memilih karya desain bangunan yang memihak pada alam dan manusia, dengan tetap mempertahankan sisi estetiknya.” baca juga: Bahan Bangunan Indonesia Diakui Dunia, Raup Transaksi Rp240,6 Miliar di Saudi Build 2023 Iwan Prijanto menyatakan, penilaian karya sangat mempertimbangkan potensi rancang atap yang mudah diterapkan, selain memenuhi kriteria sehat, nyaman, estetik dan ramah lingkungan. Menurutnya, sudah semestinya para arsitek dan desainer Indonesia melahirkan solusi perancangan yang bisa menunjukkan kecerdasan, khususnya dalam menggunakan dan mengelola sumber daya. “Ide yang terlahir dari seluruh peserta OGRA ini diharapkan dapat menjadi pilihan solusi untuk mewujudkan Net Zero Healthy Building yang efektif, sehingga mampu mengurangi laju pertumbuhan emisi karbon ke lingkungan,” pungkasnya. Hal serupa disampaikan Ivan Priatman bahwa mentransformasi peradaban Indonesia menuju pembangunan yang hemat energi dan berdampak rendah adalah sebuah keniscayaan. Manifestasinya bisa dimulai dari pengendalian diri konsumsi energi dilanjutkan dengan pemanfaatan metode dan teknologi efisensi energi dan memaksimalkan penggunaan renewable energy. Sementara itu, Felino ‘Jun’ Palafox Jr menandaskan, “Karya yang masuk sangat beragam. Potensinya luar biasa. Artinya lomba desain OGRA ini sudah memberikan ruang bagi karya inovatif dan kreatif profesional arsitek yang konsen dengan bangunan respek terhadap green architecture.
Otorita IKN Lanjutkan Kolaborasi dengan Tony Blair Institute untuk Wujudkan Nusantara jadi Pusat Riset dan Teknologi
Dalam rangka melanjutkan kolaborasi untuk terus mendukung pengembangan Ibu Kota Nusantara, Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) menjalin kerjasama dengan Tony Blair Institute (TBI) for Global Change. Prosesi penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) antar dua lembaga tersebut, telah dilakukan di Jakarta, (18/3). Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN), Bambang Susantono mengatakan MoU ini akan mendukung mewujudkan visi Nusantara menjadi kota yang inklusif dan berkelanjutan. Kota yang memperhatikan kesejahteraan dan perkembangan serta menyediakan akses ke penelitian dan inovasi serta layanan pendidikan tingkat dunia. Bambang juga mengatakan, kolaborasi ini akan membantu mengidentifikasi lebih banyak peluang investasi yang dapat mempercepat pembangunan Nusantara. “MOU ini menjadi tonggak sejarah dalam memperkuat dedikasi kami terhadap kolaborasi berkelanjutan yang akan menghasilkan upaya yang lebih bermanfaat dalam mewujudkan Nusantara sebagai kota kelas dunia untuk semua,” ungkapnya baca juga: Wonderful Indonesia Hadir di Pameran Pariwisata CAExpo-TE 2023, Tiongkok Dalam kolaborasi ini, Bambang menerangkan ada empat aspek utama dan peluang kerja sama strategis lainnya. Pertama, peningkatan sektor pendidikan melalui kolaborasi antar institusi perguruan tinggi. Kedua, pengembangan sektor kesehatan terkait uji klinis, riset dan pengembangan. Ketiga, pengembangan potensi investasi dengan menyusun rencana bisnis strategis, fasilitasi investasi asing, dan strategi komunikasi. Keempat, pembangunan kota melalui studi banding ke kota-kota masa depan di dunia. Semua itu, tambah Bambang, sejalan dengan tujuan dari IKN Nusantara. “Pengembangan zona riset dan inovasi juga sejalan dengan tujuan Nusantara untuk menjadi laboratorium hidup, yang memberikan peluang unik bagi para mitra untuk menerapkan konsep dan pengetahuan baru mereka dalam menciptakan kota yang layak huni dan dicintai,” ujarnya. Bambang mengatakan pusat riset ini akan bermanfaat bagi perusahaan rintisan atau start up untuk berkembang. Yang mana kemudian bisa memunculkan suatu ide bisnis baru dari lokasi ini. Perusahaan-perusahaan rintisan itu akan mendapat mentor yang tepat, hingga membangun jaringan di pusat riset Nusantara. baca juga: Bisa Kok Jakarta Jadi Kota yang Layak Huni dan Berkelanjutan “Saya juga percaya bahwa zona ini tidak hanya akan menghasilkan teknologi mutakhir, namun juga ramah lingkungan, yang akan membantu kita memanfaatkan sumber daya alam kita,” tambah Bambang. Di mana pemanfaatan sumber daya akan lebih efisien, melestarikan keanekaragaman hayati, hidup selaras dengan alam dan budaya, serta, “Berkontribusi terhadap tantangan perubahan iklim global,” sambung Bambang. Adapun Tony Blair, Executive Chairman TBI yang juga mantan Perdana Menteri Britania Raya, menyatakan bahwa langkah kerja sama ini bisa mengangkat posisi Indonesia di dunia. Mengingat IKN Nusantara akan menerapkan konsep penuh teknologi dan ramah lingkungan. “Karena kita tahu teknologi merevolusi segalanya dan memiliki pusat di Nusantara, pusat penelitian dan inovasi serta teknologi kelas dunia akan menjadi bukti besar komitmen dan visi Indonesia di abad ke-21,” tandasnya.