scatter hitam
login aplikasi
green tourism - My Home Magz

Bali dan Conrad Bali Menang di the 31st World Travel Awards™

bali

Pada ajang 31st World Travel Awards™, Bali dinobatkan sebagai “World’s Most Romantic Destination 2024:. Ini adalah pencapaian terbaru Indonesia pada ajang internasional tersebut, sebagai lokasi destinasi. Acara tahunan yang ditujukan bagi industri pariwisata tersebut, tahun ini digelar di Madeira, Portugal, 25/11.  Selain untuk skala global, kategori penghargaan juga dibagi untuk sepuluh wilayah. Untuk kawasan Asia, Indonesia dinobatkan sebagai “Leading Adventure Tourism Destination 2024”. Negeri ini “mengalahkan” tujuh negara lain, yakni China, India, Jepang, Malaysia, Nepal, Sri Lanka dan Thailand. Serupa dengan Bali, baru di tahun ini Indonesia meraih predikat tersebut. Pada kelas dunia, sebagai pemenangnya adalah Azores Islands, Portugal. Pulau Dewata mengalahkan delapan daerah destinasi wisata dari seluruh dunia, seperti Maldives, Mauritius, Bahama dan Seychelles yang sempat menduduki posisi teratas sepanjang empat tahun berturut-turut (2020-2023). Dikenal dengan pantai-pantainya yang indah, Bali juga memiliki destinasi wisata lain, yang berada di pegunungan, serta kulturnya yang unik. Termasuk desa-desa wisatanya, yang mampu bersaing dan berhasil meraih penghargaan terbaik, seperti Desa Wisata Les di Buleleng yang dinobatkan Sebagai Desa Terbaik ADWI 2024, lalu Desa Jatiluwih, Tabanan, menjadi salah satu desa wisata terbaik dunia 2024 dari United Nations Tourism. Bersama Jatiluwih juga ada Desa Wukirsari, Bantul, Yogyakarta serta 52 desa wisata lain dari seluruh dunia. Penganugerahan tersebut adalah bagian dari UN Tourism for Rural Development Programme, untuk memajukan desa-desa di seluruh dunia, melalui wisata secara berkelanjutan. baca juga: Apurva Kempinski Bali Dinobatkan Sebagai ‘Best Sustainable Hotel’ di 2024 ULTRAs Hotel Keluarga Sementara itu, Hotel Conrad Bali dianugerahi penghargaan sebagai “World’s Leading Family Resort 2024”. Hotel resor yang berlokasi di Tanjung Benoa ini, mengalahkan 21 resort hotel lain di seluruh dunia, yang dua di antaranya dari Indonesia, Rimba by Ayana Bali – Jimbaran dan Singhasari Resort, Batu-Malang. Selain memiliki kamar atau suite biasa, Conrad Bali juga memiliki suite yang memang lebih ditujukan untuk akomodasi berlibur bersama keluarga (baca, dengan anak-anak kecil). Tipe-tipenya antara lain Deluxe Family Room, Conrad Suite Twin, dan Conrad Ocean Suite King, dengan kapasitas bisa diinapi 4 sampai 6 orang di vila berukuran 110 m2. Khusus untuk tamu anak-anak, hotel ini menyediakan special welcome amenity, Kura-kura kids club dan childcare, sehingga orang tua tetap bisa memanfaatkan waktu liburnya, dengan program sendiri.  Juga ada program family-friendly fun, dengan banyak kegiatan outdoor, bahkan spa bersama anak-anak. Di atas lahan seluas 6,8 ha dan merangkum 368 kamar/suite, selain taman yang luas yang ditata ala tropis Bali, juga tersedia empat kolam renang yang bisa dipakai orang dewasa dan anak-anak. Dengan pantai pribadi sepanjang 350 meter, sejumlah aktivitas khas pantai dan laut juga bisa dimanfaatkan tamu kecil hotel, jet ski dan parasailing. Wisata Bali Tidak Tersebar Walau menarik bagi wisatawan lokal dan asing untuk aktivitas romantis, juga jenis wisata lainnya, namun Bali ternyata masuk dalam Fodor’s No List 2025. Daftar tersebut dirilis oleh salah satu otoritas panduan perjalanan paling berpengaruh di dunia, yang mana berisi daerah-daerah yang disarankan untuk tidak dikunjungi di tahun depan. Menurut Fodor, pembangunan yang pesat dan tidak terkendali di Bali, dipicu oleh pariwisata yang berlebihan dan telah merambah habitat alaminya, mengikis warisan lingkungan dan budaya, serta menciptakan “kiamat plastik”. Pendeknya, sebagai destinasi wisata yang popular, namun pertumbuhannya tidak bisa seimbang dengan hal keberlanjutan. Menanggapi hal tersebut, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menilai, bahwa padatnya wisatawan di sejumlah destinasi favorit di Pulau Dewata bukan karena jumlah wisatawan yang berlebih, namun akibat adanya penyebaran wisatawan yang belum merata, menumpuk di Bali bagian selatan. Sementara Bali bagian utara maupun bagian barat, walau punya banyak potensi wisata tapi masih belum digali. Oleh karena itu, Kemenpar terus berupaya mendorong pemerataan wisatawan di pulau ini. “Kementerian Pariwisata tidak tinggal diam. Pada September 2024, Kemenparekraf berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan stake holder terkait meluncurkan paket wisata 3B, yakni Banyuwangi-Bali Barat-Bali Utara yang diharapkan, semakin memperkaya pilihan tujuan berwisata. Paket wisata yang ditawarkan meliputi seluruh daya tarik yang ada di masing-masing daerah. Mulai dari alam, budaya, produk wisata buatan, desa wisata, dan lainnya,” papar Widiyanti, (22/11). Seperti Desa Wisata Les, Lovina, hingga Desa Wisata Pemuteran di Bali Utara. Di Kabupaten Jembrana ada Taman Nasional Bali Barat dengan daya tarik burung jalak Bali. Sementara di Banyuwangi terdapat banyak destinasi seperti Desa Wisata Kemiren, G-Land, Alas Purwo, serta yang tidak kalah menarik adalah Kawah Ijen. baca juga: Jadi Destinasi Premium, Pasar Properti Di Bali Alami Pergeseran Jaga Keberlanjutan Bali Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur, Hariyanto, menambahkan bahwa Kemenpar berkomitmen untuk terus mengembangkan kebijakan pariwisata yang berkelanjutan, guna melindungi budaya, lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat Bali. “Kami telah meningkatkan koordinasi dengan pemerintah daerah, pelaku industri pariwisata, dan masyarakat setempat untuk mengatasi isu-isu, seperti pengelolaan sampah, polusi, dan tekanan sosial akibat pariwisata,” kata Hariyanto. Kementerian Pariwisata juga terus mempromosikan pariwisata berbasis masyarakat, memperkuat regulasi lingkungan, dan mengedukasi wisatawan bersama stakeholders terkait untuk lebih menghormati budaya lokal serta menjaga keberlanjutan alam Bali.

The Kayon Villas Tirta Gangga, Resort Mewah Berkonsep Sustainable Luxury Siap Hadir Tahun 2026

resort

The Kayon Hotels & Resorts mengumumkan dimulainya pembangunan resor terbarunya yang mengusung konsep eco-conscious dan sustainable luxury. Diberi label The Kayon Villas Tirta Gangga, upacara peletakan batu pertamanya sudah berlangsung pada tanggal 29 Agustus 2024, di lokasinya di Desa Ababi, Karangasem, Bali. Acara peletakan batu pertama dilakukan secara simbolis oleh pemilik dan Board of Directors The Kayon Hotels & Resorts, yakni Putu Suryawan, Farah Palupi, dan Riyan Nathan, bersama dengan I Wayan Sucitra, CEO The Kayon Hotels & Resorts. The Kayon Hotels & Resorts adalah jaringan perhotelan di Bali yang dikenal karena komitmennya terhadap kemewahan dan isu keberkelanjutan serta pengalaman istimewa. Sudah memiliki tiga portofolio yang tersebar di lokasi-lokasi eksklusif, The Kayon Hotels & Resorts terus berinovasi untuk menyajikan pengalaman yang memadukan keindahan alam dengan kekayaan budaya lokal, menghadirkan keanggunan dan keunikan dalam setiap detailnya. The Kayon Villas Tirta Gangga, sebagai properti keempat dari The Kayon Hotels & Resorts, direncanakan akan dibuka pada pertengahan tahun 2026. Resort yang dibangun di lahan seluas 1,1 ha ini, akan memiliki 22 unit villa. Masing-masing vila akan dilengkapi dengan kolam renang pribadi. Adapun fasilitasnya yakni restoran, spa, dan wedding venue, serta kolam renang publik dengan desain dua tingkat yang unik, dengan pemandangan yang luar biasa terhadap lansekap sekitar. Desain kolam renang ini terinspirasi oleh fasilitas serupa yang ada di The Kayon Jungle Resort, yang juga dimiliki grup ini. baca juga: Hingga Juli 2024, Lebih Dari 7 Juta Wisatawan Mancanegara Datang ke Indonesia Resort Berarsitektur Bambu Semua vila dan bangunan fasilitas dirancang dengan menggunakan elemen bambu sebagai pondasi utama, mencerminkan keterhubungan antara arsitektur modern dan kekayaan alam Bali. Fasilitas unggulannya, Serayu Wellness & Spa, akan mengusung desain arsitektur yang terinspirasi dari keindahan Taman Ujung dan Tirta Gangga. Resort ini akan menonjolkan filosofi Mandalagiri/ Nyegara Gunung, yang menggambarkan keseimbangan antara gunung dan laut, dengan pemandangan hamparan sawah desa Ababi yang subur dan laut selatan yang menawan, diapit oleh Gunung Agung dan Gunung Lempuyang. Filosofi ini mencerminkan hubungan mendalam antara manusia dan alam, serta simbol keberlimpahan dan kehidupan yang harmonis. Dengan teknologi terdepan yang terintegrasi dalam setiap aspek operasional, The Kayon Villas Tirta Gangga akan menghadirkan inovasi dalam hal kenyamanan dan efisiensi. Resor ini juga akan menggabungkan akulturasi budaya dan pendekatan sejarah yang mendalam, memberikan pengalaman yang kaya dan otentik. Ini memastikan bahwa setiap tamu tidak hanya merasakan kemewahan, tetapi juga terhubung dengan warisan dan budaya lokal secara mendalam. Dalam sambutannya, I Wayan Sucitra menyatakan: “Upacara peletakan batu pertama ini menandai langkah awal dari perjalanan kami menuju peluncuran The Kayon Villas Tirta Gangga. Kami sangat antusias untuk memperkenalkan resort ini sebagai simbol kemewahan yang sustainable luxury, dengan komitmen untuk mengintegrasikan arsitektur yang ramah lingkungan dan pengalaman budaya yang mendalam. Kami berharap The Kayon Villas Tirta Gangga akan menjadi destinasi utama bagi para pelancong yang mencari harmoni antara keindahan alam dan tradisi Bali yang kaya.” “Dengan desain yang berkelanjutan, suasana yang tenang, dan keramahtamahan yang tiada tara, kami ingin menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi para tamu yang mencari wisata penyembuhan, liburan romantis, dan pernikahan yang intim,” imbuhnya. The Kayon Villas Tirta Gangga akan menawarkan pengalaman yang menyeluruh dan unik, dengan pendekatan yang mengutamakan sustainability, keseimbangan, dan keindahan alam Bali. Dengan desain yang inovatif dan komitmen terhadap prinsip eco-conscious, resort ini bertujuan untuk menetapkan standar baru dalam industri perhotelan mewah di Bali, menggabungkan kemewahan dan tanggung jawab lingkungan secara harmonis. Selain menikmati fasilitas internal, para tamu juga dapat menikmati pemandangan sawah yang tenang di sekitar resor, yang menawarkan suasana yang sempurna untuk bersantai dan menyegarkan diri. Desa Ababi sendiri dikelilingi oleh berbagai tempat bersejarah, termasuk Pura Lempuyang kuno. Lalu pantai Amed dan Virgin Beach yang masih alami. Desa ini juga kaya akan cerita rakyat dan sejarah spiritual setempat. Menurut legenda, desa ini dulunya merupakan rumah bagi resi yang dihormati, Empu Kuturan, yang ajarannya terus menginspirasi para pencari spiritual hingga saat ini.

The Grand Outlet Bali Memulai Pembangunannya di KEK Kura Kura Bali

grand outlet

The Grand Outlet Bali (GOB) secara resmi memulai pembangunannya di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali. Area ritel ini dibangun di atas lahan seluas 4,7 ha, dikemas dengan infrastruktur modern dan dengan konsep berkelanjutan. Direncanakan akan beroperasi pada awal tahun 2026, diperkirakan dapat membuka 1.200 lapangan kerja. GOB dibangun oleh merupakan perusahaan joint venture antara Mitsubishi Estate Group dan Grand Outlet Bali Investama (GOBI), anak perusahaan dari PT Bali Turtle Island Development (BTID). Keduanya berkongsi untuk menjadi perusahaan pengembang ritel yang berdedikasi untuk menciptakan destinasi belanja yang luar biasa di Bali. Adapun Kura Kura Bali merupakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang telah ditetapkan oleh pemerintah pada bulan April 2023, melalui Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2023. Dikelola oleh BTID, pengembangan kawasan wisata ini berada di lahan selapang 498 ha. Dibentuknya KEK Kura Kura Bali bertujuan untuk meningkatkan industri pariwisata Bali dengan memberikan pengalaman unik yang didasarkan pada keseimbangan antara manusia, alam, dan spiritualitas. Pengerjaan konstruksi GOB dilakukan bersama oleh PT Sumber Nusantara Construction, PT Pratama Widya TbK, dan PT China State Construction Overseas Development Shanghai (Indonesia). Berupa bangunan setinggi 3 lantai plus 1 basement floor yang mengedepankan praktik ramah lingkungan dan desain bernuansa arsitektur Bali. Desain pusat perbelanjaan ini terinspirasi dari konsep “Desa Bhineka”; bak desa dengan komunitas beragam. GOB dirancang untuk menjadi pusat perbelanjaan outlet berskala internasional. Di sini, pengunjung dapat menemukan berbagai barang mewah dari jenama internasional, untuk fashion, perlengkapan olahraga, perlengkapan anak, aksesori, dan kecantikan yang bisa didapat dengan harga terjangkau. Dirancang bernuansa pedesaan khas Bali, GOB menawarkan panorama yang memukau dengan nuansa tradisional, serta didukung oleh aktivitas menarik lainnya. Selain itu, pengunjung dapat menikmati berbagai pusat kuliner dan bar dengan pemandangan laut lepas. Area rooftop-nya akan menjadi salah satu daya tarik utama GOB, di mana pengunjung bisa menikmati Matahari terbenam yang menakjubkan. Keberhasilan proyek ini tidak terlepas dari kolaborasi multipihak yang sejalan dengan prinsip Tri Hita Karana yang menekankan keselarasan antara manusia, alam dan spiritualitas. Melalui pembangunan berkelanjutan, kerja sama strategis ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Bali dan memperkuat posisinya sebagai destinasi utama pariwisata global. baca juga: 2 KEK Sandang Predikat Terbaik dari Kemenko Bidang Perekonomian Grand Outlet Naikan Bisnis Lokal Proyek ini diharapkan dapat meningkatkan bisnis lokal dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Bali yang diproyeksikan mencapai 7,7% pada tahun 2045. Melalui pemberdayaan pekerja lokal, termasuk di KEK Kura Kura Bali, proyek ini akan membuka lapangan kerja dan mendukung pengembangan masyarakat di Serangan dan sekitarnya. Di sisi lain, GOB berkomitmen untuk menerapkan praktik berkelanjutan dan solusi inovatif sesuai dengan standar lingkungan global. Menyoroti adanya peluang positif dari pembangunan ini, Tuti Hadiputranto, Direktur Utama PT Bali Turtle Island Development (BTID), menyatakan, “Kami sangat senang telah mencapai langkah penting dalam proyek The Grand Outlet Bali (GOB). Pembangunan ini menunjukkan komitmen kami untuk menyediakan fasilitas berbelanja kelas atas yang tidak hanya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga berperan penting dalam memperkuat ekonomi Bali.” Junichiro Kinoshita dari Mitsubishi Estate Indonesia, Direktur The Grand Outlet Bali, menekankan pentingnya proyek ini secara luas. “Pembangunan ini adalah bukti dari komitmen kami untuk menciptakan destinasi belanja yang luar biasa, dan terintegrasi secara harmonis dengan budaya dan lingkungan lokal,” ungkapnya. “Kami sangat antusias dengan peluang dari pembangunan ini, terutama dalam memberikan lapangan kerja dan mendukung kehidupan ekonomi komunitas lokal. Tujuan kami adalah menetapkan standar baru dalam pembangunan ritel sebagai wujud dedikasi kami terhadap kualitas dan keberlanjutan,” tambahnya. Sebelumnya, Mitsubishi Estate Indonesia telah sukses membuka Karawang Outlet Mall (KOM) di Jawa Barat, di mana pengunjung dapat memiliki pengalaman berbelanja barang mewah yang berkesan. Menyusul kesuksesan tersebut, Bali diharapkan turut menjadi destinasi pusat perbelanjaan outlet berkelas melalui GOB. KEK Kura Kura Bali siap menjadi pilihan destinasi bisnis dan wisata internasional, dengan menawarkan fasilitas terkini yang memadukan budaya tradisional dan modern. GOB merupakan salah satu perwujudan dari visi tersebut dan diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi investor dan pengunjung internasional.  

Kawasan Nusa Bali Kini Dilayani dengan Shuttle Bus Listrik

listrik

Dalam rangka mewujudkan komunitas hijau di lingkungan Nusa Dua Bali, kini kawasan wisata popular juga menyediakan fasilitas shuttle bus listrik. Fasilitas ini adalah kolaborasi Indonesia Battery Corporation (IBC) dan PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC). Hal tersebut juga sebagai tindak lanjut dari Nota Kesepahaman antara IBC dan InJourney, dalam sektor Pariwisata yang sudah ditandatangani keduanya pada tanggal 29 April 2024 lalu. Keduanya sepakat bekerjasama mengakselerasi implementasi ekosistem hijau di salah satu kawasan yang dikelola ITDC, yakni The Nusa Dua, Bali. Kawasan ini dipilih sebagai lokasi pilot project penggunaan kendaraan operasional berbasis listrik, berupa shuttle bus dan motor dengan battery swapping station. Untuk diketahui IBC adalah perusahaan investment holding dalam pengembangan new energy materials melalui pengembangan ekosistem baterai Battery Electric Vehicle (BEV) dan Energy Storage System (ESS) secara terintegrasi. Dimana upaya membangun ekosistem hijau dengan cara penguatan kerjasama dengan mitra strategis, penyediaan infrastruktur, dan penciptaan pasar. Didukung oleh empat BUMN besar sebagai pemegang saham, yakni Inalum, Antam, Pertamina dan PLN. Adapun ITDC, bagian dari PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney, berfokus pada pengembangan dan pengelolaan kawasan pariwisata terintegrasi di Indonesia, diantaranya The Nusa Dua “Bali’s Finest Family-Friendly Resort Haven”, The Mandalika “The Ultimate Lifestyle Sportstainment Destination” dan The Golo Mori “Sustainable Marine-Based MICE Tourism Destination”. Selama 50 tahun ITDC telah sukses mengelola The Nusa Dua, yang telah menjadi destinasi terkenal dengan infrastruktur dan fasilitas internasional, serta menjadi tuan rumah berbagai event skala internasional. Direktur Hubungan Kelembagaan dan Komersial IBC, Reynaldi Istanto, menyampaikan bahwa salah satu peran IBC adalah acceleration and market creation dengan membangun ekosistem hijau di Indonesia, agar target pengurangan emisi dapat tercapai. “Tugas kami adalah membantu pencapaian target pengurangan emisi di Indonesia. Dalam sektor pariwisata, ITDC menjadi partner kami dalam aplikasi penggunaan kendaraan listrik. Saat ini IBC menyiapkan motor listrik dengan battery swapping station dan shuttle bus listrik untuk operasional pelayanan pariwisata di Nusa Dua ini,” ucap Reynaldi. Tidak hanya kendaraan listrik, kerjasama ini juga akan diperluas ke beberapa penggunaan energi lain seperti energy storage system untuk kebutuhan back up daya dan panel surya, e-bus, mobil listrik dan lain sebagainya. ”Penggunaan kendaraan operasional berupa motor listrik beserta battery swapping station dan shuttle bus listrik, merupakan langkah awal dari upaya besar kami di sektor pariwisata. Selanjutnya akan terus dikembangkan ke dalam bentuk energi lain agar capaian target pengurangan 50% di sektor pariwisata dapat tercapai,” jelasnya. baca juga: SIG Tawarkan Bahan Bangunan Rendah Karbon untuk Konstruksi Ramah Lingkungan Sementara itu, Direktur Operasi ITDC, Troy Warokka mengatakan, “ITDC, sebagai pengembang dan pengelola kawasan pariwisata di Indonesia, berkomitmen mewujudkan sustainable tourism dengan memanfaatkan teknologi dan sumber daya ramah lingkungan di The Nusa Dua. Kolaborasi ini bertujuan menjadikan kawasan tersebut sebagai contoh Bali Energi Bersih, didukung oleh Pemerintah Provinsi Bali. ITDC telah mengimplementasikan program ekosistem hijau, termasuk penggunaan kendaraan motor listrik, serta penggunaan energi surya dalam operasional ITDC. Kolaborasi dengan IBC juga akan ditingkatkan untuk penggunaan lebih banyak electric vehicles dan energi ramah lingkungan dengan battery energy storage di masa depan.” Kendaran Listrik Kurangi Emisi Karbon Penggunaan kendaraan bertenaga listrik di sektor pariwisata dapat memberikan manfaat berupa pengurangan emisi karbon. Menurut studi Lenzen (2018), sektor pariwisata di seluruh dunia menyumbang sekitar 8% dari total emisi global. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), telah berkomitmen mengurangi emisi karbon di sektor pariwisata 50%, dan peta jalan pengurangan ini sudah ditetapkan. Selain di Kawasan Nusa Dua Bali, IBC dan ITDC juga berencana akan mengembangkan kerjasama di wilayah ITDC lainnya seperti, The Mandalika, Lombok dan The Golo Mori, Labuan Bajo. Kolaborasi antara IBC dan ITDC akan terus dikembangkan dalam mewujudkan new energy ecosystem di sektor pariwisata. Pilot project di kawasan The Nusa Dua ini diharapkan dapat menggerakkan sektor pariwisata hijau, sambil mengumpulkan masukan terkait user experience, sehingga kenyamanan pengguna kendaraan listrik berbasis baterai dapat ditingkatkan, dan akhirnya ekosistem hijau sektor pariwisata dapat terbangun.

Sambil Liburan Sekolah, Yuk Belajar Tentang Lingkungan

berlibur

Berwisata adalah salah satu mata acara yang paling kerap dilakukan dalam rangka masa liburan sekolah. Tak sekadar bersantai, kali ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) ingin mengenalkan pariwisata hijau dan berkelanjutan. Untuk itu, melalui jenama Wonderful Indonesia, Kemenparekraf/Baparekraf meluncurkan program aktivasi “Wonderful Indonesia Co-Branding School Break 2024″, dengan tajuk co-branding: Travel Responsibly. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/ Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno dalam “The Weekly Brief with Sandi Uno” di Jakarta, (24/6), menjelaskan program ini menawarkan wisata edukasi sebagai pilihan alternatif selama libur sekolah. Kegiatan ini berupaya memberikan pengalaman edukatif kepada wisatawan, khususnya mereka yang berusia muda mengenai dampak lingkungan dan pengolahan produk bekas menjadi sesuatu yang kreatif. Apalagi periode libur sekolah ini tidak hanya berlangsung di Indonesia, tapi juga di luar negeri, sehingga berpotensi menjadi wisata alternatif bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. “Dan ada di empat kota yang akan kita kunjungi pada Juni-Juli, Jakarta Aquarium dan Safari, Saung Angklung Udjo Bandung, HeHa Stone Valley Yogyakarta, dan Beachwalk Shopping Center Bali,” kata Menparekraf. Mitra Program Aktivasi liburan ini melibatkan 21 mitra co-branding yang berkolaborasi sebagai penyedia venue, penyedia sampah produk, penyedia layanan waste management hub, penyedia layanan kargo, penyedia hadiah games, hingga pelaku upcycle pasca-event. Co-branding tersebut di antaranya Jakarta Aquarium dan Safari, Saung Angklung Udjo, HeHa Stone Valley, Beachwalk Shopping Center, Aice, Paxel, Dagadu Djokdja, Dama Kara, Bodypack, Pipiltin Cocoa, Finna Food, Lokalate, BEJO Jahe Merah, El Hotel Group, AVO Group, Rumah Atsiri Indonesia, homLiv, Gofress, Grab, Pala Nusantara, dan Bank Sampah Bersinar. Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf, Ni Made Ayu Marthini, menyampaikan bahwa pada program ini antara lain pengunjung dapat melihat pameran instalasi upcycle yang menampilkan karya seni kreatif yang terbuat dari produk bekas pakai, hasil aktivitas bisnis para mitra co-branding. “Kami juga punya bank sampah, ini juga akan membuat instalasi dengan sampah-sampah yang dikumpulkan, jadi akan banyak kegiatan yang kita lakukan bersama dengan mitra co-branding,” kata Made. Selain pameran instalasi upcycle, pengunjung juga bisa belajar tentang waste management dan bermain games berhadiah. Event ini diharapkan menginspirasi terciptanya wisata hijau dan berkelanjutan bagi wisatawan. Co-Founder Paxel, Zaldy Ilham Masita, menyampaikan senang dapat mendukung program Wonderful Indonesia yang berkaitan dengan isu keberlanjutan lingkungan. “Kami punya Paxel Recycle dan sudah berjalan hampir tiga tahun. Kami hitung ternyata sudah menyerahkan sampah bekas packaging e-commerce ke bank sampah, senilai hampir 9 juta karbon. Untuk itulah kami support program ini, untuk menunjukkan bahwa sirkular ekonomi benar-benar bisa berjalan,” kata Zaldy. Sementara itu, pengusaha lain mengakui dengan menjadi mitra co-branding Wonderful Indonesia banyak manfaat yang bisa dirasakan, terutama kepercayaan publik. Seperti dinyatakan National Marketing Communications Manager PT Sekar Laut Tbk., Wenny Vianna, “Hampir satu dekade kami bergabung dengan Wonderful Indonesia, dan kami menampilkan logo Wonderful Indonesia pada packaging kami. Hal tersebut menimbulkan kepercayaan dari publik Indonesia bahkan sampai ke mancanegara, sehingga kami beberapa kali mendapatkan penghargaan sebagai eksportir terbaik,” kata Wenny. baca juga: Banyak Promo Menarik Selama Libur Sekolah di Hotel Jaringan HIG Ajak Berlibur #DiIndonesiaAja Di waktu yang sama, Kemenparekraf/Baparekraf juga mengkampanyekan untuk berwisata #DiindonesiaAja. Apalagi dengan kondisi ekonomi akhir-akhir ini, terutama terus melemahnya nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar AS. Menurut Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf/Baparekraf, Nia Niscaya, salah satu cara membantu membantu menguatkan kembali nilai tukar rupiah terhadap dolar AS adalah dengan meningkatkan pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) dengan menunda perjalanan ke luar negeri dan berwisata #DiIndonesiaAja. Nia menegaskan bahwa sektor pariwisata merupakan salah satu penopang perekonomian Indonesia dan menjadi penyumbang devisa utama. Itu sebabnya wisnus sangat penting. “Karakter wisnus sudah mulai ada perubahan, kalau dahulu menginap di rumah saudara, sekarang mereka memilih tinggal di hotel. Selain itu, jika dahulu untuk konsumsi makanan membawa bekal, kini mereka mau pergi ke resto atau tempat makan”, ungkap Nia. Menurut Nia wisnus memiliki tingkat belanja yang cukup tinggi ketika berlibur, yakni 22,82% untuk akomodasi, 17,69% untuk makanan dan minuman, dan 20,93% untuk angkutan. Lalu 9,33% di cendera mata, untuk belanja sebesar 8,24%, dan untuk jasa hiburan 7,28%. Walau demikian, pemrintah juga berupaya untuk mendatangkan lebih banyak wisatawan mancanegara. Sebab, baik wisnus maupun wisman sama-sama dapat meningkatkan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB, atau keduanya memiliki peranan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Jika pergerakan wisnus untuk pergerakan ekonomi, pergerakan wisman adalah untuk meningkatkan devisa. Demikian tandas Nia.

Gerakan InJourney Green, ITDC Tanam Pohon di KEK Mandalika, Lombok

Dalam rangka membangun ekosistem pariwisata berkelanjutan di Indonesia, InJourney Group atau PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero), mengadakan gerakan InJourney Green. Sebagai bagian dari InJourney Group, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) juga turut serta dalam gerakan tersebut. Salah satunya melaksanakan kegiatan penanaman 15.000 pohon secara serentak. Diikuti oleh sekitar 800 peserta dari seluruh anggota InJourney Group, prosesi utama acara ini dilaksanan di Tugu Api TMII, Jakarta, (8/3). Selain secara langsung, prosesi ini  diikuti secara daring oleh seluruh anggota InJourney di seluruh Indonesia. Pihak ITDC sendiri melakukan penanaman 150 pohon Ketapang di area parkir P4 Pertamina Mandalika International Circuit, The Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kegiatan penanaman pohon ini menegaskan komitmen ITDC dalam mendukung visi “Becoming Leading Green Indonesia Tourism Corporation for Sustainable Destination Ecosystem”, serta mewujudkan green tourism di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika/The Mandalika. baca juga: Terbesar di Indonesia, Bali Beach Convention Center – Sanur Diresmikan Direktur Utama InJourney Donny Oskaria, menyatakan, “Inisiatif InJourney Green merupakan wujud tanggung jawab dan langkah konkret Injourney Group dalam upaya pengurangan emisi karbon dunia serta dukungan terhadap program pemerintah net zero emission 2060. Gerakan InJourney Green memfokuskan pada tiga pilar utama: Sustainable Operation, Sustainable Tourism Destination, dan Sustainable Environment.” Ari Respati, Direktur Utama ITDC menambahkan, ”Dalam kerangka tiga pilar Injourney Green, ITDC mengambil langkah-langkah strategis dalam mewujudkan visi tersebut, antara lain dengan menerapkan prinsip Reduce, Reuse, Recycle (3R) dalam operasional kantor dan kawasan yang dikelola, menciptakan pariwisata yang berkelanjutan, serta membangun akomodasi ramah lingkungan menggunakan bahan daur ulang.” Selain itu, ujar Ari, “Melalui berbagai langkah strategis dan inisiatif green tourism tersebut, ITDC berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan serta membangun destinasi pariwisata yang berkelanjutan di Indonesia. Kegiatan penanaman pohon di Pertamina Mandalika International Circuit hari ini adalah salah satu upaya kami, untuk menjadi pionir dalam pengembangan destinasi pariwisata berbasis sustainable tourism.” Komitmen InJourney Sejalan dengan visi InJourney Green, ITDC telah aktif melakukan penghijauan di kawasan The Mandalika. Hingga Februari 2024, terdapat 2.000 pohon yang telah tertanam, tersebar di berbagai zona yang telah ditentukan. Sedangkan, jumlah penanaman pada Maret 2024 ditargetkan mencapai 5.150 pohon. Jenis pohon yang ditanam bervariasi, termasuk waru, sawo kecik, trembesi, ancak, kamboja, widuri, dan banten. Kegiatan penanaman pohon yang telah dilakukan di kawasan The Mandalika tersebut melibatkan seluruh pemangku kepentingan ITDC, yang antara lain bersama Forum Wartawan Lombok Tengah, yang berlangsung bulan Februari 2024. baca juga: AEON Indonesia dan Sahabat Kota Wisata Tanam Pohon di Mall Living Wold Kota Wisata Cibubur Selain itu, ITDC juga melakukan penanaman pohon di tiap kawasan yang dikelola. Jenis pohon yang ditanam mempertimbangkan kebutuhan ekologis setiap zona, sehingga pohon-pohon tersebut dapat tumbuh secara optimal dan memberikan manfaat lingkungan yang maksimal. Dengan demikian, selain meningkatkan keindahan estetika kawasan, penanaman pohon ini juga berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan menyediakan habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna lokal. “Melalui upaya kolaboratif ini, ITDC dan InJourney tidak hanya menunjukkan komitmen mereka terhadap kelestarian lingkungan, juga menginspirasi perubahan positif dalam industri pariwisata. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip green tourism dan mendorong kesadaran akan pentingnya perlindungan lingkungan, langkah-langkah ini bukan hanya sekadar demi pencapaian bisnis, tetapi juga investasi jangka panjang dalam keberlanjutan lingkungan dan ekonomi,” tutup Ari.

Kawasan Wisata Pulau Nirup Jadi Prototipe Destinasi Hijau di Batam

Setelah enam bulan diresmikan sebagai destinasi wisata kelas dunia, pada hari pertama 2024, Pulau Nirup ditetapakan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno sebagai prototipe destinasi hijau nan berkelanjutan di Batam. Hal tersebut dinyatakan selepas Sandiaga meninjau pengembangan pulau yang berada di wilayah Kepulauan Riau tersebut, dan mengapresiasi pengembangannya yang mengedepankan aspek-aspek berkelanjutan (destinasi hijau). “Kita melihat prototipe destinasi hijau berkelanjutan karena yang tadi dilihat bahwa tidak ada satu tetes air yang tidak terkelola dengan baik,” ujar Sandiaga, Batam (1/1). Menparekraf Sandiaga mengatakan pariwisata berkelanjutan menjadi tren yang menjadi daya tarik utama wisatawan saat ini, baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Karenanya Sandiaga mengapresiasi Industri Pariwisata di Batam yang terus berkomitmen untuk memajukan sektor pariwisata di Kepulauan Riau. Pulau Nirup sendiri berjarak 13 kilometer atau sekitar 15 menit saja dari Pantai Sentosa di Singapura, dan ini juga salah satu keunggulannya. Dirancang dengan konsep destinasi wisata berkelas internasional, pulau ini sudah punya pelabuhan pariwisata yang telah dilengkapi fasilitas keimigrasian dan bea cukai, sehingga memudahkan wisatawan mancanegara untuk masuk ke kawasan ini. Pulau ini juga memiliki marina (ONE°15 Marina) yang berkapasitas 180 kapal pesiar (yacht). Brand ONE°15 sendiri dikenal sebagai pengelola marina mewah dan memiliki jaringan di Sentosa Cove, Singapura, dan Brooklyn, New York – AS. baca juga: Yuk Liburan ke Dua Desa Wisata Pemenang ADWI 2023 Wisata Terpadu Dikembangkan oleh PT Tritunas Sinar Benua, pengelolaan kawasan wisata terpadu ini dipegang oleh operator resor internasional, Westin Hotel and Resort. Westin Nirup Island Spa and Resort, demikian namanya kelak, akan menjadi properti Westin ke empat di Indonesia. Arsitektur bangunan-bangunannya mengangkat kekayaan desain lokal, yang salah satunya diwujudkan dengan bentuk atap vila yang terinspirasi dari tutup kepala suku lokal, Orang Laut. Pulau ini punya perairan perairan yang jernih, dikeliling oleh terumbu karang yang masih natural, alamnya pun masih asri, sehingga cocok bagi wisatawan yang hobi kegiatan bawah air. Untuk itu, kawasan wisata ini akan dilengkapi dengan Beach Club, dan Sea Sports Center Westin Nirup Island Spa and Resort ini rencananya baru akan beroperasi pada Oktober 2024. “Investasinya sangat besar dan diharapkan pada Oktober 2024 ini bisa mulai beroperasi,” ungkap Sandiaga. baca juga: Arsitektur Berperan Penting Mendukung Industri Pariwisata Mengapresiasi pengembangan pariwisata di pulau tersebut, Sandiaga berharap, pengoperasian kawasan wisatan tersebut akan memberi dampak positif bagi pulau-pulau lain di sekitar Nirup, seperti Belakangpadang. Selain itu, “Juga memastikan bahwa di Kepulauan Riau ini memiliki destinasi-destinasi premium untuk memantik wisatawan mancanegara datang lebih banyak lagi ke sini, khususnya Batam,” tandasnya.