scatter hitam
login aplikasi
kawasan industri - My Home Magz

Kawasan Industri Fotovoltaik Terintegrasi dan Terbesar di Indonesia Mulai Dibangun di Batang, Jateng

fotovoltaik

SEG Solar (SEG), produsen panel fotovoltaik (PV) asal Amerika Serikat (AS), mulai membangun kawasan industri fotovoltaik terintegrasi di Kawasan Industri Terpadu Batang, Jawa Tengah, Indonesia. Inisiatif ini merepresentasikan komitmen ekspansi global dan investasi SEG di Indonesia. Lewat proyek ini, SEG akan memiliki kapasitas produksi ingot silicon wafer, sel, dan panel surya dengan volume 5 GW per tahun. Dengan begitu, proyek ini kelak menjadi kawasan industri fotovoltaik yang terintegrasi dan terbesar di Indonesia. Hadir dalam acara peletakan batu pertama, (30/9), Nurul Ichwan (Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi Indonesia), Ngurah Wirawan (Direktur Utama KITB), serta Michael Eden (General Counsel SEG). Juga pejabat pemerintah lokal dan Grand Batang City serta tim manajemen inti SEG di Indonesia. Pembangunan proyek ini dibagi dalam beberapa tahap dan untuk fase pertama akan membangun 10 lini produksi sel surya tipe-N yang canggih dengan target kapasitas produksi tahunan sebesar 5 GW. Fase pertama ini diperkirakan rampung pada Triwulan II-2025. Dalam proyek ini, SEG juga bekerja sama dengan produsen komponen PV lain, termasuk wafer, ingot, junction box, rangka, serta lembaran film EVA, yang digadang-gadang akan menjadi basis pengembangan bisnis komprehensif pada rantai nilai industri PV. Michael Eden, CO-founder & General Counsel, SEG Solar, menyatakan, “Sebagai bagian dari strategi global SEG, kami berkomitmen membangun pabrik di Indonesia sebagai kawasan industri fotovoltaik yang efisien dan terintegrasi secara vertikal. Pabrik ini akan mengoptimalkan nilai industri tipe-N dari sektor hulu dan hilir industri. Produk sel surya dan panel surya yang diproduksi pabrik ini akan mendukung rencana penurunan emisi karbon Pemerintah Indonesia, serta memasok pabrik panel surya SEG Solar di Houston, AS. Maka dari itu, pabrik ini mendukung ketelusuran dan reliabilitas rantai pasok kami.” Dalam sambutannya, Ngurah Wirawan, Direktur Utama Kawasan Industri Terpadu Batang, mengatakan, “Kolaborasi SEG dengan KITB akan menciptakan kawasan industri yang berkelanjutan, ramah lingkungan, dan berteknologi pintar. Proyek ini akan mempercepat transformasi industri ramah lingkungan di Indonesia dan Asia Tenggara.” baca juga: Unilever Pasang Panel Surya Terbesar di Pabriknya di Jababeka, Bekasi Sementara itu, Nurul Ichwan, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi Indonesia/BKPM, mengucapkan, “Dimulainya secara resmi konstruksi pabrik SEG di Indonesia ini menjadi perkembangan penting dalam upaya Indonesia mempromosikan perkembangan energi terbarukan dan industri hijau dengan dukungan investasi asing.” Menurut Nurul, investasi SEG di Indonesia ini akan merangsang pembangunan ekonomi lokal, serta meningkatkan status Indonesia dalam rantai pasok industri energi terbarukan di dunia. “Kawasan industri ini akan membuka lebih dari 3.000 lapangan pekerjaan, serta menyediakan mata pencaharian dan kesempatan ekonomi bagi masyarakat lokal,” katanya lagi. Pabrik Fotovoltaik Seluas 40 Ha Peresmian mulai dibangunnya pabrik fotovoltaik terintegrasi ini adalah tindak lanjut dari Perjanjian Pemanfaatan Tanah Industri di Grand Batang City, yang sudah ditandatangani pada medio Mei 2024. Nilai investasi proyek kawasan industri PV SEG Indonesia ini disebut-sebut lebih dari AS $ 500 juta. Sementara, luas lahan proyeknya mencapai lebih dari 40 hektar. Secara keseluruhan, rencana pembangunan kawasan industri ini mencakup kapasitas produksi silicon wafer dengan volume 5 GW yang terintegrasi secara vertikal, sel surya dengan volume 5 GW, dan panel surya dengan volume 5 GW. baca juga: Wanxinda Tanam Investasi Senilai Rp 1 Triliun di Kawasan Industri Terpadu Batang Untuk diketahui, SEG berdiri pada 2016 dan berkantor pusat di Houston, Texas, AS. SEG adalah penyedia panel surya yang reliabel dan hemat biaya pada segmen utilitas, komersial, dan residensial. Pada akhir 2023, SEG telah menjual lebih dari 5 GW panel surya di seluruh dunia. SEG menargetkan kapasitas produksi lebih dari 5,5 GW pada akhir 2024. Sementara itu, Grand Batang City adalah BUMN kawasan industri terbesar yang termasuk dalam Proyek Strategis Nasional. Menempati lahan seluas 4.300 Ha, Grand Batang City ini tidak hanya berisi kawasan industri, juga perumahan, kawasan ritel dan komersial.  

Akselerasi Industri Hijau, Kemenperin Luncurkan Aplikasi Pengawasan Kualitas Udara

Dalam rangka untuk terus mendorong sektor manufaktur agar dapat mengadopsi prinsip industri hijau dalam proses produksinya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menciptakan aplikasi “Udaraku”. Aplikasi tersebut dikembangkan oleh Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Pencegahan Pencemaran Industri (BBSPJPPI) Semarang. Balai yang berada di salah satu unit kerja Kemenperin, yakni Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI), memiliki “tugas” untuk menghidupkan inovasi teknologi yang praktis dan aplikatif bagi industri dan masyarakat, baik dalam rangka pemenuhan regulasi maupun mitigasi risiko kerusakan lingkungan. Adapun aplikasi tersebut, merupakan bagian dari pengembangan Adaptive Monitoring System (AiMS) yang telah dilakukan sebelumnya. Upaya strategis yang dilakukan Kemenperin tersebut bertujuan untuk mewujudkan industri manufaktur nasional yang tangguh dan berwawasan lingkungan, sekaligus berinovasi dengan pemanfaatan teknologi industri 4.0 sesuai arah peta jalan “Making Indonesia 4.0”. “Kami telah menginisiasi penerapan optimalisasi teknologi industri guna menciptakan pembangunan sektor industri yang mandiri, berdaulat, maju, berkeadilan, dan inklusif. Hal ini sejalan dengan langkah untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Selasa (16/1). Informasi Real Time  Sementara itu, Kepala BSKJI, Andi Rizaldi menerangkan, “Aplikasi berbasis website ini merupakan bentuk dukungan Kemenperin melalui BBSPJPPI kepada masyarakat industri dalam upaya meningkatkan pemantauan kualitas udara yang lebih efektif di Indonesia.” Produk inovatif berbasis IoT (Internet of Things) tersebut menampilkan dashboard yang menyediakan informasi data kualitas udara secara real time Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) sesuai P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2020. ISPU merupakan laporan kualitas udara kepada publik untuk menerangkan seberapa bersih atau tercemarnya kualitas udara, dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan setelah menghirup udara tersebut selama beberapa jam atau hari. “ISPU dihitung dengan melakukan perubahan nilai konsentrasi pencemar menjadi indeks pencemar yang diekspresikan dalam bentuk angka dan warna,” jelas Andi. Hal ini dilakukan agar indeks pencemar tersebut lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan sebagai penunjuk kualitas udara. Aplikasi Udaraku menampilkan ISPU dari debu partikulat yang ada di udara baik PM 1, PM 2.5 maupun PM 10. Tampilan aplikasi Udaraku sedang dikembangkan untuk dapat diatur sebagai Public View, Industry/ User View, dan Admin View. Fitur export data yang dimiliki aplikasi Udaraku memungkinkan pihak industri melakukan evaluasi pengelolaan limbah udara mereka dan memungkinkan pihak regulator menyusun rencana aksi kualitas udara. “Kebutuhan industri dalam mematuhi regulasi ISPU sangat penting, dan aplikasi Udaraku harus terus dikembangkan agar dapat segera dimanfaatkan oleh industri,” ungkap Andi. baca juga: Kawasan Wisata Pulau Nirup Jadi Prototipe Destinasi Hijau di Batam Kepala BBSPJPPI Sidik Herman menyampaikan bahwa aplikasi Udaraku dikembangkan untuk memenuhi SNI 9178:2023 tentang Uji Kinerja Alat Pemantauan Kualitas Udara yang Menggunakan Sensor Berbiaya Rendah, dalam hal penggunaan sensor berbiaya murah yang digunakan. “Aplikasi ini siap dikomersialisasikan dan dashboard yang ditawarkan memungkinkan pemantauan bekerja melalui data reporting dari sensor yang akan disebar di wilayah Indonesia,” tuturnya. Sidik berharap, aplikasi Udaraku dapat memberikan dampak positif yang besar dalam meningkatkan tingkat kualitas ISPU. “Selain itu, kami menekankan bahwa peran serta dan kerja sama dari semua pihak akan menjadi faktor utama dalam usaha bersama menciptakan lingkungan udara yang lebih bersih dan sehat bagi masyarakat,” tandasnya. Layanan Teknis Sebelumnya diberitakan, guna semakin mengatrol kinerja industri manufaktur nasional, Kemenperin berkomitmen untuk terus mengembangkan layanan teknis yang dibutuhkan di dunia industri. Misalnya, menyediakan problem solving bagi dunia industri, perluasan implementasi industri 4.0 dan green industry, serta upaya mendukung dekarbonisasi melalui verifikasi dan validasi Gas Rumah Kaca. Layanan teknis tersebut dengan mendirikan Lembaga Sertifikasi Personil (LSP), Lembaga Validasi dan Verifikasi (LVV) Gas Rumah Kaca dan Lembaga Inspeksi (LI), pada tahun 2023. Dukungan tersebut telah memberi hasil, di mana pada tahun 2023 ada tambahan enam industri yang telah mengantongi sertifikat industri hijau, di mana keenamnya berasal dari kategori industri tekstil. Enam perusahaan yang berhak menggunakan logo industri hijau, di mana pada periode 2017-2022 tercatat sudah ada 71 perusahaan industri yang telah memenuhi seluruh persyaratan teknis dan manajemen standar industri hijau.

Wanxinda Tanam Investasi Senilai Rp 1 Triliun di Kawasan Industri Terpadu Batang

PT Kawasan Industri Terpadu Batang (Grand Batang City) menerima investasi dari Wanxinda Group Indonesia sebagai Penanaman Modal Asing (PMA) senilai Rp 1 triliun. PMA tersebut untuk pemanfaatan lahan di kawasan industri tersebut seluas 98 hektare. Keseriusan komitmen Wanxinda untuk berinvestasi di Grand Batang City ini ditandai dengan ditandatanganinya Perjanjian Pemanfaatan Tanah Industri (PPTI) oleh PT Wanxinda Green Travel Industry Development dan PT Wanxinda Batang Industry Land Investment di Menara Danareksa, Jakarta, (21/11). Turut hadir dalam penandatangan PPTI itu Direktur Utama PT Danareksa (Persero), Yadi Jaya Ruchandi, Direktur Investasi PT Danareksa (Persero), Chris Soemijantoro, CEO Wanxinda Group, Chen Rilling, Vice President Wanxinda Group, Edwin Darmasetiawan, Direktur Utama PT Kawasan Industri Terpadu Batang, Ngurah Wirawan selaku Direktur Utama dan Evi Afiatin selaku Direktur Keuangan dan Manajemen Resiko, serta jajaran Direksi lainnya Direktur Utama PT Danareksa (Persero), Yadi Jaya Ruchandi, menyebut dari 98 hektare lahan yang dimanfaatkan oleh Wanxinda, akan dikerjasamakan dengan anggota holding klaster Danareksa mulai dari pematangan lahan, persiapan infrastruktur hingga berjalan operasionalnya. PT Danareksa (Persero) merupakan holding dari tujuh kawasan industri BUMN, termasuk PT Kawasan Industri Terpadu Batang. “Nilai investasi ini besar sekali, dan berpotensi untuk menciptakan lapangan kerja hingga 200 ribu orang, khususnya bagi masyarakat Jawa Tengah dan sekitarnya,” kata Yadi. Ngurah Wirawan, Direktur Utama Grand Batang City, menambahkan, investasi Wanxinda merupakan bukti kepercayaan investor asing kepada Indonesia, dan Grand Batang City saat ini merupakan destinasi utama bagi foreign direct investment. Tarik Investasi Lain Wanxinda merupakan investor asing dari Cina, telah berdiri sejak 26 tahun lalu dan telah memiliki empat kawasan berbasis manufaktur di Guangzhou, Binzhou, dan Myanmar. Investor ini diketahui memiliki beberapa segmen bisnis di Tiongkok, seperti IT dan media, produksi aksesori untuk program teknologi, dan manufaktur travel goods. Perusahaan tersebut berencana untuk mengembangkan dan membangun pabrik dan bersama-sama mempromosikan pembangunan ekonomi Indonesia dan Tiongkok. Wanxinda akan menarik investasi dan perusahaan dari Tiongkok dan negara lainnya. baca juga: Tingkat Okupansi Rata-rata Whoosh Capai 95 Persen, Kebanyakan Untuk Wisata Investasi Wanxinda di Indonesia merupakan tindak lanjut kerja sama Two Countries Twin Park, antara Indonesia dan Tiongkok, yang ditandatangani pada 14 Juli 2021 silam, oleh Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi. Ini ditunjukkan dengan pendatanganan nota kesepahaman (MoU) mengenai sinergi antara visi “Poros Maritim Dunia” Indonesia dengan “Inisiatif Road and Belt” milik Tiongkok. Selanjutnya, pada peringatan 20 tahun sister province Provinsi Fujian dan Provinsi Jawa Tengah, bertempat di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Grand Batang City melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan PT Wanxinda Teknologi Industrial Park Development. Wanxinda menyampaikan ketertarikannya untuk berinvestasi di KITB, antara lain karena lokasinya yang strategis berada di Pulau Jawa, memiliki jalur logistik multi akses yang terintegrasi, konsep kawasan yang smart and modern melalui digitalisasi operasional kawasan, serta pengembangan kawasan yang memperhatkan konsep keberlanjutan (ESG). Percepat Pembangunan Evi Afiatin, Direktur Keuangan PT KITB, menyampaikan bahwa KITB sangat optimis untuk menjadi kawasan industri yang sangat kompetitif di Asia, khususnya Asia Tenggara. Saat ini KITB tengah menyelesaikan RJPP (Rencana Bisnis Jangka Panjang Perusahaan) untuk mempercepat pembangunan dan operasional kawasan seluas 4.300 hektar. Kawasan industri ini kini sedang mengembangkan tahap kedua seluas 1.000 ha. Di dalam KI ini juga terdapat pengembangan permukiman seluas 400 ha yang dirancang dengan konsep township dengan salah satu fasilitasnya adalah water theme park. Township ini akan dikembangkan pada tahap ketiga. Selanjutnya Ngurah Wirawan menyampaikan bahwa KITB telah siap beroperasi pada semester satu tahun 2024. Sebagian besar tenant fase-1 telah rampung membangun pabriknya dan siap beroperasi.

Kemenperin Terus Dorong Kawasan Industri yang Lebih Hijau

Kementerian Perindustrian terus mendorong kawasan industri untuk menerapkan konsep pengembangan yang berwawasan lingkungan (eco industrial park), guna dapat meningkatkan daya saingnya. Untuk mewujudkan sasaran tersebut, Kemenperin menjalankan program Global Eco-Industrial Park Programme-Indonesia (GEIPP-Indonesia) melalui jalinan kerja sama dengan United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) dan Swiss State Secretariat for Economic Affairs (SECO). Seperti dijelaskan pihak Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Eco-Industrial Park (EIP) merupakan komunitas industri yang berlokasi di sebuah kawasan dan semuanya berkomitmen mencapai peningkatan kinerja lingkungan, ekonomi, dan sosial melalui kolaborasi dalam mengelola isu-isu lingkungan dan sumber daya alam. Pembangunan EIP bertujuan menanamkan industri dalam masyarakat yang menciptakan peluang ekonomi bersama, ekosistem yang lebih baik, dan jalan inovatif untuk praktik bisnis bertanggung jawab. Di antara banyak manfaatnya, EIP mempromosikan efisiensi sumber daya dan praktik ekonomi sirkular, membantu menjembatani kesenjangan antara kota dan industri dengan membuat kontribusi signifikan terhadap kota berkelanjutan. Salah satu kegiatan GEIPP-Indonesia itu adalah menggelar Roundtable Meeting Forum Antarkementerian Eco Industrial Park (EIP). Kegiatan ini dilatarbelakangi Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 3174 Tahun 2022 tentang Forum Antarkementerian Percepatan Pengembangan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan EIP di Indonesia. “Salah satu bentuk tugas Forum Antarkementerian EIP ini adalah untuk memberi masukan dan kontribusi untuk penyusunan regulasi dalam rangka percepatan pengembangan EIP di Indonesia,” kata Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Eko S.A. Cahyanto, di Jakarta, Rabu (14/6). Pada kesempatan itu, Chief Technical Advisor (CTA) UNIDO, Salil Dutt menyampaikan, “Kami bersama-sama untuk mentransformasi kawasan industri di Indonesia menjadi Eco-Industrial Park yang juga selaras dan mendukung visi global untuk penurunan emisi yang dihasilkan oleh aktivitas industri.” Roundtable Meeting kedua tersebut mengangkat tema terkait energi, yang mencakup konsumsi energi, efisiensi energi, dan pengembangan energi baru terbarukan pada EIP di Indonesia. Sementara pada pertemuan pertama lebih membahas hal terkait dengan pasokan air dan air limbah serta penggunaan limbah dan material. Kartika Listriana, Asisten Deputi Penguatan Daya Saing Kawasan (PDSK) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, menjelaskan, bahwa tren penggunaan energi saat ini tidak hanya sebagai utilitas yang disediakan oleh pengelola kawasan untuk tenant industri saja, namun juga sebagai investasi ke depannya. “Solar energy sebagai salah satu sumber energi dari sinar matahari mulai dijadikan industri oleh investor, terutama oleh investor asing yang berminat untuk menanamkan investasinya di Indonesia,” ujarnya. Sementara itu, menurut Direktur Perwilayahan Industri Kemenperin, Heru Kustanto, energi merupakan salah satu persyaratan kinerja lingkungan yang harus dipenuhi oleh perusahaan Kawasan Industri. Sayangnya masih terdapat hambatan-hambatan yang perlu diatasi bersama, misalnya terkait kurangnya ketersediaan Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Untuk itu para Kawasan Industri tersebut perlu mendapat dukungan dari pemerintah, yang antara antara lain informasi mengenai kebijakan pemasangan EBT di kawasan industri. Selain juga dukungan terhadap investasi terkait efisiensi energi di sektor industri, serta dukungan lain terkait dengan teknologi. “Oleh karena itu, perlu kerja sama antara para stakeholder dalam mendukung terpenuhinya persyaratan kinerja konsumsi energi, efisiensi energi, dan pengembangan EBT pada EIP di Indonesia,” ujar Heru. Kinerja Naik Program pengembangan EIP tersebut tentunya akan berdampak penting terhadap pelestarian lingkungan berkelanjutan dalam sektor perindustrian. Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia untuk membangun industri manufaktur yang berdaya saing global melalui percepatan implementasi industri 4.0. Persyaratan penerapan EIP itu sendiri mencakup aspek manajemen kawasan, lingkungan, sosial dan ekonomi. Saat ini, Indonesia memiliki tiga pilot project Global Eco Industrial Park Program (GEIPP-Indonesia), yaitu Kawasan Industri MM2100, Kawasan Industri Batamindo dan Karawang International Industrial City (KIIC). Dengan pendampingan, melalui workshop dan capacity building selama lebih dari setahun pada ketiga pengelola kawasan industri tersebut, menunjukkan adanya peningkatan kinerja pada EIP tersebut. Kinerja Kawasan Industri Batamindo dan Kawasan Industri MM2100, masing-masing naik sebesar 10 persen dan 1 persen. Sementara itu, Kawasan Industri KIIC belum menunjukkan peningkatan performa, karena baru terlibat pada program GEIPP-Indonesia di pertengahan tahun 2022. “Diharapkan pada periode berikutnya, peningkatan performansi oleh masing-masing kawasan industri pilot-project GEIPP-Indonesia menjadi lebih signifikan, seiring dengan pemahaman pengelola kawasan industri tentang pentingnya menerapkan EIP,” pungkasnya.

INA, ESR, dan Mitsubishi Corporation Berkolaborasi Bangun Kawasan Logistik Modern

Indonesia Investment Authority (INA), ESR Group, dan MC Urban Development Indonesia (MCUDI) saling bermitra untuk berinvestasi di tiga kawasan logistik modern. Kemitraan strategis ini merupakan titik awal menuju kolaborasi jangka panjang yang lebih luas, yang ditujukan untuk membuka potensi besar investasi dalam pembangunan fasilitas pergudangan modern di Indonesia. Tiga kawasan logistik modern tersebut akan dikembangkan dan dikelola oleh ESR Group. ESR adalah perusahaan manajemen real estat terbesar di kawasan Asia Pasifik, manajer investasi real estat terbesar ketiga di dunia. Total assets under management (AUM)-nya bernilai sekitar 150 miliar dolar AS, dengan platform pengembangan dan manajemen investasi yang terintegrasi penuh, selain di pasar-pasar utama Asia Pasifik, cakupannya juga sudah mencapai Eropa dan AS. Selain itu, ESR adalah sponsor dan pengelola REIT terbesar di Asia Pasifik dengan total AUM senilai 46 miliar dolar AS. Sementara itu, INA atau Lembaga Pengelola Investasi Indonesia diberi mandat untuk meningkatkan investasi guna mendukung pembangunan Indonesia yang berkelanjutan dan membangun kekayaan negara untuk generasi mendatang. INA melakukan kegiatan investasi dan berkolaborasi dengan institusi investasi terkemuka global dan domestik dalam sektor-sektor yang memperkuat keunggulan Indonesia dan memberikan imbal hasil yang optimal dengan risiko terukur. Adapun MCUDI adalah perusahaan yang sepenuhnya dimiliki Mitsubishi Corporation dan bergerak di bidang pengembangan real estat. Didirikan pada 2021, MCUDI merupakan bentuk komitmen Mitsubishi Corporation terhadap pasar real estat Indonesia, untuk lebih mendorong pembangunan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia melalui real estat. Kemitraan ini menandai investasi pertama INA di aset real estat, juga pengembangan logistik pertama MCUDI di Indonesia. Dikembangkannya kawasan logistik tersebut, mengingat prospek pertumbuhannya di masa depan juga tingginya permintaan akan fasilitas pergudangan modern di Indonesia. Yang mana hal tersebut didorong oleh beberapa sektor utama, termasuk industri e-commerce, third-party logistic (3PL), dan otomotif. Menurut data Jones Lang LaSalle, saat ini, pasar gudang Indonesia mencapai sekitar 29 juta m2, dengan gudang modern hanya menyumbang sekitar 8% dari total pasar. Pasokan gudang modern di Indonesia mencapai 2,7 juta m2, dengan tingkat penyerapan yang sehat dan perkiraan pertumbuhan tahunan sebesar 300 ribu m2, sepanjang 2021-2024. Ketiga area investasi tersebut berlokasi strategis, yaitu di Greenland International Industrial Center (GIIC) untuk Cikarang I Logistics Park dan Kawasan Industri Terpadu Indonesia China (KITIC) untuk Cikarang II Logistics Park. Dua kawasan ini diperkirakan akan selesai, masing-masing pada bulan Mei dan Juni 2023. Berikutnya Karawang I Logistics Park yang terletak di Kawasan Industri Suryacipta, yang konstruksinya dijadwalkan dimulai pada bulan Juni 2023. Wujud Komitmen Dengan hampir 70 perusahaan afiliasi di Indonesia, MCUDI memiliki banyak pengalaman dalam bisnis pengembangan gudang dari Jepang, Amerika Serikat, dan wilayah lainnya. Kolaborasi ini bertujuan untuk memanfaatkan jaringan dan keahlian MCUDI yang luas untuk mengembangkan pasar pergudangan di Indonesia. Ridha Wirakusumah, Ketua Dewan Direktur INA, menerangkan, “Kerjasama strategis ini menandai pencapaian penting bagi INA, seiring kami memasuki aset real estat dengan fokus utama pada fasilitas pergudangan modern. Kemitraan dengan ESR dan MCUDI ini tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan industri logistik yang terus berkembang, namun juga mencerminkan komitmen INA terhadap pembangunan berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi.” Melalui anak perusahaanya, LOGOS, ESR akan memperdalam kolaborasi dengan INA di Indonesia. Kedua pihak telah menunjukan antusiasme untuk menjajaki pembentukan mandat bersama tambahan untuk aset-aset pembangunan di Indonesia, dan berbagai inisiatif strategis lainnya. Menyadari potensi dan dinamisme Indonesia yang sangat besar, INA, ESR, dan LOGOS memperkirakan bahwa inisiatif bersama ini berpotensi menciptakan pergudangan logistik modern dengan nilai lebih dari 1 miliar dolar AS dalam lima tahun mendatang. Stuart Gibson, Co-founder dan Co-CEO ESR Group, menambahkan, “Sebagai pengelola aset riil terbesar di Asia-Pacific (APAC), ESR dapat memberikan akses kepada para capital partner untuk memanfaatkan beberapa peluang pertumbuhan Ekonomi Baru terbaik di dunia, yqng didorong oleh peningkatan e-commerce, transformasi digital, dan pemanfaatan real estat secara komersial. Kemitraan ini mencerminkan komitmen ESR terhadap Indonesia, yang merupakan pasar penting dalam strategi ekspansi kami di wilayah Asia Tenggara yang sedang berkembang pesat.” Sementata itu, Loh Meow Chong, Country Co-Head ESR Indonesia, menyatakan, “Kemitraan kami dengan INA dan MCUDI menandai awal dari bisnis manajemen investasi dan pendanaan ESR di Indonesia, dengan menambah dua institusi besar yang baru ke dalam daftar hubungan capital partner ESR yang telah mencakup 12 dari 20 investor global papan atas.” “Dengan kehadiran perusahaan-perusahaan grup Mitsubishi Corporation yang luas di Indonesia, MCUDI sangat memahami kebutuhan konsumen dan apresiasi mereka terhadap fasilitas logistik yang efisien dan berkualitas tinggi. Kami berharap pengembangan ini dapat memenuhi permintaan akan pergudangan modern, dan menjadi jawaban atas permasalahan yang dialami oleh banyak tenant yang beroperasi di gudang tradisional,” tandas Kenji Ono, Presiden Direktur MCUDI.